Dua puluh tujuh tahun ya pak-bu, bukanlah waktu yang singkat meski rasanya baru kemarin. Banyak perjalanan panjang yang dilalui bersama baik suka maupun duka. Berharap dukanya bisa dijadikan cerita ke anakmu ini untuk bekal kehidupan kelaknya.
Kamilah anak-anakmu, pak-bu yang barangkali merekatkan cinta 90an itu jadi lebih mudah dicerna dan gampang dipahami meski apa cinta itu kami masih suka bingung sendiri. Maka anak-anakmu pula, pak-bu yang dengan penuh bangga merayakan cinta orangtuanya lebih gegap dari bapak-ibu sendiri.
Inilah ucapan terimakasih pak-bu dari anakmu yang tumbuh dari waktu dan cinta yang kuat, dari kemiskinan yang selalu dan ketabahan berulang, dari rumah yang talangnya bocor dan kecup kening sebelum pergi ke sekolah. Untuk bapak dan ibu, kuucapkan selamat ulang tahun pernikahan ke 27.
Menuju tiga dekade mesti disyukuri satu-satu, tahun demi tahun, hari demi hari, jam demi jam. Demi waktu dan rindu-rindu panjang. Semoga hal baik selalu datang untuk bapak dan ibu. Amiin.
P.S : Di setiap malam aku pernah merenungkan beberapa soal: Kenapa aku lahir di dunia ini? Kenapa mesti lewat bapak dan ibu? Kenapa bapak menikahi ibu, bercinta, dan jadilah aku dan adikku? Kenapa aku tak bisa memilih, toh bila bisa memilih aku tetap mau orangtua yang sama? Kenapa dsb dsb dsb.
Setelah bertahun-tahun aku ada, pun, aku kerap tidak menyadari bahwa ini adalah nasib terbaik. Bahwa aku mesti lahir dan hidup di keluarga yang biasa dan kerap kurang, tapi jarang mengeluh.
Maka 27 tahun aku pun memberi ini. karya anakmu. Dari buah pikir dan rindu-rindu kecil, dari permenungan dan sedikit kerja keras. Wujud syukur dan pengingat, bahwa aku dan adekku ada sebab cinta mereka, sebab rindu dan bulir-bulir keringat itu menjelma dua jabang bayi yang kelak kerap menyusahkan. Tentu, kalau sudah ada rezeki lebih, aku pengen kasih sesuatu lebih dari ini. Sebab banyak hal yang melengkapi hidup aku, takkan pernah ternilai. Bapak-ibu adalah salah satu dari banyak hal itu.
Ditulis oleh: Fanni Indra Pratama