Kamis mulai beranjak sore, tak ada yang aku lakukan hari ini, selain menyelesaikan pekerjaanku. Ku lihat handphone yang terasa sepi, “kemana dia?” Begitu pikirku. Aku baru ingat, dari malam tadi tak ada balasan pesan darinya, mungkin dia sedang sibuk dengan teman-temannya atau kelelahan lembur sisa kemarin malam. Terkadang aku iri dengan aktivitas pekerjaannya yang begitu berat, dan selalu memberikan yang terbaik.
“Ah, biar sajalah, nanti juga ngabarin.” Kataku pada diri sendiri. Dia memang makhluk yang berbeda dari yang sebelumnya, terkadang begitu dingin, cuek, dan ngeselin. Tapi dia bisa juga menjadi sangat manis dan hangat. Cerdas dan intimidatif, tapi bisa juga membuatku merasa begitu dibutuhkan. Dia adalah makhluk ekstrim kutub utara dalam satu jiwa. Terlalu menarik untuk tidak didekati.
Sedikit cerita, awal pertemuan kami terjadi di tahun 2020 saat kasus pandemi sedang melonjak. Komunikasi awal kami hanya tentang pekerjaan, sedikit-sedikit diselangi cerita pribadi, atau lebih tepatnya wawancara pribadi. Dia adalah orang yang ntah bagaimana dapat mengorek perasaanku tentang suatu hal, dan membuatku merasa selalu aman jika harus menceritakannya, dan hal itu membuat kami menjadi lebih dekat.
***
Hari mulai gelap, garis senja yang ditawarkan Kota Bengkulu makin menghilang, kentang goreng dan segelas susu coklat sudah habis pula, rasanya aku mulai kesal, "kenapa whatsapp ku tidak dibalasnya? Baiklah, akan ku telepon saja dia."
Ditulis oleh: Fanni Indra Pratama