SOCIAL MEDIA

Selasa, 29 Maret 2022

Merindukan ramadhan yang dulu

Fuck lah buat segala kondisi yang menyebalkan seperti ini. Ini kali ketiganya kita merayakan puasa di tengah pandemi yang tak kunjung usai. Pandemi yang tak aku inginkan mungkin juga tak kamu harapkan hadirnya. Menyerang segala lini, segala sisi, bahkan di hari-hari kita pun terampas olehnya. 

Kesel, marah, tapi engga tahu mau marah ke siapa. Entah ini sebuah teori konspirasi seperti sebagian orang katakan, ataukah ini memang sebuah cobaan untuk umat bumi, yang jelas kita semua tidak tahu aktualnya. Mungkin juga alangkah baiknya kita tidak berprasangka yang kita tidak tahu, sikap baiknya kita harus menjaga diri dan mungkin juga orang-orang tercinta.

Seperti biasa, ramadhan di tengah pandemi tak se-ramadhan yang lalu-lalu buatku pribadi mungkin juga buatmu. Bulan yang selalu kita nantikan tiap tahun harus dilewati dengan sebuah pandemi yang bajingan ini. Hari-hari dipenuhi kegaduhan, sikap orang-orang yang merasa tidak peduli dan hilangnya kemanusiaan atas dasar pandemi. Adakah yang lebih buruk dari situasi ini? Entahlah, yang jelas selama aku bernyawa inilah situasi yang mungkin paling buruk di kehidupanku menggeser kesedihan-kesedihan yang tak penting mungkin buatku juga buat orang lain.

Mengingat kembali suasana bulan Ramadhan sebelum ada pandemi, setiap sore setelah ba'da ashar pasti kita selalu keluar dan jalan- jalan bersama teman hanya untuk menunggu jam buka puasa, ada yang setiap sore pergi beli takjil bareng keluarga sambil jalan-jalan, ada juga sebenarnya merindukan sepakbola di bulan ramadhan. Masih ingat betul ketika sepakbola di bulan ramadhan yang lalu sangat riuh. Bocah kecil tanpa alas menendang bola kesana kemari. Bodo amat dengan sepasang sandal yang menjadi tiang gawang, yang jelas teriak gol adalah kebahagiaan tiap bocah kala itu dan adzan magrib jadi pertanda permainan selesai. Kita juga merindukan bagaimana setelah shalat teraweh berkumpul di halaman mesjid sambil berbincang- bincang sama teman, terus menjelang sahur bangunin warga dengan alat musik dol yang kita bawa keliling komplek, setelah shalat subuh kita sering jalan-jalan atau lebih dikenal "asmara Subuh" dan banyak lagi kenangan yang sulit diungkapkan. Hmmm Tapi apa boleh buat, pandemi semua yang menghapus segala hal mengenai itu. Kita kehilangan kenangan itu, kehilangan suasana itu, dan kehilangan semuanya. "Ya Tuhan, redakanlah situasi yang tidak diinginkan ini, yang jelas aku mungkin juga kebanyakan dari mereka menginginkan kenikmatan-kenikmatan seru di bulan ramadhan." doa dan harapan dariku, dan semoga itu juga dari kalian. Tapi ya sudahlah, kita terima saja situasi ini dengan legowo meskipun ungkapan kotor tetap terucap.

Mari berdoa untuk siapapun yang berjuang melawan semua ini, yang belum vaksin jangan lupa vaksin, jaga orang-orang di cintai. Semoga keadaan lekas membaik dan sehat selalu. Respect setinggi-tingginya untuk tenaga medis yang menjadi garda akhir dari semua ini. Mari bersama melawan situasi yang fuck lah ini, saling merangkul, bergandeng tangan, saling menguatkan satu dengan yang lain. Lekas membaik bumiku, jika memang ini cobaan ya jangan lama-lama.

Oh keadaan lekaslah membaik, izin kami berjumpa kembali sesegera mungkin..
Marhaban ya ramadhan.. 

ditulis oleh: Fanni Indra Pratama


Tidak ada komentar :

Posting Komentar