Menjelang dini hari aku rindu ibu, seharian aku memandang hujan dari jendela kecil di sudut pintu arah selatan. Dari mana datangnya rindu? Dari waktu turun ke doa. Di balik jendela masih kurindu kabar baik tapi kecemasan masih lekat di daun-daun pintu dan air yang terus netes dari ujung bunga sepatu.
Mendadak teringat kenangan saat hujan membasahi tanah. Waktu umurku lima tahun baru masuk sekolah aku suka hujan-hujanan di bawah langit tuhan. Di deras hujan aku beteriak-teriak ikut bahagia sekaligus bersyukur pada gema guntur dan Halilintar yang bagai orkes pesta kawinan adat Bengkulu.
Selesai hujan ibu beri aku handuk dan seperangkat alat mandi, selepas mandi aku masih diberi teh hangat yang di mana teh hangat itu teh terbaik yang pernah aku minum. Menjelang tidur hujan turun kembali di langit gelap, ibu nyalakan lampu minyak sederhana dan Meninabobo aku dengan lagu daerah Bengkulu, yang dimana lagu itu masih aku hafal sampai sekarang.
Kalau mengingat kenangan itu aku selalu tersenyum sambil memikirkan "apa aku bisa memperlalukan anakku nanti sama seperti ibu memperlalukan aku waktu kecil dulu?"
Hanya harapan dan doa yang bisa menjawab semua itu.
Dan sekarang aku baru sadar sebangun tidur ibu makin tua dan keriput, ternyata di banyak waktu yang lewat cuma cinta ibu yang masih tinggal. Hmmmm tidak terasa pagi sudah menunjukan dirinya, untuk saat ini hanya ada satu kata "rindu". Rindu dengan semua itu.
Ditulis oleh: Fanni Indra Pratama
Tidak ada komentar :
Posting Komentar