Tulisan sederhana yang sulit diungkapkan
Begitulah kenapa aku suka menulis. Kamu benar, aku selalu gagal serius ketika melihat matamu yang coklat itu. Aku gagal membaca arah mata angin dalam perbincangan kita yang selalu berakhir ketawa satu sama lain. Namun itulah juga, bunga, yang mengekalkan kangenku di antara kebencian yang mengubun.
Aku sudah lama tak menulis lagu, puisi, dan surat untukmu, tentu juga karena aku sangat sibuk dan tak setiap waktu rindu. Selepas kamu sibuk dengan kesibukanmu, aku tentu tahu, menulis surat dan megutarakan rindu tak akan semudah kemarin-kemarin sore.
Sebenarnya aku ingin memulai tulisanku dengan pertanyaan-pertanyaan basa-basi, seperti: Hi There! Apa kabar bunga? Kuharap kamu baik-baik saja dan bola matamu tetap coklat dan suaramu tetap seperti BCL! Hahaha tapi kok aku rasa itu justru akan membuatmu membuang kertas suratku tepat setelah kamu membacanya.
Mungkin aku hanya menduga karena aku sering merasa tak aman, dan kamu tahu kalau dugaanku memang sering sembilan puluh persen meleset. Di samping itu, aku mulai menggerakkan jariku diatas keyboard PC dengan ditemani lagu-lagu ONE OK ROCK yang kamu tak begitu suka itu. Jadi, aku tak perlu memulainya dengan lagu yang kamu suka, kan?
Bunga, apakah Papa masih suka bermain badminton tiap minggu pagi sekitar jam delapan? Aku tak pernah berkomentar tentang ini, tapi itu adalah segambar kecil yang selalu kuingat dari papa. Kuharap ia selalu diberi sehat, dan mama selalu diantarkan ke mana-mana, terutama kalau mama sedang dirundung mendung dan ingin berdoa.
Mereka pasangan yang imut, dan kupikir keimutan itu tak datang tiba-tiba pada mereka juga padamu. Kamu dapat keimutan dari mereka, dan mereka barangkali dapat keimutan itu dari waktu yang menumbuhkan cinta mereka.
Kalau kabarmu sendiri? Hehe aku dengar kamu sekarang sudah punya pacar ya? Selamat ya bunga, akhirnya kamu menemukan pelabuhan cinta yang kamu rindukan itu. Kuharap semuanya baik, dan ia menjagamu dengan sebaik-baik mungkin
Di Bengkulu kemarin hujan deras, kalau ingat hujan aku jadi ingat perjalanan kita sepulang jogging di bawah langit tuhan yang gelap itu. Dimana air hujan membasahi kita berdua Hahaha itu moment yang tidak pernah aku lupakan, maka ketika sedang mendengarkan lagu lagu OOR tadi, aku kok jadi merasa ingin menulis surat padamu. Tak dibalas tak apa, dibalas ya syukur, semoga kalau dibaca pacarmu surat ini tak langsung dibuang. Pacarmu bukan pencemburu, kan? Semoga.
Aku belum benar-benar menutup surat ini, sebab seperti biasa, aku masih suka menulis lagu, puisi dan memberikannya padamu cuma-cuma. Semoga kamu masih suka.
Senyuman Manis di Pantai Panjang
Sore itu perjalanan melelahkan
Menikmati indahnya pantai panjang
Dua insan sedang bahagia di samudra lautan
Di atas pasir putih dan ombak karang
Sore itu matahari sore melihatmu
Dengan senyuman manis yang kuinginkan
Kenangan itu tak akan pernah aku lupakan
Di pantai ini kamu selalu ku kenang
Semua yang aku lakukan hanya untukmu
Dari hati yang tulus beserta isinya
Senyuman manismu itu tak kan kulupakan
Senyuman itu selalu ku kenang
Bengkulu, 20 Juni 2020
Puisi
Rindu kamu dan semuanya
Hujan sore tadi begitu mirip dirimu
Suka membawa rasa sedih
dan tawa ke mana-mana
Rintikan hujan kedengaran
lewat kuping,
lewat nyanyi
lewat angin
lewat doa-doa
lewat segalanya
Mengendapkan mata-mata kucing
mata-mata aku
mata-mata angin
mata-mata haru
dan binar-binar matamu
Pulanglah, pulanglah aku rindu
Bengkulu, 05 September 2020
Aku menulis begini padamu pada malam jam 23.50 menuju pergantian hari, membayangkan dinginnya kota Bengkulu dan kangenku pada dirimu. Malam ini begitu tenang dan percayalah kalau kamu ada di sini bersamaku meminum bandrek paling sempurna ini, kamu bisa tertawa, dan memelihara pertanyaan seperti memelihara ingatan adalah hal yang seringkali subtil. Itulah kenapa aku suka menulis, supaya kamu tahu, aku ada bahan bercerita, menciptakan ruang kosong yang lain lagi denganmu.
Dokpri |
Ditulis oleh: Fanni Indra Pratama
Tidak ada komentar :
Posting Komentar