Pagi itu sebuah kopi, teh dan gorengan sudah ada di meja makan yang siap di santap oleh penghuni rumah. Entah kenapa mentari pada hari minggu itu sedikit menyilaukan mata dan membuatku terpaksa bangun pagi. Harusnya aku bangun lebih siang karna malam nya aku begadang menonton Liverpool berlaga. Perlahan mungkin aku meyakini bahwa hari minggu akan ku lalui dengan baik dan menyenangkan. Liverpool, tiada kabar baik sampai pagi itu, kecuali gol Moh Salah mengguncangkan Anfield. Sedangkan aku merasa biasa saja dengan kabar itu. Hahaha haruskah aku merasa senang? Sedikit. Karna aku sudah tahu kualitas Moh Salah kalau sudah di lapangan hijau.
Sedikit memutar kembali memori, aku pertama kali bertemu dengannya tepat di tiga tahun sebelum hari ini. Hari ini di pagiku yang cerah ada pesan yang tidak mengenakan dalam benakku dari si dia, karena aku harus dihadapkan dalam satu pilihan, yaitu memilih hubungan ini atau kawan - kawan yang sudah aku anggap saudara. Seketika mau tidak mau harus memberi suatu keputusan spontan yang sangat terpaksa. Sebenarnya aku sering bertanya dengan diri sendiri, mengapa aku dihadapkan dalam kondisi seperti ini, mencintai sesuatu yang fana justru lebih menyayah hati ketika ketimbang mecintai yang insan.
Bagiku kawan-kawanku sudah lebih dari sebuah insan yang selalu bersama tiada kelarnya, kesal sekali karna membodohkan pikiranku hingga tiada nalar hahha. Hingga pada hari itu, dengan sangat beratnya aku memilih teman-temanku, ketimbang melanjutkan hubungan asmaraku ini. Jadi ingat quotes penulis favoritku Donny Dhirgantoro "Persahabatan adalah hati terbuka, senyum, uluran tangan, pelukan, pendengaran, yang tanpa pamrih memberi dan selalu ada". Aku meyakini hidup akan tetap berlanjut dan akan tetap kutempuh. Aku percaya urusan asmara tuhan sudah mengaturnya.
Kembali aku menerka memori- memori kelam waktu itu, sedikit kulalui satu persatu memori itu. Bahwa memang benar tiada yang membahagiakan selain kawan-kawanku, seseorang asing yang datang begitu saja tak tahu darimana, begitupun tanpa terencana. Orang asing yang dulu tidak pernah kenal sama sekali, namun tiba-tiba kini selalu bersama. Seperti cinta, kamu tidak akan pernah berencana tentang sebuah persahabatan. Mengapa sebenarnya orang-orang selalu bertanya mengapa harus mecintai? Bukankah hal itu sebuah hakikat alami yang tuhan berikan kepada insan dibumi? Ya kebetulan saja aku jatuh cinta dengan keadaan, dimana keadaan aku ini yang selalu membuat tak bisa pergi dari garis pertemanan ini.
Hal yang paling pait ketika dia bertanya padaku bahwa "Apasih hal lain yang bisa dirasakan bahagianya selain kawan-kawanmu?" Aku rasa ini susah,karna tidak ada. Selain canda tawa dan berbagi kebahagian. Aku sedikit banyak juga merasakan hal jauh lebih nyaman ketika bersama kawan-kawanku. Entah apa yang harus menjadikan alasan dalam sebuah pilihan, menurutku pun sebuah pilihan belum tentu memiliki alasan yang kuat
Kebahagiaan pun semu, tidak pasti bisa dirasa dan apabila menurutku bahagia, orang lain pun belum tentu merasa. Aku dan dia pun selalu berbeda paham dalam kebahagiaan,dan aku tidak terlalu merisaukannya. Kebahagiaan pun aku yang memilih dan memiliki. Pada akhirnya aku memilih kawan- kawanku.
Emosi ini aku tuangkan dalam sebuah tulisan, yang sebenarnya mewakili banyak rasa. Karna memang berbicara memilih dan memiliki sungguh menguras hati. Aku sebenarnya tidak larut dalam pusaran ini, dan biarkan pusaran ini mengalir begitu saja. Terakhir. Kawan-kawanku adalah kebahagiaan fana abadi dalam hidupku. Kebahagiaan yang selalu ada kini nanti dan selamanya. Tiada nalar yang dapat diterima untuk sebuah alasan mecintai dan alasan mengapa tetap berada di garis pertemanan ini. Buatku ini lebih dari sebuah hidup,siklus dan rantai makanan. Sungguh janganlah ditepis kata-kata busukku ini, karna aku tuliskan ini dari hati.
13/02/2021
Tidak ada komentar :
Posting Komentar