SOCIAL MEDIA

Senin, 17 Januari 2022

Liverpool : Pagi itu hujan turun lebih awal

Anggaplah Liverpool adalah cinta kami yang lain, dan dia sedang bersembunyikan sesuatu dari kami beberapa waktu ini. Setiap kali kembali kerumah hati nya gundah, wajahnya kurang bersinar, bebannya terlalu banyak tapi membagi kepada kami ia memilih tidak. Setiap kali ia berlaga, yang datang dari hasil-hasilnya cuma rasa lowong dan pertanyaan kenapa dengan semua ini. Anfield juga begitu,besar dan catnya mengelupas kena hujan bak rumah pensiunan perusahaan kapal.

Ada banyak hal yang tak bisa kujelaskan di hidup ini. Salah satu hal itu berupa pertanyaan; kenapa. Kenapa meskipun aku tahu sumber kesedihanku, aku tetap merasa sedih? Kepadamu biar kubagi, cuma supaya kamu tahu.

Tim ibu kota Spanyol yang kaya raya menebas peluang menang sejak menit awal pertandingan. Dari gol pertama hingga 3-1 untuk kemenangan Real Madrid, yang tersisa dari tribun hanya umpatan kata kotor dan aneka warna pelangi yang jika kamu saksikan belum tentu indah tapi sudah pasti jelek. Pertandingan berlangsung tanpa penonton dikarenakan kondisi pandemi yang belum usai, ntah kenapa semangat pemain hari itu sangat menurun, seperti anak ayam tanpa induk. Aku sangat geram sekali melihat permainan mereka. Ini adalah 8 besar Liga Champions di mana zaman tampak getir, semua orang mulai gelisah dan mengabarkan isi hati kepada orang luas bahwa mungkin saja kiamat makin dekat. Mungkin tidak makin jauh. Setiap kekalahan bisa jadi lebih meresahkan dari biasanya.

Ketika sesuatu mengecewakanmu, tubuh dan pikiranmu akan bereaksi buruk. Dugaan baik tidak banyak membantumu, kamu terlanjur kecewa. Ketika pacarmu berkhianat, dadamu langsung penuh dengan amarah, dan kamu ingin mendampratnya habis-habisan. Seakan-akan kamu orang yang paling pantas untuk kecewa dan berhak sedih. Begitulah kira-kira, kamu tahu, kan? Sebangun tidur perasaanku persis begitu. Aku dan kawan-kawan penggemar Liverpool di grup Whatsapp merasa malu dengan kabar Liverpool kalah 3-1 atas club Ibukota Spanyol, Real Madrid.

Aku mencoba mencari kata-kata untuk menjelaskan kepadamu perasaanku, tapi tak ketemu. Ada yang sesak di pikiranku, ada kecamuk, dugaan buruk yang mengular seperti panas nya kota Bengkulu. Di timeline twitter semua orang membahasnya, dan semuanya seolah mengejekmu, dan kamu tersudut. Belum selesai memar di batin kemarin, penghakiman itu datang lagi pada tim ini. Ada perasaan letih, capek, malas berjalan, sudah sajalah dan lain-lain.

Aku kecewa. Aku marah untuk 3 gol yang membuat tim ini kalah. Aku marah atas ketakutan kalian pada Real Madrid. Padahal kami puya kepercayaan yang amat besar pada tim. Kepercayaan bahwa banyak dari kami akan jadi panji-panji yang berdiri di belakangmu. Di banyak keyakinan dan doa-doa kami, kami percaya bahwa kalian punya cukup kekuatan untuk mengalahkan Real Madrid. Tapi ... tapi kenapa?

Setiap cinta layak dapat kerinduan paling lamat. Dalam hal ini kami sebagai pecinta Liverpool tentu sadar, bahwa tiap pertandingan Liverpool yang kami nanti adalah bagian dari cinta itu sendiri. Artinya, jauh bahkan sebelum Liverpool jadi terkenal seperti sekarang, setiap pertandingan Liverpool tak pernah main-main. Pertandingan Liverpool, seperti semua pertandingan sepak bola lainnya, adalah kisah. Ia tak pernah berhenti kata "permainan". Persiapan, jerih keringat, usaha panjang, gol, offside, keadilan, mafia, dan judi. Semuanya adalah rangkaian alami untuk membuat permainan ini naik kelas menjadi kisah.

Saat ini Liverpool di sisa liga sudah tidak bisa mengejar point Manchester city yang ada di peringkat pertama klasmen, sementara para pendukungnya masih ingin berjuang lebih agar timnya tembus target seperti sales duduk manis menunggu slip gaji akhir bulan. Tidak bisakah kita berjuang meraup poin lebih? Setidaknya berpesta di sarangnya sendiri sampai akhir musim. Orang-orang yang menunggu masih setia, menggenggam erat conveti yang melulu tertunda. Ah andai saja kita merajai tiap pekan.

Sisa musim paling mungkin diselesaikan dengan rasa percaya; pada pengelola supaya bekerja sebagaimana mestinya, pada pelatih dan pemain agar memberikan seluruh kekuatannya di lapangan hijau, para pendukung untuk tetap setia lantang bernyanyi ''You'II Never Walk Alone". Mengingat Liverpool dapat mencuri beberapa point di laga tandang dan membalik keadaan, nampaknya kita semua masih memiliki harapan. Seperti kata orang dulu, jika sudah tidak punya harapan, kita tidak punya apa-apa lagi. Pagi itu hujan turun lebih awal. Begitu juga tekad kita.



13 April 2021




Tidak ada komentar :

Posting Komentar