SOCIAL MEDIA

Rabu, 14 September 2022

27 tahun ya pak-bu, selalu bahagia

Dua puluh tujuh tahun ya pak-bu, bukanlah waktu yang singkat meski rasanya baru kemarin. Banyak perjalanan panjang yang dilalui bersama baik suka maupun duka. Berharap dukanya bisa dijadikan cerita ke anakmu ini untuk bekal kehidupan kelaknya.

Kamilah anak-anakmu, pak-bu yang barangkali merekatkan cinta 90an itu jadi lebih mudah dicerna dan gampang dipahami meski apa cinta itu kami masih suka bingung sendiri. Maka anak-anakmu pula, pak-bu yang dengan penuh bangga merayakan cinta orangtuanya lebih gegap dari bapak-ibu sendiri.


Inilah ucapan terimakasih pak-bu dari anakmu yang tumbuh dari waktu dan cinta yang kuat, dari kemiskinan yang selalu dan ketabahan berulang, dari rumah yang talangnya bocor dan kecup kening sebelum pergi ke sekolah. Untuk bapak dan ibu, kuucapkan selamat ulang tahun pernikahan ke 27.

Menuju tiga dekade mesti disyukuri satu-satu, tahun demi tahun, hari demi hari, jam demi jam. Demi waktu dan rindu-rindu panjang. Semoga hal baik selalu datang untuk bapak dan ibu. Amiin.


P.S : Di setiap malam aku pernah merenungkan beberapa soal: Kenapa aku lahir di dunia ini? Kenapa mesti lewat bapak dan ibu? Kenapa bapak menikahi ibu, bercinta, dan jadilah aku dan adikku? Kenapa aku tak bisa memilih, toh bila bisa memilih aku tetap mau orangtua yang sama? Kenapa dsb dsb dsb.

Setelah bertahun-tahun aku ada, pun, aku kerap tidak menyadari bahwa ini adalah nasib terbaik. Bahwa aku mesti lahir dan hidup di keluarga yang biasa dan kerap kurang, tapi jarang mengeluh.

Maka 27 tahun aku pun memberi ini. karya anakmu. Dari buah pikir dan rindu-rindu kecil, dari permenungan dan sedikit kerja keras. Wujud syukur dan pengingat, bahwa aku dan adekku ada sebab cinta mereka, sebab rindu dan bulir-bulir keringat itu menjelma dua jabang bayi yang kelak kerap menyusahkan. Tentu, kalau sudah ada rezeki lebih, aku pengen kasih sesuatu lebih dari ini. Sebab banyak hal yang melengkapi hidup aku, takkan pernah ternilai. Bapak-ibu adalah salah satu dari banyak hal itu.


Ditulis oleh: Fanni Indra Pratama


Sabtu, 10 September 2022

Senandung lagu menjelang tidur

Menjelang dini hari aku rindu ibu, seharian aku memandang hujan dari jendela kecil di sudut pintu arah selatan. Dari mana datangnya rindu? Dari waktu turun ke doa. Di balik jendela masih kurindu kabar baik tapi kecemasan masih lekat di daun-daun pintu dan air yang terus netes dari ujung bunga sepatu.

Mendadak teringat kenangan saat hujan membasahi tanah. Waktu umurku lima tahun baru masuk sekolah aku suka hujan-hujanan di bawah langit tuhan. Di deras hujan aku beteriak-teriak ikut bahagia sekaligus bersyukur pada gema guntur dan Halilintar yang bagai orkes pesta kawinan adat Bengkulu.

Selesai hujan ibu beri aku handuk dan seperangkat alat mandi, selepas mandi aku masih diberi teh hangat yang di mana teh hangat itu teh terbaik yang pernah aku minum. Menjelang tidur hujan turun kembali di langit gelap, ibu nyalakan lampu minyak sederhana dan Meninabobo aku dengan lagu daerah Bengkulu, yang dimana lagu itu masih aku hafal sampai sekarang.


Kalau mengingat kenangan itu aku selalu tersenyum sambil memikirkan "apa aku bisa memperlalukan anakku nanti sama seperti ibu memperlalukan aku waktu kecil dulu?"

Hanya harapan dan doa yang bisa menjawab semua itu.

Dan sekarang aku baru sadar sebangun tidur ibu makin tua dan keriput, ternyata di banyak waktu yang lewat cuma cinta ibu yang masih tinggal. Hmmmm tidak terasa pagi sudah menunjukan dirinya, untuk saat ini hanya ada satu kata "rindu". Rindu dengan semua itu.


Ditulis oleh: Fanni Indra Pratama





Jumat, 02 September 2022

Sejak pernikahanmu pagi tadi hidupmu tak asik lagi

Setiap kawan terbaik menikah, aku merasa harus menulis. Sebab sempat tak sempat, harus. Maupun tak ingin, aku selalu merasa menulis adalah kado terbaik yang bisa aku lakukan dan itu adalah hal paling keren yang bisa kubikin. Aku pernah menulis tentang teman-teman kelas di masa SMA dulu dan ini merupakan yang kesekian kalinya.

Daud, hidup tidak pernah manis dan kita berdua tahu itu dan kita berdua sering diam-diam sombong untuk mengamini bahwa hal-hal paling busuk di dunia bisa dengan gampang datang kepada kita seperti abang-abang parkir ind*mar*t yang selalu muncul kalau kita selesai belanja. Dalam kesempatan yang paling apapun nasib baik datang kepadamu bersama istrimu, Nurma. Aku mengenal baik istrimu, sebentar lagi akan kubiasakan memanggilnya bu Senja Dinata.

Aku ingat waktu SMA dulu di penghujung bel pulang sekolah kamu cerita dengan kegembiraan tentang anak gadis yang duduk dekat sudut pintu kelas yang membuatmu terpikat berat. Aku juga ingat kamu pernah ngedate sehabis pulang sekolah sama perempuan itu hahaha dan sekarang aku beserta teman-teman kelas yang lain tidak menyangka kalau perempuan itu akan jadi istrimu. Kurasa setiap cinta yang tulus dengan alasan apapun akan menemui jalanya sendiri-sendiri seperti pagi ini.

Daud, kamu tahu bahwa dunia ini kadang berputar sangat kencang, lebih kencang dari angin angan di kepala kita yang idenya membosankan setiap 10 menit. Namun kasih sayang tak pernah habis, tak harus cepat-cepat dan selalu membikin kita sadar setiap hari.

Aku bahagia, gembira dan berdoa selaluan buat kawan baik ku agar ia sanggup melewati setiap busuk maupun wanginya hidup bersama istri yang ia pilih.

Selamat menikah kawan, persahabatan ini sungguh hebat buat kita berdua, terlebih untukmu.


Salam

Teman sebangkumu yang selalu bikin kamu kesal setiap pelajaran matematika wkwkwk.


Ditulis oleh: Fanni Indra Pratama