SOCIAL MEDIA

Sabtu, 31 Desember 2022

Tahun kedua puluh dua di abad dua satu

Menurutku puisi merupakan perayaan. Aku mengatakannya padamu bukan kali ini tapi sering. Sering banget. 

Tahun kedua puluh dua di abad dua satu, kamu segera pergi dan aku tak perlu cemas menahanmu. Aku tahu ini kedua kalinya kamu pergi meninggalkanku. Beruntungnya aku masih punya puisi yang bisa menyelamatkanku dari tindakan murah macam itu.

Akan kukenang kamu seperti bintang di langit gelap yang mati lama sekali sebelum kutulis ini. "Aku tak lagi punya perasaan yang besar seperti dulu."

Kembang api sudah menyala dari sudut gang rumahku, pertanda malam pergantian tahun akan segera tiba. Selamat tahun baru, kata puisi. Di tahun ini semua orang memanggul tahun yang berat berharap tahun besok mereka lebih kuat, katanya lagi.

Untuk malam ini biar kunyalakan kembang api di antara puisi-puisi yang sedang kutulis ini. Untukmu, sampai jumpa.


Aku tak lagi punya perasaan yang besar seperti dulu

Di malam pergantian tahun baru

Ada kembang api

Dalam diriku dan pikiranmu

Yang selalu kusebut sebelum tahun berganti

Luasnya samudra Hindia

Terbentang khatulistiwa

Hujan malam hari terus menerpa

Malam ini malamnya berpisah

Terima kasih atas segalanya 

Di tahun sebelumnya


Ditulis oleh: Fanni Indra Pratama








Jumat, 23 Desember 2022

Apa rindu masih pantas disebut rindu jika yang merasakannya seorang diri?

Tulisan sederhana yang sulit diungkapkan

Begitulah kenapa aku suka menulis. Kamu benar, aku selalu gagal serius ketika melihat matamu yang coklat itu. Aku gagal membaca arah mata angin dalam perbincangan kita yang selalu berakhir ketawa satu sama lain. Namun itulah juga, bunga, yang mengekalkan kangenku di antara kebencian yang mengubun. 

Aku sudah lama tak menulis lagu, puisi, dan surat untukmu, tentu juga karena aku sangat sibuk dan tak setiap waktu rindu. Selepas kamu sibuk dengan kesibukanmu, aku tentu tahu, menulis surat dan megutarakan rindu tak akan semudah kemarin-kemarin sore.

Sebenarnya aku ingin memulai tulisanku dengan pertanyaan-pertanyaan basa-basi, seperti: Hi There! Apa kabar bunga? Kuharap kamu baik-baik saja dan bola matamu tetap coklat dan suaramu tetap seperti BCL! Hahaha tapi kok aku rasa itu justru akan membuatmu membuang kertas suratku tepat setelah kamu membacanya. 

Mungkin aku hanya menduga karena aku sering merasa tak aman, dan kamu tahu kalau dugaanku memang sering sembilan puluh persen meleset. Di samping itu, aku mulai menggerakkan jariku diatas keyboard PC dengan ditemani lagu-lagu ONE OK ROCK yang kamu tak begitu suka itu. Jadi, aku tak perlu memulainya dengan lagu yang kamu suka, kan?

Bunga, apakah Papa masih suka bermain badminton tiap minggu pagi sekitar jam delapan? Aku tak pernah berkomentar tentang ini, tapi itu adalah segambar kecil yang selalu kuingat dari papa. Kuharap ia selalu diberi sehat, dan mama selalu diantarkan ke mana-mana, terutama kalau mama sedang dirundung mendung dan ingin berdoa. 

Mereka pasangan yang imut, dan kupikir keimutan itu tak datang tiba-tiba pada mereka juga padamu. Kamu dapat keimutan dari mereka, dan mereka barangkali dapat keimutan itu dari waktu yang menumbuhkan cinta mereka.

Kalau kabarmu sendiri? Hehe aku dengar kamu sekarang sudah punya pacar ya? Selamat ya bunga, akhirnya kamu menemukan pelabuhan cinta yang kamu rindukan itu. Kuharap semuanya baik, dan ia menjagamu dengan sebaik-baik mungkin

Di Bengkulu kemarin hujan deras, kalau ingat hujan aku jadi ingat perjalanan kita sepulang jogging di bawah langit tuhan yang gelap itu. Dimana air hujan membasahi kita berdua Hahaha itu moment yang tidak pernah aku lupakan, maka ketika sedang mendengarkan lagu lagu OOR tadi, aku kok jadi merasa ingin menulis surat padamu. Tak dibalas tak apa, dibalas ya syukur, semoga kalau dibaca pacarmu surat ini tak langsung dibuang. Pacarmu bukan pencemburu, kan? Semoga.

Aku belum benar-benar menutup surat ini, sebab seperti biasa, aku masih suka menulis lagu, puisi dan memberikannya padamu cuma-cuma. Semoga kamu masih suka.


Senyuman Manis di Pantai Panjang

Sore itu perjalanan melelahkan

Menikmati indahnya pantai panjang

Dua insan sedang bahagia di samudra lautan

Di atas pasir putih dan ombak karang


Sore itu matahari sore melihatmu

Dengan senyuman manis yang kuinginkan 

Kenangan itu tak akan pernah aku lupakan 

Di pantai ini kamu selalu ku kenang


Semua yang aku lakukan hanya untukmu

Dari hati yang tulus beserta isinya

Senyuman manismu itu tak kan kulupakan

Senyuman itu selalu ku kenang 

Bengkulu, 20 Juni 2020


Puisi 

Rindu kamu dan semuanya

Hujan sore tadi begitu mirip dirimu

Suka membawa rasa sedih 

dan tawa ke mana-mana

Rintikan hujan kedengaran 

lewat kuping, 

lewat nyanyi

lewat angin

lewat doa-doa

lewat segalanya

Mengendapkan mata-mata kucing

mata-mata aku 

mata-mata angin

mata-mata haru 

dan binar-binar matamu

Pulanglah, pulanglah aku rindu 

Bengkulu, 05 September 2020


Aku menulis begini padamu pada malam jam 23.50 menuju pergantian hari, membayangkan dinginnya kota Bengkulu dan kangenku pada dirimu. Malam ini begitu tenang dan percayalah kalau kamu ada di sini bersamaku meminum bandrek paling sempurna ini, kamu bisa tertawa, dan memelihara pertanyaan seperti memelihara ingatan adalah hal yang seringkali subtil. Itulah kenapa aku suka menulis, supaya kamu tahu, aku ada bahan bercerita, menciptakan ruang kosong yang lain lagi denganmu.


Dokpri

https://soundcloud.com/fanny-indrapratama/senyuman-manis-dipantai?si=b2c09075b08e42329a3554c39891cb63&utm_source=clipboard&utm_medium=text&utm_campaign=social_sharing

Ditulis oleh: Fanni Indra Pratama




Senin, 12 Desember 2022

Mendungnya di hari senin

Senin sedang mendung-mendungnya di Bengkulu

Dan hujan mengguyur kota tanpa permisi

Pekerja harian macam saya mudah sekali mengutuk hujan

Terkadang hujan menjadi lebat tiba-tiba saat menjelang pulang kerja

Jas hujan murahan tak seberapa awet dan kaos mulai basah meresap di dada

Dua helai tahu goreng yang mampir di lambung kurang cukup menjadi pondasi melawan dingin

Ohh hujan, berhentilah

Berhentilah

Makhluk Tuhan yang sedang galau ini mau pulang.. 


Ditulis: Fanni Indra Pratama

Minggu, 20 November 2022

awasi kami dari surga nanti ya

Kalau ada takdir yang paling setia yang dipegang ciptaannya, mungkin adalah takdirmu untuk menunggu setiap anggota keluarga pulang ke rumah.
 
Mengintip dari sela jendela, mengeong dan mengabari seisi rumah, cepat-cepat makan biar engga dikira bocil bandel kaya empat tahun yang lalu. 

Kamu menua dengan banyak kebijaksanaan dan kesabaran, terutama di porsi mengalah yang lebih muda. Aku coba belajar banyak dari kamu soal keberanian dan kesetiaaan, tapi tentang menunggu kepulanganmu ternyata tidak pernah terjadi. 

Sekarang kamu bisa tidur nyenyak, engga perlu kaget lagi kalo aku pulang ke rumah. Empat tahun sebenarnya engga cukup, tapi seengganya kita udah ketemu di takdir hidup yang ruwet tanpa jawaban. 

Kemarin sudah mandi, kan. Sudah siap ketemu santo di surga. Kalian berdua jagain kami dari sini ya, perjalanan masih panjang. Terima kasih Fou, tidak pernah ninggalin aku di waktu-waktu yang berat. 

Selamat beristirahat 🥺

Ditulis: Fanni Indra Pratama

Senin, 07 November 2022

Melihat rumah Bung Karno dari tempatku berpijak

Aku sendiri selalu terpukau saat memasuki rumah Bung Karno yang masih sepi. Ada kenangan tersendiri yang membuatku ingin berlama-lama di sini. Sejarah menurutku tergambar dari mana ia berasal. Bagi kalangan masyarakat kelurahan Anggut, bangunan yang megah ini cukup menjadi tauladan. Menjelang kokoh dengan berkah udara bersih yang menghidupkan tanah di sekitarnya. Rumah ini jarang sekali menjadi momok, ia justru menjadi sumber keindahan, menjadi anugrah dan sumber harapan.

Rumah pengasingan Bung Karno dan ekosistem di sekitarnya terbentuk atas karakter yang sama dalam pandanganku. Sekalipun sedang buruk, bangunan di tanah ini masih menyisahkan doa. Aku masih akan berada di sana, di tempat biasanya kita bertemu. Aku yakin besok kita bertemu lagi. Dan jika itu terjadi aku akan menceritakan lebih detail kisah romansa yang ada di bangunan ini dengan pengetahuan yang aku miliki. Karna itu yang membuat aku, kamu dan kita semua terus hidup atas berkahnya. 




Ditulis: Fanni Indra Pratama





Minggu, 23 Oktober 2022

Hujan dan mimpi yang tidak diinginkan

Hari minggu dari aku bangun tidur tadi kubuka gorden kamar yang putaran bulat itu. Kuputar kiri kanan. Aku bisa lihat di luar sedang hujan. Di kotaku, Bengkulu, hujan selalu datang seperti ini. Serupa rintikan-rintikan kecil yang turun pelan. Ini tidak sungguh-sungguh hujan, batinku. Ini adalah gerimis yang datang tiba-tiba, seperti dulu ia biasa datang padaku.

Hujan gerimis semakin lama semakin deras. Ia menuntunku seperti aku menuntun bapak tua di persimpangan jalan rumah Bung Karno, dan berbisik: "Terima kasih, nak."

Hari akan jadi panjang, pikirku. Hari ini praktis tidak kulakukan apapun yang berarti selain bermain game. Oh iya lupa, aku punya janji sama dirimu yang tak mungkin kutinggal jam sepuluh pagi ini. Kutolak tidur lagi.  


Langit gelap dan suara gerimis yang tak kunjung henti itu persis sama dengan wajahmu yang sedang murung, wajahmu yang menahan air mata entah karna apa.

Hoaaahm kamu lagi, kamu lagi. Tak terasa sudah lebih dari satu jam dari aku bangun, aku meracau di dalam tulisan-tulisan yang sedang kuceritakan ini. Ya, ini.

Pikiranku sekelebat tentangmu tadi memecah fokusku untuk mengingat sisa-sisa mimpi semalam. Apa ya tadi mimpiku? APA YA?! AAAH !..

Aku melanjutkan rebahan lagi, lihat atas, rebah kiri kanan. Sepertinya semalam aku mimpi... Apa, ya?

Kuputuskan untuk menyudahi mengingat-ingat mimpi. Mimpi itu kejam. Ia datang bawa pesan yang sulit diterjemahkan. Pesanmu, wajahmu, bayanganmu dan gerak-gerikmu. Aaaaaah.. Pikiran ini terlampau cepat. Tulisanku sampai tak sanggup mengikuti. Sialan.

Di pantai panjang yang indah wajahmu selalu jadi pasir yang ditulis-tulis, atau ikan yang lamis amis haha. Sebab sungguh, tiap-tiap aku kesana selalu saja kehilangan layangan yang senantiasa kumainkan sampai senja datang. 

Sudah berkali-kali kukatakan bahwa kehilangan itu wajar. KEHILANGAN ITU WAJAR! Sampai detik ini, aku tetap gagal paham kenapa gerimis jarang datang di kota ini. Pikiranku makin tak jelas pagi ini, tulisanku makin kabur dibawa pikiran yang pergi lari-lari kejauhan. Dari bicara gerimis, mimpi, kamu, kamu lagi. Manusia selalu gitu, ya.

Sampai aku tulis kalimat ini, hujan sudah berhenti turun. Gerimis tinggal sisa harumnya saja. Berapa orang di dunia ini suka bau hujan? Apa hujan ada kenangan yang selalu diingat?  Banyak! Hampir setiap orang yang kutemui. Sebab sungguh, ketika mereka mendekam sendiri di tanah kuburan. Selain bunga-bunga kamboja dan doa-doa yang jarang, sahabat mereka hanyalah air hujan, hujan dan hujan.

Minggu pagi, 23 Oktober 2022

Ditulis: Fanni Indra Pratama





Minggu, 16 Oktober 2022

Surat cinta untuk club kebanggaanku Liverpool

Untukmu Liverpool,

Bagaimana keadaan kalian hari ini? Lebih baik bukan? Tidur kalian juga pasti lebih nyenyak, kan? Hasil Kemenangan rabu kemarin atas Glasgow Rangers pastilah lebih menyenangkan dari sekedar hasil imbang dan kekalahan,bukan? Teruslah pertahankan ya sayang. Aku adalah orang yang beberapa waktu lalu membuat surat kecil saat perfoma kalian lagi terpuruk. Jadi tidak adil rasanya kalau aku tidak menulis surat ini saat kalian menang. Walau hanya untuk mengucapkan terima kasih untuk perjuangan dan kebanggaan yang kalian berikan rabu malam kemarin.

Aku sadar diri rabu malam kemarin kemenangan yang sangat berat buat kalian. Pertandingan yang  begitu dramatis dan menegangkan dimana 90 menit itu kalian tidak pernah lelah untuk tetap berjuang meraih kemenangan. Kemenangan ini kalian persembahkan untuk para fans yang tidak pernah lelah menyemangati kalian disaat sedang terpuruk. Lima pemain dilanda cedera hanya memakai pemain seadanya kalian sudah memberikan permainan yang begitu luar biasa.

Kemenangan ini memang menyenangkan. Tapi tolong jangan terlena Liverpool. Seperti yang sering kalian katakan “there is still magic in the next match”. Ingat kata-kata itu. Artinya masih banyak lawan yang menanti, masih banyak pertandingan yang dimenangi. Ingat juga saat alasan kalian saat tidak mendapatkan hasil maksimal, “this match we were out of luck”. Ingatlah untuk menang tidak cukup hanya dengan keberuntungan.

Aku menulis ini dari jauh. Aku hanya harap kalian tahu ada aku dan orang-orang seperti aku yang begitu gila pada kalian. Orang-orang yang melakukan hal tidak masuk akal demi cinta dan kebanggaan. Aku berharap kalian lihat sedikit kearah kami. Buat kami bangga dengan permainan indah. Aku tidak menuntut kalian menang besar, karna hasil bukan kita yang menentukan. Melihat permainan cantik kalian diatas lapangan sudah buat aku bahagia. Dan hanya itu yang aku minta.

Sekali lagi terima kasih untuk kemenangan dan kebanggaan yang kalian berikan rabu malam kemarin. Teruslah bekerja keras sayang. Buatlah lawan-lawan selanjutnya gentar. Teruslah berlari lebih kencang demi trofi kebangaan kita. Aku begitu mencintai kalian aku harap kalian tahu itu. Bahkan aku lebih dari sekedar cinta. Kalau mau mengikuti kata-kata mereka aku gila. Ya gila karena Liverpool.

Mungkin ini surat terakhirku untuk club kebanggaan, Liverpool.



ditulis: Fanni Indra pratama






Sabtu, 08 Oktober 2022

Bulan purnama di malam minggu

Kota ini berjarak ribuan kilo dari matamu, tapi tak secenti pun pernah kau tempuh aku dari angan-anganmu. Di sini ada pikiran yang koyak tentangmu, suasana hening tanpa kabar, senyuman orang dari lelahnya pulang kerja dan menikmati bulan purnama di taman depan rumah

Waktu bersamamu memberikan kenangan yang baik. Begitu juga dengan cinta, cinta yang datang diantara kebahagiaan dan kesedihan, dan ketika mencintai menjadi kuat, di antara kesedihan ia datang dan menguatkan, di antara kebahagian ia memberikan.


Juga ketulusan. Ia memberiku satu periuk nasi, tiga tahu susur, dan semangkok soup ayam. 

Biarkan aku simpan kangen, dusta dan mimpi-mimpi di bawah bantal, biar kubawa dalam tidur dan ciuman kepadamu di mimpi menjelang subuh.


ditulis: Fanni Indra Pratama

Sabtu, 01 Oktober 2022

Oktober, kita bertemu lagi

Kepada Yth 

Fanni Indra Pratama                                                                         

Seperti tahun-tahun sebelumnya, setiap tanggal satu Oktober aku akan menulis untukmu. Sebab melalui ini kita bisa berbagi cerita, serta saling mengerti tentang apa yang bagus dan apa yang kurang. Lagipula ini tanggal 30 September jam 23.50 wib, sebentar lagi maksudnya.

Pertama, aku ingin mengatakan hal ini, semakin tua kamu semakin bodoh saja. Kedua, semakin kemari kamu tampak semakin bingung pada pendirianmu seperti bunglon yang sering berganti warna kapan saja. Dan yang terakhir kamu masih jomblo sampai sekarang haha mana pacarmu?

Di antara itu kamu masih saja menulis, percaya sekali bahwa puisi bisa menyelamatkanmu dari banyak hal. Yaudahlahya, menurutku sih itu bagus sekali. Bukankah dari situ orang akan bisa membaca pikiranmu sekaligus tidak mudah menduga orang seperti bagaimana sebenarnya kamu ini? Kamu ini.. Haduh. Susah mau dijelaskan.

Sebelum aku menulis panjang lebar tentangmu waktu sekarang sudah menunjukan jam 00.02 WIB, jadi hari sudah berganti tanggal satu Oktober hahaha. 

Aku hanya ingin mengucapkan selamat ulang tahun Fanni Indra Pratama, aku tidak pernah membayangkan itu. Kamu ingat betul gemilangnya Jordan Henderson di Liverpool yang begitu bagus permainannya waktu kamu masih SMA dulu. Sekarang dia sudah tua sama sepertimu wkwkwk.

Fan, tahun ini Oktober menyapamu lagi seperti laki-laki keren yang butuh teman, teman untuk sekedar ngobrol yang bisa bikin ketawa satu sama lain. 

Bunga-bunga di taman depan rumahmu itu banyak belum mekar, hujan dan gerimis baru sesekali datang samar-samar. Tapi satu yang aku amati betul: Dari akhir September kemarin, ada aroma yang terus datang namun sulit dijelaskan.

Beberapa kali kamu coba tangkap, kamu hirup dalam dan kamu nikmati, kamu selalu membayangkan masa kecil, kecil yang sekolah menengah, sampai kecil yang umur lima tahun. Aroma itu cukup membantumu ingat kenangan-kenangan kecil, mirip buku album foto.

Fan, setiap ibumu ke dapur kamu selalu bilang “Ibu masak apa? Pasti sop ayam, ya? Aromanya udah kecium bu sampai teras rumah". Di umur-umur dua-tiga tahun kamu selalu menemani ibu masak di dapur, sambil memutar-mutarkan mobil-mobilan. Sesekali kamu tanya ibu, dan kamu jawab sendiri pertanyaanmu. Anak kecil.

Hirupan sesekali itu tak berhenti. Aroma itu mirip kertas yang memaksakmu terus menulis puisi, tentu tanpa paksaan yang harfiah. Hari lainnya datang, aroma itu kadang datang lagi dan tak kamu hiraukan benar. 

Ia kadang mirip perempuan kesepian, perempuan cantik nan memikat, atau anak kecil yang mengajak main di waktu sibuk. Dalam kesempatan lain, aroma ini menuntunmu juga ke pantai panjang, pantai tebaiknya Bengkulu yang selalu kamu banggakan itu.

Malam ini di Bengkulu sedang hujan, dan mantanmu sudah bersama laki-laki lain, kamu memang sudah melupakannya, kamu melupakannya sedingin hujan itu. 

Tapi aku tahu kamu, kamu kadang adalah pendendam yang malang. Kamu hanya berdiam diri, merasa kecil dan gagal. Kamu merasa perjuangan hidup adalah sia-sia. Kamu perlu perenungan tapi kamu sok tegar, kamu sombong. 

Tapi kamu diriku, bagian dari aku yang lain. Kamu tahu beberapa kebohongan pada cerita lamamu adalah langgam lawas yang di ulang, tapi kamu bersikeras memaafkannya, mewajarkannya, dan menerimanya. Pendek kata, kamu lemah selemah lemah orang!

Fan, kamu perlu tahu ada saatnya diam dan menganggap semua hal yang terjadi di sekitarmu baik-baik saja, tapi kamu tahu juga kalau kamu punya pilihan untuk peduli. 

Kamu tahu kamu punya pilihan untuk berempati dan bersedih. Kamu setuju perasaan yang melankoli melemahkan jiwamu, tapi kamu sendiri telah sejak awal setuju dilemahkan.

Semakin lama, aku semakin paham kamu selalu ada cara untuk menyikapi rasa lemah di jiwamu, yaitu melihat senyuman bapak dan ibu di teras depan rumah. 

Di India, Sario Brierly pernah hilang waktu umur lima tahun, berpisah dari ibu dan kakaknya, selama lebih dari tiga decade itu tidak ada kata LEMAH dan menyerah. Selama itu pula ikatan di antara mereka tak pernah surut. Aku mau semangat kamu seperti itu Fan,lawan rasa lemahmu!

Di tanggal satu Oktober yang penuh berkat, bagimu, sedikit banyak disyukuri apa-apa yang selama ini sudah kamu dapat dengan mudah maupun susah payah. Dua tahun lalu di tanggal yang sama kamu pernah mengatakan: Hari ini tanggal satu Oktober, mestinya bukan lagi mimpi-mimpi, tapi mimpi-mimpi yang sengaja dijadikan hidup.

Sebagai penutup dariku: Nikmatilah hari ini, pergilah ke pantai dan pegunungan supaya dapat berimajinasi untuk menulis. Aku membuat satu lagu untukmu tentu kamu harus denger, record lagunya sudah aku simpan di pc mu, tidak usah terkejut kalau bagus, toh nanti akan kamu setel berulang sebelum setelahnya kembali bosan. Hahahaha. Oh ya satu lagi, semoga Liverpool juara Liga Champions 2022/2023 ya haha seperti yang kamu harapkan. #YNWA

Berbahagialah dan berbahagialah Fanni Indra Pratama hehehe


Dari: Manusia paling keren setongkrongan anggut. 

Dokpri

Ditulis oleh: Fanni Indra Pratama

Rabu, 14 September 2022

27 tahun ya pak-bu, selalu bahagia

Dua puluh tujuh tahun ya pak-bu, bukanlah waktu yang singkat meski rasanya baru kemarin. Banyak perjalanan panjang yang dilalui bersama baik suka maupun duka. Berharap dukanya bisa dijadikan cerita ke anakmu ini untuk bekal kehidupan kelaknya.

Kamilah anak-anakmu, pak-bu yang barangkali merekatkan cinta 90an itu jadi lebih mudah dicerna dan gampang dipahami meski apa cinta itu kami masih suka bingung sendiri. Maka anak-anakmu pula, pak-bu yang dengan penuh bangga merayakan cinta orangtuanya lebih gegap dari bapak-ibu sendiri.


Inilah ucapan terimakasih pak-bu dari anakmu yang tumbuh dari waktu dan cinta yang kuat, dari kemiskinan yang selalu dan ketabahan berulang, dari rumah yang talangnya bocor dan kecup kening sebelum pergi ke sekolah. Untuk bapak dan ibu, kuucapkan selamat ulang tahun pernikahan ke 27.

Menuju tiga dekade mesti disyukuri satu-satu, tahun demi tahun, hari demi hari, jam demi jam. Demi waktu dan rindu-rindu panjang. Semoga hal baik selalu datang untuk bapak dan ibu. Amiin.


P.S : Di setiap malam aku pernah merenungkan beberapa soal: Kenapa aku lahir di dunia ini? Kenapa mesti lewat bapak dan ibu? Kenapa bapak menikahi ibu, bercinta, dan jadilah aku dan adikku? Kenapa aku tak bisa memilih, toh bila bisa memilih aku tetap mau orangtua yang sama? Kenapa dsb dsb dsb.

Setelah bertahun-tahun aku ada, pun, aku kerap tidak menyadari bahwa ini adalah nasib terbaik. Bahwa aku mesti lahir dan hidup di keluarga yang biasa dan kerap kurang, tapi jarang mengeluh.

Maka 27 tahun aku pun memberi ini. karya anakmu. Dari buah pikir dan rindu-rindu kecil, dari permenungan dan sedikit kerja keras. Wujud syukur dan pengingat, bahwa aku dan adekku ada sebab cinta mereka, sebab rindu dan bulir-bulir keringat itu menjelma dua jabang bayi yang kelak kerap menyusahkan. Tentu, kalau sudah ada rezeki lebih, aku pengen kasih sesuatu lebih dari ini. Sebab banyak hal yang melengkapi hidup aku, takkan pernah ternilai. Bapak-ibu adalah salah satu dari banyak hal itu.


Ditulis oleh: Fanni Indra Pratama


Sabtu, 10 September 2022

Senandung lagu menjelang tidur

Menjelang dini hari aku rindu ibu, seharian aku memandang hujan dari jendela kecil di sudut pintu arah selatan. Dari mana datangnya rindu? Dari waktu turun ke doa. Di balik jendela masih kurindu kabar baik tapi kecemasan masih lekat di daun-daun pintu dan air yang terus netes dari ujung bunga sepatu.

Mendadak teringat kenangan saat hujan membasahi tanah. Waktu umurku lima tahun baru masuk sekolah aku suka hujan-hujanan di bawah langit tuhan. Di deras hujan aku beteriak-teriak ikut bahagia sekaligus bersyukur pada gema guntur dan Halilintar yang bagai orkes pesta kawinan adat Bengkulu.

Selesai hujan ibu beri aku handuk dan seperangkat alat mandi, selepas mandi aku masih diberi teh hangat yang di mana teh hangat itu teh terbaik yang pernah aku minum. Menjelang tidur hujan turun kembali di langit gelap, ibu nyalakan lampu minyak sederhana dan Meninabobo aku dengan lagu daerah Bengkulu, yang dimana lagu itu masih aku hafal sampai sekarang.


Kalau mengingat kenangan itu aku selalu tersenyum sambil memikirkan "apa aku bisa memperlalukan anakku nanti sama seperti ibu memperlalukan aku waktu kecil dulu?"

Hanya harapan dan doa yang bisa menjawab semua itu.

Dan sekarang aku baru sadar sebangun tidur ibu makin tua dan keriput, ternyata di banyak waktu yang lewat cuma cinta ibu yang masih tinggal. Hmmmm tidak terasa pagi sudah menunjukan dirinya, untuk saat ini hanya ada satu kata "rindu". Rindu dengan semua itu.


Ditulis oleh: Fanni Indra Pratama





Jumat, 02 September 2022

Sejak pernikahanmu pagi tadi hidupmu tak asik lagi

Setiap kawan terbaik menikah, aku merasa harus menulis. Sebab sempat tak sempat, harus. Maupun tak ingin, aku selalu merasa menulis adalah kado terbaik yang bisa aku lakukan dan itu adalah hal paling keren yang bisa kubikin. Aku pernah menulis tentang teman-teman kelas di masa SMA dulu dan ini merupakan yang kesekian kalinya.

Daud, hidup tidak pernah manis dan kita berdua tahu itu dan kita berdua sering diam-diam sombong untuk mengamini bahwa hal-hal paling busuk di dunia bisa dengan gampang datang kepada kita seperti abang-abang parkir ind*mar*t yang selalu muncul kalau kita selesai belanja. Dalam kesempatan yang paling apapun nasib baik datang kepadamu bersama istrimu, Nurma. Aku mengenal baik istrimu, sebentar lagi akan kubiasakan memanggilnya bu Senja Dinata.

Aku ingat waktu SMA dulu di penghujung bel pulang sekolah kamu cerita dengan kegembiraan tentang anak gadis yang duduk dekat sudut pintu kelas yang membuatmu terpikat berat. Aku juga ingat kamu pernah ngedate sehabis pulang sekolah sama perempuan itu hahaha dan sekarang aku beserta teman-teman kelas yang lain tidak menyangka kalau perempuan itu akan jadi istrimu. Kurasa setiap cinta yang tulus dengan alasan apapun akan menemui jalanya sendiri-sendiri seperti pagi ini.

Daud, kamu tahu bahwa dunia ini kadang berputar sangat kencang, lebih kencang dari angin angan di kepala kita yang idenya membosankan setiap 10 menit. Namun kasih sayang tak pernah habis, tak harus cepat-cepat dan selalu membikin kita sadar setiap hari.

Aku bahagia, gembira dan berdoa selaluan buat kawan baik ku agar ia sanggup melewati setiap busuk maupun wanginya hidup bersama istri yang ia pilih.

Selamat menikah kawan, persahabatan ini sungguh hebat buat kita berdua, terlebih untukmu.


Salam

Teman sebangkumu yang selalu bikin kamu kesal setiap pelajaran matematika wkwkwk.


Ditulis oleh: Fanni Indra Pratama






Rabu, 17 Agustus 2022

Senyuman Manis di Pantai Panjang Bengkulu

Hari itu telah kutinggalkan hatiku di sana, hari yang begitu spesial, hari yang begitu bermakna, hari yang begitu indah. Memang ya rindu itu hal yang menyebalkan apalagi rindu terhadap senyumannya seperti tulisan yang sedang ku tulis ini. 

Matahari sore di Pantai Panjang sangat menyengat untuk aku yang sedang mengeluarkan keringat. Keringat lelah dan keringat bahagia. Aku menikmati kelelahan ini dengan rasa bahagia, tapi dibalik rasa lelah itu terdapat senyuman manis yang jarang aku lihat di tempat yang indah ini dan inilah yang aku rasakan sekarang. 

Pantai Panjang, pantai ini tidak terdapat karang seperti pantai-pantai lainnya sehingga ketika air laut surut membuat hamparannya dapat menjangkau sangat jauh ke dalam pantai. Warna air laut yang bening, pasir di pesisir pantai yang bersih, udara pantai yang sejuk, semuanya seakan merupakan paket lengkap yang siap menyambut kedatangan pengunjung. Hal yang membedakan pantai ini dengan pantai yang lainnya terletak pada tata kelola pemerintah karena pantai ini menjadi icon Provinsi Bengkulu.

Keunikan dari pantai ini ialah panjang pantainya mencapai 8 km lebih dan itu yang membuat pantai ini selalu indah di pandang dari ujung penglihatan. Pantai Panjang ini sering digunakan oleh wisatawan untuk berekreasi dan juga di sana terdapat Sport Center sehingga masyarakat dapat melakukan kegiatan olahraga seperti volly pantai, sepak bola, dan bersepeda. Di pagi dan sore hari biasanya pantai akan dipenuhi oleh anak- anak hingga orang dewasa yang melakukan jogging di pinggir pantai. 

Ombak di Pantai Panjang banyak dimanfaatkan oleh para pengunjung untuk berselancar. Pantai Panjang mempunyai banyak fasilitas terutama dipinggiran pantai yaitu terdapat restoran, penginapan, area bermain, hingga fasilitas untuk olahraga.

Pantai Panjang yang dikenal dengan sunset terbaik selalu menjadi objek wisata bagi kalangan penikmat story senja. Dari sudut manapun pantai ini selalu memberi kesan melankolis, itulah yang membuat udara sekitar menjadi hangat, jika udara bersahabat bermalam di pantai memberikan rasa tersendiri, udara seperti sore hangat yang berkepanjangan sepanjang malam. 

Di pantai ini ada yang tadinya tidak kenal jadi akrab, yang kenal jadi semakin mengerti, yang mengerti jadi menerima dan yang selalu ada  jadi selalu bersedia. Itulah magic nya Pantai Panjang selalu menyihir siapapun yang datang. Pantai ini juga satu-satunya pantai yang menyita pelabuhan rinduku, aku rindu pantai ini sedemikian nanti.

Jika aku diminta memilih satu kata untuk pantai ini, maka aku katakan "Rindu". Sebagaimana dulu kita sering bertemu kini harus terpisah dalam lamanya waktu.

Terima kasih untuk sebuah cerita cinta yang besar. Terima kasih telah mempertemukan cinta aku dan dia di pantai yang indah ini. Saat ini hanya ada satu kata, rindu, rindu dengan semua itu.

Terakhir, Pantai Panjang itu romantis dalam berbagai hal, dan ketika kamu mengunjungi Pantai Panjang ajaklah sanak saudara yang ada di luar kota, ceritakanlah tentang Pantai Panjang bahwa kamu punya banyak cerita di tempat yang indah ini. 




Ditulis: Fanni Indra Pratama





Minggu, 14 Agustus 2022

Di umur seperempat abad ini semoga sehat selalu

Kalau emang benar kita punya kehidupan lain di masa lalu syannaz, aku yakin betul kita pernah setidaknya berpapasan di sana. Keyakinan bisa datang dari mana saja, kan? dan lebih penting dari itu kita tak butuh alasan kuat. Perjumpaan kali pertama denganmu ku awali dengan tatapan aneh di layar handphone sekaligus perasaan menjaga jarak. 

Aku sadar kamu adalah perempuan yang barangkali menjaga dirimu dengan baik, sedangkan aku pria yang tak peduli amat dengan penampilan. Tulisanku yang sok romantis ala-ala Fiersa Besari mungkin membawa pikiranmu menerka-nerka, "kok anak ini bisa menarik, ya?" Hahaha itu adalah kegeeran yang percuma, barangkali. Setelah sekian lama pula mungkin kamu pasti akhirnya tahu kalau aku ini memang laki-laki yang narsis wkwkwk.

Cinta sejati tak butuh pembuktian Syannaz, dan kamu tahu betul soal ini. Aku memang lelaki yang tidak percaya diri yang mengaku padamu bahwa aku tidak pernah memikirkan perempuan. Kamu yang waktu itu baru kenal denganku barangkali tertohok dengan laki-laki tidak jelas macam aku ini.


Kamu tahu engga? Kisah kita ini mirip Anthony dan Cleopatra versi tak jadi. Kita punya halangan kita sendiri, dan kita adalah orang bodoh yang maklum dengan ketersesatan. Kita barangkali punya cadangan kesedihan lebih banyak dari W.S Rendra yang puisi-puisinya begitu murung, tapi aku merasa kamu adalah juru mudi handal yang tahu bagaimana mengarahkan kapal untuk tak karam (betapapun besar ombak dan kencang angin) 

Syannaz, kalau aku menulis novel roman yang panjang, aku pasti akan menulis karakter sepertimu di dalamnya. Kamu tidak perlu merengek, "kok aku nggak pernah ada di tulisanmu?" hahaha Syannaz yang disayang Allah, karya orang adalah rentetan kehidupan pembuatnya yang diperkecil. Betapapun jauh tulisanku dari kisah-kisah asli, mereka adalah sejumput dari aku yang sebenarnya. Namun jangan kamu khawatir soal omonganku ini, fakta terbaiknya, aku tak pandai menulis, dan mungkin tak akan pernah membuat novel!

Keluargaku adalah cinta pertamaku, sedang kamu mungkin cinta yang kesekian. Tapi urutan yang kubuat adalah berdasarkan waktu aku mengenalnya. Aku tak pernah benar-benar membuat urutan soal cinta, seperti kamu sering mendesakku soal cinta macam apa yang paling nyantol di kepalaku. Cinta yang nyantol di kepalaku adalah cinta yang setiap saat, cinta yang aktual dan kini, itu memang bisa jadi apa saja. Hari-hari seperti ini adalah monumen cinta yang baik buatmu, seperti  mushola kecil yang boleh menampung doamu sendirian saja di padat-padat jadwalmu mengungsi pada kesepian seperti halnya anak-anak rantau kebanyakan.

Aku yang berjarak 50 menit terbang dari kotamu ini, lewat tulisan ini, sebenarnya ingin mengucapkan Selamat Ulang Tahun ke dua puluh lima untukmu. Sekaligus maaf kalau ucapan ulang tahun saja pakai tulisan tidak jelas seperti ini. Aku cuma ingin kamu percaya bahwa tulisanku bukan melulu soal cinta, si ini, si itu hahaha. Sekali lagi, selamat ulang tahun syannaz semoga semesta merestui apa keinginanmu.


13 Agustus di Bengkulu jam 8 malam, Namun saat kamu baca sudah tanggal 14 Agustus di kotamu Tanggerang. Hehehe


Ditulis oleh: Fanni Indra Pratama



Sabtu, 06 Agustus 2022

Kalau rindu katakanlah

Aku tahu kamu ada di sana, di kamarmu yang kecil yang penuh air mata. Menjadikannya kolam ikan dan kau pelihara ikan-ikan bergigi tajam, supaya makin perih saja suasana di situ, iya kan? Kamu menangis sebab rindumu kalap menabrak tembok pendek berduri yang selalu saja gagal kamu lewati, seberapapun kamu menatapnya. berkali-kali, berulang.

Kemudian kamu memilih menyusuri jalan-jalan di pinggiran kota tua. Kulihat kamu dari jauh, rambutmu dan baunya tak asing bagiku. Kukira aku paham jelas mau ke mana dirimu. Sekiranya kamu pikir menempuh jalan panjang dengan harapan besar jalan itu akan membawamu pada tujuan yang kamu inginkan aku tak menyalahkanmu. Tapi perlukah menjadi acuh?

Baiklah akan kukatakan padamu kali ini: Aku sangat merindukanmu. Aku rindu selepas-lepas tulangku, rindu setempuhan hatiku ke hatimu, rindu berat yang tak bisa kunikmati sungguh-sungguh. Apa itu berlebihan? Kurasa tidak, sebab rindu ini sudah tak tertahan lagi.


Kutaklagi bisa bersembunyi di balik selimut dan lagu-lagu melownya ONE OK ROCK yang kusetel keras-keras. Kuputuskan untuk menulis, sebab dari menulislah segalanya jelas sekaligus terjaga samar.

Juga, tak rindukah kamu pada langit gelap di bawah bintang pantai panjang yang menyudahi hari kita pada kebahagiaan yang puncak? Tak rindukah kau pada pelukan sehabis hujan sekaligus nikmat gerimis yang kita saksikan pelan-pelan dengan saling bertatapan dan menenangkan?

Bila kenangan itu kamu rindukan katakanlah sayang, katakanlah.


Ditulis: Fanni Indra Pratama







Jumat, 05 Agustus 2022

Di bawah langit merah malam mulai mengintai

Ketika kamu membaca ini, percayalah bahwa ini adalah senja paling indah dalam jiwaku. Aku memutuskan menulis ini di antara senja yang begitu indah di sepanjang perjalanan menuju matahari terbenam, dan saling tarik menarik antara pikiran satu dengan pikiran yang lain, di antara marilah mendirikan sholat dan wajah lelah bapak-bapak pulang dari berdagang siomay. Ada hujan yang tertahan, ada pawai yang enggan berjalan, ada yang muram di wajah pawang hujan yang hampir menyerah.

Petugas security di seberang jalan lagi menikmati kue donat buatan istrinya sambil memanaskan motor untuk berangkat kerja. Begitu sublim. Merebus telur setengah matang, kopi susu, kratingdaeng, dua mangkok pop mie. Tuhan memanggil dan mereka bergeming. Mungkin sambil membayangkan wajah-wajah asing. Bengkulu adalah kota yang lain, yang memangkas waktu dan menyajikan padamu di sebuah pantai panjang. Lengkap dengan berry fruits, cheese, dan crackers.

Gambaran persis seperti ini yang ingin kubawakan kepadamu supaya kamu mengerti bahwa hidup tidak pernah terdiri dari satu kemungkinan saja. Ada kemungkinan-kemungkinan lain dalam peradaban yang membawa aku kamu kepada aku kamu lain yang terus saja mengantri seperti loket kereta lebaran. Mengular dan payah sambil membayangkan kampung. 


Lihatlah betapa kota menampung orang-orang dengan banyak pikiran, dan traffic light membagi pemotor-pemotor kepada tujuan yang tidak pernah absolut. Waktu begitu liat dan berjalan pelan pada detik kamu membaca ini, hatimu akan berdegup tiga kali lebih kencang dari kebiasaan. Itulah.

Percayalah bahwa dunia ini seringkali mentok pada ide ketimbang kenyataannya. Ide bahwa seseorang akan mencintaimu sepanjang hayat, ide bahwa semua hal baik-baik saja tergantung dari sudut mana seorang penjual siomay menghabiskan dagangannya di musim hujan. Sedangkan jauh di rumahnya, istrinya yang hamil menunggu surat, telpon, atau kabar apapun yang menyenangkan.

Oh dan Adzan memanggil lagi. Anak-anak kecil dengan riangnya menuju ke masjid untuk segera shalat.

Benarkah kamu akan membaca ini? Seperti di masa lalu ketika seorang menulis surat dan memasukkannya ke dalam toples gelas dan melarungnya di pantai-pantai Eropa Selatan, Eropa Tengah, dan Eropa Timur. "Hey, ini bukan gallery di Venice yang putih dan fokus, ini adalah sebuah escapade yang blangsat dan kelewatan.."

Dalam jarak dan ruang lumpang kamu tahu bahwa aku sangat-sangat mencintaimu sedalam itu, mungkin kamu peduli tapi tidak sampai hati. Atau kamu memilih untuk menangkis dan menganggap itu adalah gagasan buruk yang tak pernah hidup di pikiranmu sebab sudah layu dia tak pernah disiram dan kamu harapkan begitu.

Mungkin kamu salah dan mungkin kamu benar. Mungkin aku salah dan mungkin aku benar. Bahwa justru kamu punya pikiran yang kebalikan. Aku tidak pernah mencintaimu semengakar itu, dan ini merupakan mantra pertama setelah bangun tidurmu. Setelah malam yang sekali lagi terlewat dalam sekian tahun hidupmu yang curam.

Kamu tahu bahwa dalam sebuah kisah kasih aku adalah pemain gitar yang hebat, penanak nasi paling pulen, tapi bukan pemasak nasi goreng dengan rasa yang konsisten. Susah, bukan? ketika semua bau rindu menguar jauh-jauh keluar dari dimensi-dimensi waktu yang kita tak pernah sepakat untuk memasukinya bersamaan, aku lekas menangkap semuanya ke dalam plastik transparan. Menusuknya dengan tusuk gigi dan mengempiskannya di kelima inderamu, sampai kamu bergidik. Inilah yang orang sebut dengan kangen. Sungguh aku percaya itu.

Mungkin kamu akan pergi sekeras kamu mau tapi satu yang kunasihatkan bahwa janganlah pernah kamu kembali sebab aku adalah ide terbaik tentang cinta yang sempurna di kepalamu, tapi realitas paling buruk yang tidak akan kamu alami. Catat sungguh-sungguh ya.


Hmmmm

Sudah gelap dear you, maka selamat malam :)


Ditulis: Fanni Indra Pratama


Senin, 25 Juli 2022

Hujan Sore

Hujan

Kamu tahu,
terkadang aku
rindu
hujan

Hujan yang itu
Hujan yang itu
Hujan yang itu

Hujan sore
membasahi pipi ku
oleh air mata
doa
dan harapan sepanjang waktu

Tentu saja..


Ditulis oleh: Fanni Indra Pratama


Jumat, 03 Juni 2022

Kesal

Kamis mulai beranjak sore, tak ada yang aku lakukan hari ini, selain menyelesaikan pekerjaanku. Ku lihat handphone yang terasa sepi, “kemana dia?” Begitu pikirku. Aku baru ingat, dari malam tadi tak ada balasan pesan darinya, mungkin dia sedang sibuk dengan teman-temannya atau kelelahan lembur sisa kemarin malam. Terkadang aku iri dengan aktivitas pekerjaannya yang begitu berat, dan selalu memberikan yang terbaik.

“Ah, biar sajalah, nanti juga ngabarin.” Kataku pada diri sendiri. Dia memang makhluk yang berbeda dari yang sebelumnya, terkadang begitu dingin, cuek, dan ngeselin. Tapi dia bisa juga menjadi sangat manis dan hangat. Cerdas dan intimidatif, tapi bisa juga membuatku merasa begitu dibutuhkan. Dia adalah makhluk ekstrim kutub utara dalam satu jiwa. Terlalu menarik untuk tidak didekati.

Sedikit cerita, awal pertemuan kami terjadi di tahun 2020 saat kasus pandemi sedang melonjak. Komunikasi awal kami hanya tentang pekerjaan, sedikit-sedikit diselangi cerita pribadi, atau lebih tepatnya wawancara pribadi. Dia adalah orang yang ntah bagaimana dapat mengorek perasaanku tentang suatu hal, dan membuatku merasa selalu aman jika harus menceritakannya, dan hal itu membuat kami menjadi lebih dekat.

***

Hari mulai gelap, garis senja yang ditawarkan Kota Bengkulu makin menghilang, kentang goreng dan segelas susu coklat sudah habis pula, rasanya aku mulai kesal, "kenapa whatsapp ku tidak dibalasnya? Baiklah, akan ku telepon saja dia."

Ditulis oleh: Fanni Indra Pratama


Sabtu, 14 Mei 2022

perpisahan penuh rindu

Hujan belum berhenti sejak pagi tadi, masih mengguyur jalanan Kota Bengkulu. Di antara mobil, motor dan becak yang bergerak senti demi senti, aku coba bersabar, menghibur diri dengan deretan lagu melownya One Ok Rock. Dalam kebingungan yang tak berkesudahan ada yang mengganjal dalam benak ku.

“Nggak bisa, aku nggak bisa terus-terusan seperti ini.” 

Ingatanku menuju pada suatu ketika. Suatu ketika di mana akhirnya aku harus menyerah, dan membiarkan dia pergi. Sejak saat itu, dia bukan siapa-siapa lagi untukku. Lebih tepatnya aku bukan siapa-siapanya lagi untuk dia, bukan lagi tempat untuk dia bercerita, bukan lagi tempat untuk dia tertawa, bukan lagi tempat untuk dia melepaskan rasa penat sepulang kerja, seraya bermanjaan, tidak akan ada lagi rayuan gombal menuju matahari terbenam, dan tidak ada lagi kata-kata cinta, cumbu rayu, atau gombalan-gombalan rindu. Sekarang, aku hanya seorang pria yang dia pernah kenal.

Hal yang paling menakutkan ketika ada dua hati manusia yang memutuskan untuk mengambil jalan berbeda adalah ketika dua hati itu menjadi dua orang asing, yang tidak lagi saling merasa, bahkan tidak lagi saling mengenal, dan rasanya semua hal yang pernah terjadi tidak menjadi apa-apa lagi. Hanya ingatan dan kenangan yang siap untuk dikenang. 

Pelan tapi pasti, seperti hati pada umumnya akan saling mengakhiri, akan saling melupakan dan berlalu pergi begitu saja. Aku rasa ini sudah selesai, dan tidak ada lagi hal-hal seru yang kita buat. Atas nama semua yang pernah kita lewati, aku bersyukur kamu sudah mau menemani hari-hari terberatku. Terima kasih untuk segalanya, Terima kasih untuk pertemuan. 

***
Sekarang jalanan menjadi senggang, mobil dan motor mulai berjalan dengan kecepatan yang cukup untuk dikatakan kendaraan, dan lamunanku akhirnya harus selesai juga, aku pacu motorku agar sampai ke rumah, rumah di mana aku bisa berdiam sendirian, merenung dan melupakan semuanya.

Ditulis oleh: Fanni Indra Pratama

 

Jumat, 06 Mei 2022

Hujan dan pengampunan dosa

Entah yang keberapa kali sudah
aku menulis tentang hujan
Kemudian menyanyi sendiri
dengan ditemani gitar 
dan segelas kopi susu

Hujan dan badai belum berhenti
Di lain tempat warkop kang eko
mulai sepi
sunyi

Wajah-wajah manusia
mulai murung
melihat ke langit Tuhan
dan berdoa

Wajah-wajah pendosa
meminta ampun kepada tuhan
lewat sepuluh jarinya
Berdoa, menangis dan bersembah

Sekarang suasana paling senyap
bagi umat anggut ialah 
musim hujan
di malam hari

Di manakah kamu
Di manakah keadilan
Di manakah kehangatan
dan cinta tanpa dendam

Bila tidak ketemu di sini 
biar aku menyembah hujan
dan memohon

Ditulis oleh: Fanni Indra Pratama

Jumat, 15 April 2022

Bisa jadi

Bisa jadi
Sabtu lalu adalah mimpi
mimpi tentang kita 
tertawa
bercanda 
dan bercerita

Bisa jadi
Selama ini kamu tidak pernah tahu
khayalan tentang ku
yang tertawa
di sela-sela perjalanan pulang

Bisa jadi
Selama ini aku terlalu memikirkanmu 
Dari waktu subuh hingga ke subuh lagi
sampai ku ciptakan sendiri rindu-rindu 
yang terasa seperti pelukan hangat

Bisa jadi
Selama ini tidak pernah ada kamu 
yang ada hanya aku
dan anganku

Bisa jadi. . 

Ditulis oleh: Fanni Indra Pratama

Senin, 04 April 2022

Senyuman ibu di teras rumah

Ibuku tetaplah ibu
yang tak pernah melarang
anak-anaknya makan gorengan dan indomie
Persis seperti semua
ibu-ibu lainnya
Tapi cuma padanya aku merasa aman

Puisi subuh ini biarlah
untuk subuh ini
Ini hari ulang tahun ibuku
bertambah setahun
dari umurnya yang panjang
Syukurlah!
Berarti puisi hari ibuku biarlah
untuk ibu

Ibuku, seperti kamu tahu
adalah perempuan yang
bangun sebelum ayam berkokok
Begitu setia pada zaman
pada bapakku dan dua anak
yang paling beruntung, yang lahir
dari kebahagiaan dan riap tangis
malam pekat

Ibuku adalah
untai doa yang tak pernah putus
Nasehat-nasehat yang
memberikan kebahagiaan
bagi yang mendengar,
umpama puisi sederhana
siapa saja yang menulis 
dari hati

Senyuman ibu 
di teras depan rumah
sebagaimana biasanya,
merupakan rindu
yang paling indah

Kalau sudah ada rezeki lebih 
aku pengen kasih sesuatu lebih dari ini
Sebab banyak hal yang melengkapi hidupku 
takkan pernah ternilai 🙂
Ibu adalah 
salah satu dari banyak hal itu

Baiklah, ibuku
Ini adalah puisi
yang kubuat untuk hari ini
Hari spesialmu
bagi subuh yang singkat
untuk hari yang panjang



Ditulis: Fanni Indra Pratama

Kamis, 31 Maret 2022

Senyuman bapak ibu di akhir maret

Akhirnya selesai juga. 
Bersyukur banget bisa menyelesaikan perjalanan yang panjang ini. Walaupun butuh waktu yang (lebih) lama dibanding teman-teman yang lain hahaha.

Senang bisa melihat senyuman bapak, ibu di tanggal 30 maret ini, anak pertamanya wisuda juga. Beruntung banget bapak sama ibu masih percaya kalau aku bisa menyelesaikan study ini, alhamdulillah.

Baik, perjalanan selanjutnya apa ya? S2? Let's Go! 

Selasa, 29 Maret 2022

Merindukan ramadhan yang dulu

Fuck lah buat segala kondisi yang menyebalkan seperti ini. Ini kali ketiganya kita merayakan puasa di tengah pandemi yang tak kunjung usai. Pandemi yang tak aku inginkan mungkin juga tak kamu harapkan hadirnya. Menyerang segala lini, segala sisi, bahkan di hari-hari kita pun terampas olehnya. 

Kesel, marah, tapi engga tahu mau marah ke siapa. Entah ini sebuah teori konspirasi seperti sebagian orang katakan, ataukah ini memang sebuah cobaan untuk umat bumi, yang jelas kita semua tidak tahu aktualnya. Mungkin juga alangkah baiknya kita tidak berprasangka yang kita tidak tahu, sikap baiknya kita harus menjaga diri dan mungkin juga orang-orang tercinta.

Seperti biasa, ramadhan di tengah pandemi tak se-ramadhan yang lalu-lalu buatku pribadi mungkin juga buatmu. Bulan yang selalu kita nantikan tiap tahun harus dilewati dengan sebuah pandemi yang bajingan ini. Hari-hari dipenuhi kegaduhan, sikap orang-orang yang merasa tidak peduli dan hilangnya kemanusiaan atas dasar pandemi. Adakah yang lebih buruk dari situasi ini? Entahlah, yang jelas selama aku bernyawa inilah situasi yang mungkin paling buruk di kehidupanku menggeser kesedihan-kesedihan yang tak penting mungkin buatku juga buat orang lain.

Mengingat kembali suasana bulan Ramadhan sebelum ada pandemi, setiap sore setelah ba'da ashar pasti kita selalu keluar dan jalan- jalan bersama teman hanya untuk menunggu jam buka puasa, ada yang setiap sore pergi beli takjil bareng keluarga sambil jalan-jalan, ada juga sebenarnya merindukan sepakbola di bulan ramadhan. Masih ingat betul ketika sepakbola di bulan ramadhan yang lalu sangat riuh. Bocah kecil tanpa alas menendang bola kesana kemari. Bodo amat dengan sepasang sandal yang menjadi tiang gawang, yang jelas teriak gol adalah kebahagiaan tiap bocah kala itu dan adzan magrib jadi pertanda permainan selesai. Kita juga merindukan bagaimana setelah shalat teraweh berkumpul di halaman mesjid sambil berbincang- bincang sama teman, terus menjelang sahur bangunin warga dengan alat musik dol yang kita bawa keliling komplek, setelah shalat subuh kita sering jalan-jalan atau lebih dikenal "asmara Subuh" dan banyak lagi kenangan yang sulit diungkapkan. Hmmm Tapi apa boleh buat, pandemi semua yang menghapus segala hal mengenai itu. Kita kehilangan kenangan itu, kehilangan suasana itu, dan kehilangan semuanya. "Ya Tuhan, redakanlah situasi yang tidak diinginkan ini, yang jelas aku mungkin juga kebanyakan dari mereka menginginkan kenikmatan-kenikmatan seru di bulan ramadhan." doa dan harapan dariku, dan semoga itu juga dari kalian. Tapi ya sudahlah, kita terima saja situasi ini dengan legowo meskipun ungkapan kotor tetap terucap.

Mari berdoa untuk siapapun yang berjuang melawan semua ini, yang belum vaksin jangan lupa vaksin, jaga orang-orang di cintai. Semoga keadaan lekas membaik dan sehat selalu. Respect setinggi-tingginya untuk tenaga medis yang menjadi garda akhir dari semua ini. Mari bersama melawan situasi yang fuck lah ini, saling merangkul, bergandeng tangan, saling menguatkan satu dengan yang lain. Lekas membaik bumiku, jika memang ini cobaan ya jangan lama-lama.

Oh keadaan lekaslah membaik, izin kami berjumpa kembali sesegera mungkin..
Marhaban ya ramadhan.. 

ditulis oleh: Fanni Indra Pratama


Jumat, 18 Maret 2022

Ingatlah hari ini

Aku dua bersaudara, aku anak pertama, adikku perempuan. Umurnya cuma beda 2 tahun tapi dia lebih muda, jadi bisa dibilang kami tumbuh bersama. 

Walaupun bersaudara kami mempunyai sifat yang berbeda, aku lebih "engga mau tahu urusan orang" Nah kalo dia lebih ke kepo hahaha. 

Waktu kecil kami sering banget bertengkar, terkadang ibu kewalahan memisahkan pertengkaran kami, aku yang sebagai kakak tidak mau mengalah dan adikku yang keras kepala yang selalu ingin menang, tapi ketika beranjak dewasa kami mulai mengobrol dengan akur, dan kalau denger cerita-ceritanya aku bisa ketawa-tawa hahaha lucu dan aneh. Saking anehnya aku rasa otak dia terbuat dari neuron dan gelasan layangan.

Sebentar lagi dia menjadi ibu, lagi mengandung 2 bulan. Dia berharap anaknya cowok, aku sebagai kakak selalu mendoakan yang terbaik buat dia. Aku tidak bisa membayangkan yang dulunya ke sekolah selalu pergi dan pulang bareng sekarang dia sudah mau jadi ibu. Aku tahu ini tugas berat buat dia, terkadang dia merasa lelah, aku berharap dia bisa melawati itu dengan baik. Dia keren sih untuk semua itu. 

Dirgahayu yo Bella Indah PS semoga selalu menjadi pribadi yang baik dan menjadi ibu yang baik juga buat anak-anakmu nanti.


Kakakmu
Dang Fanni Indra P

Kamis, 17 Maret 2022

Bengkulu umurmu bertambah lagi

Hari ini adalah hari ulang tahun Kota Bengkulu yang ke 303 tahun. Dan tentu saja ada banyak kegiatan yang diadakan oleh pemerintah setempat untuk memeriahkannya. Mulai dari pawai budaya hingga pesta rakyat. Aku selalu menyukai suasana bengkulu pada saat ada momen spesial seperti ini. 

Ini kesekian kalinya aku menulis tentang kota kelaharianku, kota sejuta cerita, kota yang penuh kebahagiaan. Tidak peduli orang berkata apa, tidak peduli orang melarang seperti apa, tidak peduli usaha apa untuk membenci kota ini, yang jelas saat ini aku hanya ingin berdoa, berharap semoga kota ini menjadi tempat untuk kembali pulang bagi yang merindukan.

Media sosial cukup ramai hari ini dengan ucapan selamat atas hari jadi Kota Bengkulu yang ke 303 tahun. Kota yang tak bisa dibilang muda, namun semangat masyarakat di dalamnya seperti tak mengubris angka yang tersemat pada usia kota ini. Dan hari ini ingin aku sampaikan rasa terima kasih mendalam terhadap kota ini, terhadap orang-orang di dalamnya, juga terhadap kebersamaan yang sudah menyatukan banyak hal. 

Kota ini mempertemukan aku dengan kawan-kawan baik, mendekatkan dengan perempuan yang aku cintai, dan memberikan pembelajaran yang sulit untuk dinilai. Ya, setiap kita pernah merasa kecewa, merasa gagal, mencoba kembali ceria, bangkit lagi, semangat lagi,  seterusnya sampai kita berproses.

Kamu tahu engga sih? Terkadang cuaca di Bengkulu itu terasa unik, dia bisa hujan di siang hari, lalu cerah di sore harinya, menghadirkan senja yang indah sepanjang matahari terbenam. Cuaca seperti ini jarang terjadi di kota-kota besar. Setelah menetap dari lahir sampai sekarang, rasanya pandanganku di kota ini mulai berubah. Jika diperhatikan lebih dalam, kota ini butuh kritikan. 

Ntah sampai kapan aku menetap di sini, tapi rasanya bengkulu masih cukup nyaman untuk ditinggali, terlepas dari hal-hal aneh yang ada di kota ini. 

Dirgahayu Kota Bengkulu, di umurmu yang 303 tahun ini tetaplah menjadi nyaman bagi mereka yang menetap, tempat yang indah bagi mereka yang datang, dan selalu menjadi tempat yang penuh rindu bagi mereka yang sudah berlalu.

Dirgahayu!
Ditulis oleh: Fanni indra pratama

Selasa, 08 Maret 2022

Rindu yang tak pernah membutuhkan pertanyaan

Untukmu Rahmi, bila dirimu merasa tidak mau membaca surat dariku, tak mengapa, biarkan ini menjadi surat kosong yang mentah begitu saja. Biarlah ini jadi surat yang kubuat dalam hening bersama musim kemarau yang daun-daunnya sedang berguguran. 

Kamu tentu tahu kenapa aku menyukai ONE OK ROCK. Benar, karena seperti sering kubilang, OOR selalu menyanyikan lagu- lagu sedih yang bikin rindu. Aku tak pernah memilih rindu, tak pernah memilih kenangan mana yang harus menyeruak dan tiba-tiba masuk dalam satu lesatan panjang pikiranku.

Rah, mengagumimu dalam sunyi adalah pilihan yang ringan dan mudah. Kamu perlu tahu ini.
Aku selalu mencintai dengan sungguh-sungguh, berkali-kali jatuh, berkali-kali bangkit dan berkali-kali pula belajar. Padamu kalimat barusan adalah ungkapan serius. Rah, di mana ada kenangan yang manis, tentu tumbuh rindu juga di sekitarnya. Hampir seperti semut tak tahu malu yang selalu berjalan di tembok belakang rumahku. Maka biarkan aku bercerita kenapa rindu yang sialan itu mampir juga hari ini. 

Kamu tahu, aku kerja sepanjang sore sebelum menghabiskan malam di warkop dekat rumahku dengan lagu-lagu playlist buatanku. Aku selalu memikirkanmu, memikirkan sifatmu yang dingin itu, memikirkan kenapa rindu selalu datang padahal tak pernah di undang, sampai-sampai puisi yang aku buat bisa menghabiskan dua halaman hanya untuk memikirkanmu. 

**
Bila di antara kita tak ada pesan yang mampir, biarkan kita menikmati itu sungguh-sungguh seperti menikmati secangkir teh hangat di pagi hari. Bila kesepian itu datang terus di kamarmu, marilah keluar kamar untuk sekadar melihat betapa pasrahnya daun yang masih ada di ranting pohon. Cinta itu mahal Rah, tapi beberapa diobral sangat murah, seperti pertemuan kita kemarin, singkat. Rindu pun juga sangat menjengkelkan.

Tapi biarkanlah, biarkanlah kuselesaikan puisi ini dengan tidak membayangkanmu. Hahaha tapi hei! Kamu perlu tahu, aku selalu punya surat buatmu, surat yang tidak punya tekad untuk sampai padamu sejak kalimat pertama.


Perjalanan tak tergantikan

Rahmi lihatlah seekor semut 

yang berjalan di pohon mangga

depan rumahmu                                

Ia berjalan dengan langkah pendek 

dan rasa kangen yang panjang

kepalanya tegak, tak tunduk 

berjalan sejauh mungkin


Bila sehari saja kita bisa 

menjelma seperti semut 

kurasa kita mempunyai banyak cerita 

dan bahagia untuk berdua 

Kita akan menikmati 

proses perjalan yang panjang 

Perjalanan tak tergantikan 

Perjalanan yang sulit dilupakan

Perjalanan cinta yang semestinya kita wujudkan


Selesai perjalanan ini barangkali 

kamu akan terus menjaga harapan 

menjaga ingatan 

dan seperti cerita babi ngepet

melindungi kenangan dari angin dan lilin padam




Ditulis oleh: Fanni Indra Pratama

Minggu, 27 Februari 2022

Cerita dari meja makan: Nasehat ibu untuk aku dan Liverpool

Di dalam rumah kecil berukuran 12x15m, satu keluarga tengah menghabiskan sabtu siang dengan kesibukan masing-masing, bapak yang berkumis hitam sedang mencuci sepeda motor di teras depan rumah dan ibu yang berumur 60-an berwajah ceria, berkaus putih bertulisan "YNWA" yang sedang berjalan membawa hidangan di piring menuju meja makan, dan aku mahasiswa semester akhir yang nyaman rebahan sedang memainkan gitar kesayangan. 

Menjelang siang, bapak, ibu dan aku berkumpul di meja ruang tengah untuk makan siang. Tak lama kemudian, masing-masing memilih hidangan yang sudah ibu siapkan sejak satu jam sebelumnya. Sop ayam, pergedel jagung, tempe goreng, dan sambal jatuh ke piring. Makan siang bersama kemudian dimulai. 

Wajah ibu terlihat putih bersih karena rutin dioleskan dedaunan herbal, menjadikannya tampak lebih mudah beberapa tahun. Di kursi lain, raut muka bapak dan aku sedang tidak enak. Hari-hari yang berat karena pekerjaan dan kebutuhan memang gampang jadi beban banyak orang. Menjelang berakhirnya makan siang, obrolan di meja seketika berbeda. 

"Nak gimana kerjaanmu? Kuliahmu lancar?"

 "Alhamdulilah lancar semua pak" 

"Kata ibu malam tadi kamu pulangnya larut malam, kenapa? Abis nobar Liverpool?"

"Iya pak, maaf" 

Dan akupun terdiam setelah itu. Lalu ibu membereskan piring dan berkata "nak ibu tidak melarangmu pulang malam, tapi kamu harus tahu waktu, kamu sudah dewasa, sudah punya tanggung jawab, kalau kamu pulang larut malam terus efeknya nanti ke kesehatanmu itu bisa merugikan kamu, ibu tahu kamu suka banget sama Liverpool tapi kamu harus tahu batasannya, mendukung tidak mesti selalu ada, kan?"

"Iya buk, maaf" 

Hanya tiga kata yang bisa aku jawab dari pertanyaan ibu. Akupun berlalu memasuki kamar dan kembali bermain gitar. 
Jujur, sangat sulit untuk menghentikanku mengikuti Liverpool. Jika akhir pekan tidak ada pertandingan Liverpool, aku sering keluar rumah atau ke tongkrongan hanya untuk mengarang lagu dan menulis artikel tentang sepakbola. Sekali lagi, aku minta maaf untuk hal-hal yang terlewat di rumah selama ini. Mungkin bapak dan ibu tak pernah suka, tapi bagaimana caranya menasehati orang yang sedang jatuh cinta sama club kebanggaan?

Ditulis oleh : Fanni Indra Pratama

Jumat, 18 Februari 2022

Hujan berhenti lebih awal

Di bawah langit Tuhan
Air keajaiban menurun perlahan
Ada tanah, pohon, dan bangunan
Ikut membasahi setiap detik, setiap menit

Pagi hawa yang dingin
Tetap berangkat kerja untuk si buah hati
Awan gelap telah memudar
Pertanda hujan telah berhenti

Jam delapan pagi kaki ini mulai melangkah
Sepuluh jari ini telah mengangkat tangan ke atas untuk berdoa
Bismillah
Rezeki hari ini akan segera tiba

Ditulis oleh: Fanni Indra Pratama

Kamis, 10 Februari 2022

Merindukanmu saat kau tak ada

Aku ingat betul bagaimana dinginnya malam itu. Angin dari utara begitu kencang menghempaskan air matamu. Dua gelas teh hangat masih tak mampu menghangatkan satu malam dan mengantarkannya kepada pagi yang lain. 

Aku sudah lama merindukanmu dengan pertanyaan tak terjawab atau segala amarahmu yang selalu melatih kesabaranku.
Ini tentang dirimu rin, tentang kenapa aku menahan tiga tahun nafsu dan menggelontorkannya sekali malam. Apologi itu selalu menyedihkan tapi tak pernah bagi rindu yang serius. 

Malam di sini dingin, tapi tak perlu juga membandingkannya dengan temperatur di tempatmu sana. Rindu ini menggebu, masih seperti dulu tidak ada yang berubah dan hanya ada cemburu yang siap menjaga udara di sini tetap pas. Hangat. 

Di antara rumahku dan rumahmu cuma terpisah sekiranya satu sekolah menengah swasta, tapi itu pun aku masih merasa kamu demikian jauh. Kadang-kadang segala hal cuma soal hati saja. Soal pilihan semata. Bahwa tak ada jarak yang sepanjang perasaan yang mengeras.

Pikiran yang menggebu? Itu juga. Telinga yang tertutup dan bibir yang tak sudi ketemu. Kadang-kadang lagi menjadi jauh itu lesap sekali, kita bisa selamanya gagap dalam perasaan malu-malu. Sssttt tak ada yang tahu. Seperti biasa setiap menulis tentangmu aku selalu selipkan puisi yang mungkin bisa bikin kamu jengkel wkwkwkwk. 


Teh hangat menuju petang

Rin, tidak ada suasana baru
Sejak kamu pergi
Segala yang baru di antara kita
macam gula jawa
dalam secangkir teh hangat
Di ruangan 6x7m yang sepi ini
Aku merindukanmu, iya merindukanmu
Merindukan buatan teh manismu
saat petang tiba
Merindukan tawamu
saat senja datang
Merindukan tangisanmu
saat matahari terbenam
Hoii cintaku
Masih rindukah padaku?
Hahahaha..

Ditulis : Fanni Indra Pratama


Senin, 31 Januari 2022

Berawal dari kegelisahan

Tepatnya 18 Januari 2020 untuk pertama kalinya terlintas dalam pikiran saya untuk menulis di blog pribadi. Blog kompas yang bernama Fanni123kompasiana. Di blog inilah cerita keluh kesah saya tuliskan. Saya suka menulis, sebab dari menulislah segalanya jelas sekaligus terjaga samar. 

Ya, pada awalnya Fanni123kompasiana hanya saya anggap sebagai wadah atas keresahan pikiran-pikiran liarku dalam menikmati kegabutan dan keresahan yang saya alami. Saya tidak memasang ekspektasi jauh perihal blog ini akan menjadi tempat curhat terbaru. 

Setelah dua tahun saya menulis di blog Kompasiana akhirnya saya bermutasi di blogspotcom. Kalau ditanya alasanya kenapa saya bermutasi, ya karena saya ingin tenang dalam menulis. Di Kompasiana terlalu banyak iklan dan itu membuat saya tidak terlalu leluasa mengeluarkan ide-ide atau gagasan baru untuk artikel pribadi saya. Setelah berpikir panjang akhirnya saya memutuskan untuk membuat blog baru yang bernama "anakanggutblogspot.com> anakanggut.com".

Pasti banyak yang nanya kenapa engga buat nama lengkap untuk blog pribadi. Hmm saya ingin teman-teman yang lain di Gang Soetta Anggut bisa menularkan cerita-cerita baru di blog ini. Dan saya ingin menjadikan blog ini sebagai pengingat bahwa cerita aku dkk akan selalu di kenang untuk anak, cucu kami nanti. "Nak bapakmu dulu pernah menulis tentang club kebanggaanmu, Liverpool" atau "Nak waktu bapak masih remaja dulu bapak pernah menuliskan cerita tentang mamamu, coba deh kamu baca".

Hahaha cerita-cerita lucu semacam itu akan menjadi sesuatu hal yang keren untuk di kenang. Di blog baru inilah wadah keresahan dan kegabutan aku dkk dilanjutkan lagi.

Bismillah

Ditulis oleh: Fanni Indra Pratama



Selasa, 18 Januari 2022

PS Bengkulu; Harapan dan doa

Cinta? Ketulusan? Kebanggaan? Itu adalah tiga kata yang sering ditanyakan oleh orang-orang yang belum paham dengan dunia suporter. Banyak orang yang menganggap sepakbola hanyalah permainan biasa. Namun bagi kita yang paham betul dunia suporter dan seluk beluknya, pasti kita menganggap sepakbola lebih dari itu. Ya, lebih dari itu. Sepakbola bukan hanya sekadar permainan 11 vs 11 dalam merebut dan mencetak gol ke gawang lawan. Sepakbola melambangkan romantisme, cinta dan harga diri. Memang berlebihan. Namun itulah kenyataannya.

Berbicara tentang sepakbola, mesti tak luput dari tim legendaris kebanggaan kota tercinta kita. Tidak lain dan tidak bukan adalah PS Bengkulu. Club kebanggan Tobo Kito yang pernah menjadi jawara pada masanya merupakan sebuah identitas lain dari kota Bumi Rafflesia.

PS Bengkulu melambangkan sebuah romantisme yang tidak ditemukan oleh pasangan manapun. Mengantre tiket, bernyanyi bersama dan menikmati senja di kemenangan akhir pekan. Benar-benar romantisme yang nyata. Walaupun sekarang sang legenda Tobo Kito memulai kembali ke liga 3 Indonesia, bukan berarti kita tidak bangga. Kita harus mendukung dengan hati yang penuh rasa percaya. Percaya bahwa PS Bengkulu bisa kembali naik ke liga 2 kompetisi liga Indonesia.


Saat PS Bengkulu berlaga, akan menjadi masa dimana pikiran dan sebuah perjalanan cinta yang tak beralasan ini diperjuangkan dengan penuh rasa bangga. Menang atau kalah hal yang wajar dalam sepak bola dan kita selalu mengamini hal itu.

Suka dan duka selalu mengiringi sebuah perjalanan dalam mengawal tim PS Bengkulu. Rindu? Pasti, tapi semua mungkin sudah dalam fase mengikhlaskan. Namun percaya atau tidak, semua pasti akan terulang kembali, semua pasti bisa berkumpul bersama-sama lagi dan PS Bengkulu tetaplah sebuah klub kebanggan Bumi Rafflesia yang selalu menimbulkan cinta dan kerinduan yang kadang mengalahkan logika bagi yang mencintainya.

Terakhir, selamat bergabung kembali di kompetesi liga 3 Indonesia, semoga namamu selalu menjadi alasan tersenyum bagi seluruh orang yang menyayangimu.


Penulis: Fanni Indra Pratama & Orbital Zanjaya





Buat adikku

Anggutlah dek, yang membawa kita belajar banyak, dari keadaan yang buntu dan kemiskinan yang sungguh-sungguh serta masa lalu yang manis dan sekolah yang susah.

Tapi anggut pula, dek, yang mengangkat kita pada perayaan. Kebersamaan antar tetangga, dan degup jantung yang setiap pesta tahun baru selalu meriah. Anggut dek, yang merayakan kebaikan impian-impian hitam dan harapan kecil yang selalu kamu nantikan. Betapa kesedihan begitu licik, dek, membawa semangat pada putus asa, dan rasa menyerah, dan seterusnya.

Anggutlah dek, yang menyelamatimu atas keberhasilan yang takarnya tak cuma duit dan duit, atau seberapa dikenal namamu, atau seberapa besar rumah kita,  namun, seberapa bersungguh-sungguh dirimu pada hal-hal baik, dan betul. Man jadda wajada. Siapa yang bersungguh-sungguh akan berhasil!

Dari situlah sisi hidup yang lain. Sisi lain yang mengajak kamu dan aku tumbuh.

***

Melihatmu memakai baju pernikahan pagi ini dalam bathin aku berdoa. Ya Tuhan semoga adikku bisa melewati badai rintangan rumah tangga yang siap datang kapan saja. Dan sepuluh jari inilah langkah awal doaku itu bakal kabul.

Kurasa begini saja. Setelah pernikahanmu nanti jangan melupakan anggut, tempat keyakinan dan keinginanmu selalu jadi kenyataan. Anggut mengharapkanmu selalu sehat dan bisa kembali dengan pencapaian yang kaudapat dengan jerih yang haibat. 

Aku sebagai kakakmu merindukanmu dengan perasaan senang, dengan rindu yang akan aku simpan pada sebuah sudut kosong di ruang dapur. Supaya kelak jika kamu kembali, kangen bapak, ibu dan aku ini masih saja terjaga dan tetap syahdu begini. Ya sudah, salam buat suamimu dan rumah barumu.. 

Kakakmu, Fanni Indra Pratama



PS: Pertama kali tulisan ini kubuat di buku kecil sebagai hadiah ulangtahunmu. Tapi, setelah melihatmu memakai baju gaun seperti pahlawan ratu, aku melanjutkan lagi tulisan ini, seperti yang kamu tahu tiap tulisan punya nyawa dan takdirnya sendiri. Dia tidak mau tinggal di buku kecil saja, dia ingin dibaca, dia merengek minta diunggah. Kebetulan blog kakakmu seadanya ini sedang giat sekali menulis tentang hal-hal yang bisa bikin senang.

22 Oktober 2021

Ditulis oleh: Fanni Indra Pratama


Senin, 17 Januari 2022

Liverpool : Pagi itu hujan turun lebih awal

Anggaplah Liverpool adalah cinta kami yang lain, dan dia sedang bersembunyikan sesuatu dari kami beberapa waktu ini. Setiap kali kembali kerumah hati nya gundah, wajahnya kurang bersinar, bebannya terlalu banyak tapi membagi kepada kami ia memilih tidak. Setiap kali ia berlaga, yang datang dari hasil-hasilnya cuma rasa lowong dan pertanyaan kenapa dengan semua ini. Anfield juga begitu,besar dan catnya mengelupas kena hujan bak rumah pensiunan perusahaan kapal.

Ada banyak hal yang tak bisa kujelaskan di hidup ini. Salah satu hal itu berupa pertanyaan; kenapa. Kenapa meskipun aku tahu sumber kesedihanku, aku tetap merasa sedih? Kepadamu biar kubagi, cuma supaya kamu tahu.

Tim ibu kota Spanyol yang kaya raya menebas peluang menang sejak menit awal pertandingan. Dari gol pertama hingga 3-1 untuk kemenangan Real Madrid, yang tersisa dari tribun hanya umpatan kata kotor dan aneka warna pelangi yang jika kamu saksikan belum tentu indah tapi sudah pasti jelek. Pertandingan berlangsung tanpa penonton dikarenakan kondisi pandemi yang belum usai, ntah kenapa semangat pemain hari itu sangat menurun, seperti anak ayam tanpa induk. Aku sangat geram sekali melihat permainan mereka. Ini adalah 8 besar Liga Champions di mana zaman tampak getir, semua orang mulai gelisah dan mengabarkan isi hati kepada orang luas bahwa mungkin saja kiamat makin dekat. Mungkin tidak makin jauh. Setiap kekalahan bisa jadi lebih meresahkan dari biasanya.

Ketika sesuatu mengecewakanmu, tubuh dan pikiranmu akan bereaksi buruk. Dugaan baik tidak banyak membantumu, kamu terlanjur kecewa. Ketika pacarmu berkhianat, dadamu langsung penuh dengan amarah, dan kamu ingin mendampratnya habis-habisan. Seakan-akan kamu orang yang paling pantas untuk kecewa dan berhak sedih. Begitulah kira-kira, kamu tahu, kan? Sebangun tidur perasaanku persis begitu. Aku dan kawan-kawan penggemar Liverpool di grup Whatsapp merasa malu dengan kabar Liverpool kalah 3-1 atas club Ibukota Spanyol, Real Madrid.

Aku mencoba mencari kata-kata untuk menjelaskan kepadamu perasaanku, tapi tak ketemu. Ada yang sesak di pikiranku, ada kecamuk, dugaan buruk yang mengular seperti panas nya kota Bengkulu. Di timeline twitter semua orang membahasnya, dan semuanya seolah mengejekmu, dan kamu tersudut. Belum selesai memar di batin kemarin, penghakiman itu datang lagi pada tim ini. Ada perasaan letih, capek, malas berjalan, sudah sajalah dan lain-lain.

Aku kecewa. Aku marah untuk 3 gol yang membuat tim ini kalah. Aku marah atas ketakutan kalian pada Real Madrid. Padahal kami puya kepercayaan yang amat besar pada tim. Kepercayaan bahwa banyak dari kami akan jadi panji-panji yang berdiri di belakangmu. Di banyak keyakinan dan doa-doa kami, kami percaya bahwa kalian punya cukup kekuatan untuk mengalahkan Real Madrid. Tapi ... tapi kenapa?

Setiap cinta layak dapat kerinduan paling lamat. Dalam hal ini kami sebagai pecinta Liverpool tentu sadar, bahwa tiap pertandingan Liverpool yang kami nanti adalah bagian dari cinta itu sendiri. Artinya, jauh bahkan sebelum Liverpool jadi terkenal seperti sekarang, setiap pertandingan Liverpool tak pernah main-main. Pertandingan Liverpool, seperti semua pertandingan sepak bola lainnya, adalah kisah. Ia tak pernah berhenti kata "permainan". Persiapan, jerih keringat, usaha panjang, gol, offside, keadilan, mafia, dan judi. Semuanya adalah rangkaian alami untuk membuat permainan ini naik kelas menjadi kisah.

Saat ini Liverpool di sisa liga sudah tidak bisa mengejar point Manchester city yang ada di peringkat pertama klasmen, sementara para pendukungnya masih ingin berjuang lebih agar timnya tembus target seperti sales duduk manis menunggu slip gaji akhir bulan. Tidak bisakah kita berjuang meraup poin lebih? Setidaknya berpesta di sarangnya sendiri sampai akhir musim. Orang-orang yang menunggu masih setia, menggenggam erat conveti yang melulu tertunda. Ah andai saja kita merajai tiap pekan.

Sisa musim paling mungkin diselesaikan dengan rasa percaya; pada pengelola supaya bekerja sebagaimana mestinya, pada pelatih dan pemain agar memberikan seluruh kekuatannya di lapangan hijau, para pendukung untuk tetap setia lantang bernyanyi ''You'II Never Walk Alone". Mengingat Liverpool dapat mencuri beberapa point di laga tandang dan membalik keadaan, nampaknya kita semua masih memiliki harapan. Seperti kata orang dulu, jika sudah tidak punya harapan, kita tidak punya apa-apa lagi. Pagi itu hujan turun lebih awal. Begitu juga tekad kita.



13 April 2021




Sebuah Cerita Cinta yang Besar

Pagi itu sebuah kopi, teh dan gorengan sudah ada di meja makan yang siap di santap oleh penghuni rumah. Entah kenapa mentari pada hari minggu itu sedikit menyilaukan mata dan membuatku terpaksa bangun pagi. Harusnya aku bangun lebih siang karna malam nya aku begadang menonton Liverpool berlaga. Perlahan mungkin aku meyakini bahwa hari minggu akan ku lalui dengan baik dan menyenangkan. Liverpool, tiada kabar baik sampai pagi itu, kecuali gol  Moh Salah mengguncangkan Anfield. Sedangkan aku merasa biasa saja dengan kabar itu. Hahaha haruskah aku merasa senang? Sedikit. Karna aku sudah tahu kualitas Moh Salah kalau sudah di lapangan hijau.

Sedikit memutar kembali memori, aku pertama kali bertemu dengannya tepat di tiga tahun sebelum hari ini. Hari ini di pagiku yang cerah ada pesan yang tidak mengenakan dalam benakku dari si dia, karena aku harus dihadapkan dalam satu pilihan, yaitu memilih hubungan ini atau kawan - kawan yang sudah aku anggap saudara. Seketika mau tidak mau harus memberi suatu keputusan spontan yang sangat terpaksa. Sebenarnya aku sering bertanya dengan diri sendiri, mengapa aku dihadapkan dalam kondisi seperti ini, mencintai sesuatu yang fana justru lebih menyayah hati ketika ketimbang mecintai yang insan.

Bagiku kawan-kawanku sudah lebih dari sebuah insan yang selalu bersama tiada kelarnya, kesal sekali karna membodohkan pikiranku hingga tiada nalar hahha. Hingga pada hari itu, dengan sangat beratnya aku memilih teman-temanku, ketimbang melanjutkan hubungan asmaraku ini. Jadi ingat quotes penulis favoritku Donny Dhirgantoro "Persahabatan adalah hati terbuka, senyum, uluran tangan, pelukan, pendengaran, yang tanpa pamrih memberi dan selalu ada". Aku meyakini hidup akan tetap berlanjut dan akan tetap kutempuh. Aku percaya urusan asmara tuhan sudah mengaturnya.

Kembali aku menerka memori- memori kelam waktu itu, sedikit kulalui satu persatu memori itu. Bahwa memang benar tiada yang membahagiakan selain kawan-kawanku, seseorang asing yang datang begitu saja tak tahu darimana, begitupun tanpa terencana. Orang asing yang dulu tidak pernah kenal sama sekali, namun tiba-tiba kini selalu bersama. Seperti cinta, kamu tidak akan pernah berencana tentang sebuah persahabatan. Mengapa sebenarnya orang-orang selalu bertanya mengapa harus mecintai? Bukankah hal itu sebuah hakikat alami yang tuhan berikan kepada insan dibumi? Ya kebetulan saja aku jatuh cinta dengan keadaan, dimana keadaan aku ini yang selalu membuat tak bisa pergi dari garis pertemanan ini.

Hal yang paling pait ketika dia bertanya padaku bahwa "Apasih hal lain yang bisa dirasakan bahagianya selain kawan-kawanmu?" Aku rasa ini susah,karna tidak ada. Selain canda tawa dan berbagi kebahagian. Aku sedikit banyak juga merasakan hal jauh lebih nyaman ketika bersama kawan-kawanku. Entah apa yang harus menjadikan alasan dalam sebuah pilihan, menurutku pun sebuah pilihan belum tentu memiliki alasan yang kuat

Kebahagiaan pun semu, tidak pasti bisa dirasa dan apabila menurutku bahagia, orang lain pun belum tentu merasa. Aku dan dia pun selalu berbeda paham dalam kebahagiaan,dan aku tidak terlalu merisaukannya. Kebahagiaan pun aku yang memilih dan memiliki. Pada akhirnya aku memilih kawan- kawanku.

Emosi ini aku tuangkan dalam sebuah tulisan, yang sebenarnya mewakili banyak rasa. Karna memang berbicara memilih dan memiliki sungguh menguras hati. Aku sebenarnya tidak larut dalam pusaran ini, dan biarkan pusaran ini mengalir begitu saja. Terakhir. Kawan-kawanku adalah kebahagiaan fana abadi dalam hidupku. Kebahagiaan yang selalu ada kini nanti dan selamanya. Tiada nalar yang dapat diterima untuk sebuah alasan mecintai dan alasan mengapa tetap berada di garis pertemanan ini. Buatku ini lebih dari sebuah hidup,siklus dan rantai makanan. Sungguh janganlah  ditepis kata-kata busukku ini, karna aku tuliskan ini dari hati.


13/02/2021