SOCIAL MEDIA

Sabtu, 02 Desember 2023

Rindu diciptakan bukan oleh jarak, namun rasa

Kawanku,

Di Kota Lebong yang semuanya sudah serba teratur, di mana banyak kerjaan sudah klaar dan kita cuma perlu menunggu jam 6 sore untuk pulang. Sepanjang jalan pulang di bawah langit merah selalu menyisakan ruang bathin yang seringkali otomatis terisi dengan pertanyaan tentang hidup. 

Kenapa harus pindah di sini?

Bekerja?

Di sini?

Di kota yang jauh? 

Di tempat ini di mana rindu padamu sering menjadi-jadi tanpa obat dan kita perlu menunggu dua bulan sekali untuk ketemu dan itupun tak tuntas. Itu berat, dan itu yang aku rasakan sekarang. 

Aku menulis begini padamu pada malam yang dingin dan membayangkan Bengkulu dan rinduku pada Pantai Panjang yang sekarang sedang badai. 

Malam begitu tenang dan percayalah kalau kamu ada di sini bersamaku menikmati secangkir teh hangat paling sempurna ini, kamu bisa menangis, kamu akan flashback sama kenangan kita dan memelihara pertanyaan seperti memelihara ingatan adalah hal yang seringkali terjadi. 

Itulah kenapa aku suka menulis, supaya kamu tahu, kalau aku ada bahan bercerita, menciptakan kenangan yang lain lagi denganmu.



Ditulis: Fanni Indra Pratama

Minggu, 19 November 2023

Sehabis hujan di Kabupaten Lebong

Bapak dan ibu tidur di rumah jauh 

Semalaman aku mandang hujan dari jendela kecil

Dari mana datangnya rindu?

Dari waktu turun ke doa


Hujan deras yang tak kunjung henti

Kau akan membayangkan kenang-kenangan manis

Kenangan di luar

Berlarian, pasaran, petak umpat

Bahkan ngobrol dengan Tuhan lewat Gludug


Kau akan menghargai teh panas 

Kau menyeruput dengan pelan-pelan

Sepandai kau menyeruput kenangan

Seperti yang sudah-sudah 


Di balik jendela masih kau rindu kabar baik

Tapi kecemasan masih lekat di daun-daun pintu

Dan air yang terus netes dari ujung genteng

Oh Hujan, aku rindu 


Tak perlu dihiraukan

Musik dangdut dekat kosan mu

Sebab musik itu akan membawa kelucuan pada hal-hal kecil 

Tentunya 


"Sekecil rinduku yang besar padamu."


Surat dan kiriman kue bolu 

Itulah cinta dari bapak ibu

Buru-buru ku makan dan berlari

Ke luar 


Hujan pun redah

Jalanan pun basah

Oleh air mata 

Doa, dan keheningan sepanjang malam


Ditulis: Fanni Indra Pratama







Sabtu, 04 November 2023

Banyak hal-hal yang dirindukan seperti sore ini

Zeaaa oii Zeaaa

Sore ini om pertama kali melihatmu takjub pada tenggelamnya matahari yang memerah 

Burung-burung gereja mulai berterbangan seperti awan-awan yang mengiringi jalan pulang kita 

Tangan kecilmu mulai menggenggam di bawah langit Tuhan  

Kita berhenti dan menunggu matahari habis masanya 

Om certikan padamu gelap yang akan datang segera dan keyakinan esok terbitnya lagi 


Ditulis: Fanni Indra Pratama


Sabtu, 14 Oktober 2023

Pesan singkat untuk Zea

Untuk ponakan om, Zea: 

Suatu hari om akan bagi satu sisi headset wireless yang nyambung ke platform musik di hp rongsok om dan kamu akan denger lagu Part Two dari No Use For A Name untuk pertama kali. Paman Tony Sly akan nyanyi dari surga dengan lantang namun mendayu baris perbaris di lagunya. Om pengen kamu denger satu baris paling penting di lagu itu, "protecting you is a paranoid excuse." Karena itu mungkin yang akan jadi alasan kenapa kadang kita selisih pendapat seiring kamu bertumbuh besar. 

Tapi tentang ONE OK ROCK mungkin masih jauh, belum saat ini. Sabar ya, tunggu kamu udah besar baru om kenalin band itu ke kamu. 

Sekarang habiskan dulu rotinya. 


Ditulis: Fanni Indra Pratama

Selasa, 03 Oktober 2023

Stasiun Jakarta dan gerbong-gerbong rindunya

Tiap menjelang subuh

Jam 4 tepat

Kereta dan gerbong-gerbong rindunya

Siap menghantar kepergian siapapun ke Jakarta


Bagi yang miskin dan tidak mampu 

Kepergian sangat berarti lebih

Bukan sebab perpisahan yang terus menerus meminta air mata ini turun

Tapi sebab perjuangan selalu erat dengan pergi jauh dan keringat jagung


Seperti ibu kota, sayang

Jam empat menyimpan sepi yang dalam

Bagi sanak-sanak perantau dari luar kota sana

Mereka gamang menanti jam paling khusyuk sepanjang hari

Sebagian dari mereka

Berjuang juga bagi cinta dan jarak

Menyebrang jembatan rindu yang panjang

Sebagian juga

Menyiapkan satu dus oleh-oleh remah 

Bagi istri dan anak 

Demi bubur dan beras putih


Dengar-dengar Jakarta ialah kota

Bukan sulap bukan sihir

Suka mengubah keringat jadi emas

Suka mengubah harapan menjadi kenyataan

Keajaiban

Kota yang penuh dengan mimpi

Tempat jutaan manusia menggantungkan impian

Surga-Nya para pendatang


Mesti sesekali bersama mereka

Ke Jakarta dengan kereta

Melafal doa

Menaruh janji

Menggapai impian

Mendo'akan langit merah yang segera hilang 

Dan nasib yang tak lepas malang

Stasiun demi stasiun

Sampai bertemu lagi


Jakarta, 03 Oktober 2023

Ditulis: Fanni Indra Pratama





Minggu, 01 Oktober 2023

Usiamu makin bertambah hidupmu makin berat

Bajingan! 

Pastinya dong

Jancok!

Enggak salah


Buajingaaaan!!! 

Tentu dong. Apa lagi

ENGEEENTOOOD!!!!!! 

Oke. Ada lagi, Fan? 

*cry


Hidup ini seperti roller coaster, Fan. Kadang kita di atas, kadang di bawah. Tapi yang menjadi permasalahan sekarang bukan di atas atau di bawah, bagaimana kita menjalani hidup ini dengan penuh cinta dan keyakinan. Maka dengan itu nikmatilah. 

Dengan cium

Dengan waktu

Dengan jarak

Dengan kota yang jauh

Dengan kesungguhan

Hari ini adalah 1 Oktober 2023, tempat di mana kita mesti bertemu lagi dalam surat. Dan aku menyaksikanmu dari dekat, dan aku ingin membisik padamu dari dalam: Gimana rasanya di umur sekarang temen-temenmu sudah pada nikah semua tapi kamunya masih jomblo? 
Hahahahahahahahahahahaha

Fan, kamu perlu tahu apa arti makna hidup buatmu bersyukur untuk hari ini dan seterusnya. Hidup, betapapun tak lepas dari perjalanan, perjalanan yang kadang tak mengenakan, tapi harus kita nikmati. Menikmati tentu yang baik-baik. Sedangkan yang getir kita kecap sekali dan itu cepat berlalu. Idealnya begitu, tapi hidup kadang tak ideal. Tak ideal dari banyak sisi, dari banyak baju yang seringkali tak pas ukurannya. Masalah yang kita singkiri, sebagaimana kita berjalan, seringkali kita bawa sebagai beban. Kita selalu menuntut keadilan yang tak kunjung datang, sedang kita lelah pada rotan yang begitu panjang.

Dalam perjalanan hidup, kita sebenarnya tanpa teman. Teman boleh kita ibaratkan tongkat penyangga berat ataupun air dalam kemasan, kemasan apa saja. Dalam perjalanan hidup kita bertemu banyak sumber mata air, sebanyak kita mengurai air mata namun tak banyak kita nemu teman. Selebihnya hidup ialah antara diri kita dan jalan itu sendiri. Kadang kita mampir di kota-kota sepi tanpa penghuni yang penuh dengan kerlip lampu-lampu yang tak pernah mati. Sebagaimana di keramaian kita gemar merayakan kesepian dan kesunyian.

Itulah 28 tahun hidup yang kamu mesti pelajari. Bukan lagi buku-buku pengetahuan yang mesti kamu pajang di rak kamarmu yang berdebu itu, harapan dan kenyataan yang pelan-pelan datang, cinta siap saji, Jakarta yang gempita minggu dini hari sekaligus sepi pukul 24.00 di pergantian hari.

Di Anggut 28 tahun yang lalu. Di Kasih Ibu 28 tahun yang lalu. Dan untuk itu kamu mesti terus berikhtiar pada kebaikan. 

Bertahan itu berat, tapi kamu kuat. Ayo, Fan, semangat lagi, kerja keras lagi. Di dunia tidak adil ini yg bisa membantumu ya dirimu sendiri. 
Dirgahayu Fanni Indra Pratama, semoga segala hal-hal baik selalu hadir dan doa-doamu yang terlambat akan tetap sampai. 

Scripta manent! 






Ditulis: Manusia paling keren setongkrongan Anggut. 

Sabtu, 30 September 2023

Terima kasih ONE OK ROCK

Pada malam pergantian tahun 2019 ke 2020 aku pernah list mimpi-mimpi besar untuk jadi alasan bertahan hidup dalam jangka waktu yang lama. Poin pertama yang masih teringat jelas adalah nonton konser ONE OK ROCK.

Mimpi pertama itu terwujud. ONE OK ROCK mengumumkan akan konser di Indonesia pada tanggal 30 Mei 2020. Tepat seminggu setelah lebaran idulfitri. Aku mendengarnya sangat excited banget. Dua minggu setelah pengumuman konser war tiket pun terjadi dan aku jadi manusia paling beruntung mendapatkan tiket konser ONE OK ROCK dengan perasaan campur aduk dan sulit diungkapkan. Mungkin ini jadi pertanda kalau mimpi selanjutnya bakal terwujud. Mungkin. 

Dan

BOOOOOMMMMMMMM

Pandemi datang tanpa diundang dan merusak semua agenda yang direncanakan sejak awal. Akhirnya konser ONE OK ROCK pada saat itu dibatalkan dan bakal di reschedule ntah sampai kapan. 

2021 dan 2022 belum ada pertanda bakal adanya konser ONE OK ROCK. Dua tahun menunggu tanpa ada jawaban. Teman-teman yang tiketnya belum di refund masih berharap ada secercah harapan yang tlah lama dirindukan. 

Di Januari tahun 2023 Aku sempat berpikir "mana mungkin ONE OK ROCK ke Indonesia dan itu engga akan terjadi di tahun ini." Dan akhirnya tepatnya di bulan Juni, ONE OK ROCK mengumumkan tour asia dan Indonesia termasuk dalam tour tsb. Ini semacam mimpi yang bakal jadi nyata. Ya, kali ini bakal nyata. 

Ternyata mimpi-mimpi yang terasa besar cuma ada dibenak kita, ya. Terkadang kita lupa kalau punya Tuhan yang maha besar dan siap merangkul mimpi-mimpi kita. 

Ohh ya sedikit cerita, dua bulan sebelum konser aku menemukan temen baru, namanya, Hana. Kita kenal di twitter. Banyak obrolan yang diomongin tentang ONE OK ROCK. Aku cukup seneng mengenalnya, dia orang yang baik dan enak diajak bercanda. Tiap malam kita selalu obrolin hal-hal random yang membuat kita ketawa satu sama lain. Sekali-kali kita tukaran puisi, ya, dia suka menulis. Puncaknya pas hari ini kita bertemu. Canggung? Ya, jelas. Ini  pertama kalinya pertemuan kita. Tapi rasa canggung ini hanya sebentar dan berlalu begitu saja. 

Ada yang bilang pertemuan adalah setengah dari perpisahan. Ya, itu benar adanya. Setelah pertemuan di konser ini kami harus berpisah. Sedih, baru saja bertemu kini harus terpisah dalam lamanya waktu. Rencananya aku mau ajak dia keliling Kota Jakarta. Karena ada satu dan lain hal jadi rencana itu belum  terealisasikan. Aku tidak tahu untuk kedepannya masih bisa bertemu dia lagi atau engga. Tapi, dengan adanya konser ini aku jadi paham artinya rindu dan berharganya pertemuan. 

***

Kutaklagi bisa sembunyi perasaan sedih di balik selimut dan lagu-lagu melownya ONE OK ROCK yang kusetel keras-keras di kamar. Kuputuskan untuk menulis, sebab dari menulislah segalanya jelas sekaligus terjaga samar.

Terima kasih ONE OK ROCK untuk konsernya yang begitu menakjubkan dan terima kasih juga tlah mempertemukan aku dan dia. Saat ini hanya ada satu kata, rindu, ya rindu dengan semua itu. 

Sampai bertemu lagi, Hana



Jakarta, 30 September 2023


Ditulis: Fanni Indra Pratama

Jumat, 29 September 2023

Bertemu denganmu

Aku menulis ini saat sedang menunggu pesawat menuju Jakarta yang indah itu, Hana

Yang tidak akan mudah ku bayangkan

Pertemuan singkat itu akan segera tiba

Kangen yang sudah beberapa lama dipendam
akan tersampaikan

Dan kamu tahu, Hana

Jarak sering kejam ketimbang penantiannya

Kamu akan penuh dengan rutin-rutin kantor dan bau apak yang mengempal di jam 7 

Grab, gojek, angkot dan kendaraan lainnya melewati pagi dan malam dengan kangen yang aduduh

Aku akan berusaha mengabarkan padamu lewat tulisan

Lewat rindu-rindu panjang

Dan setiap saat kupikir kepada hari depan yang manis

Aku akan terlalu rindu dan melupakan lelahnya cemas sepanjang jam

Dan

Cinta selalu mengenai lubuk mereka yang percaya, Hana

Lewat kangen dan sebel-sebel curam

Memberikan padamu malamnya indah Jakarta di antara mimpi-mimpi kita yang besar

Sebentar lagi bertemu

Aku akan menceritakan hal seru yang bisa buatmu ketawa

Hehehe, tahu engga sih.. 
Gemes 🤗

Lion Air JT-639
BKS-CGK

Ditulis: Fanni Indra Pratama



Minggu, 17 September 2023

Laut dan kita

1.

Itu yang terakhir

Karena kini, layar dan perahunya sudah hancur

Tak mampu lagi pelaut itu memperbaikinya

Dan tak ada niat sama sekali


Biarlah sudah begitu adanya

Hanya diam berdiri di tepi dermaga

Menikmati deburan ombak dan semilir angin

Tanpa merisaukan perahunya, pun angan


Tak ada kesia-siaan di sana

Saat dia mencoba merajut kembali layarnya

Saat dia mencoba melebarkan layar perahunya

Dan saat dia mencoba menarik kembali jangkarnya


Mungkin dia ingin berhenti di sana

Atau memang harus terpaksa berhenti?

Karena badai yg datang tiba-tiba

Menghancurkan semuanya, dan dia sendiri


Hanya tersisa serpihan

Yg dia pun tak sanggup untuk melihatnya

Sesak memenuhi dadanya

Seakan untuk bernapas pun penuh upaya


Ketika malam datang

Kadang terpikirnya kenapa ombak tidak membawanya juga?

Membawanya ke tengah laut sana

Pada rembulan, melalui mangata


Kadang juga terpikirnya,

Kenapa laut tidak membawanya ke dasar sana?

Membawanya bersama serpihan perahunya

Dengan dirinya yg tersisa


Menenggelamkannya sampai dasar

Hingga air memenuhi dadanya yang sesak

Hingga air menutupi matanya yang layu

Dan hingga air memeluknya dengan sangat erat


Setidaknya dia takkan pernah merasa sendiri

Karena laut takkan melepaskannya

Setidaknya dia takkan merasakan apapun

Karena laut telah mengambil semuanya


Dia, mati


2.

Seharusnya sore ini kita ke pantai

Melihat sunset indah di bulan September

Dan meletakkan segala yang mesti kita rebahkan, supaya tak banyak percakapan nirmakna yang panas dan pedih 

Tapi, oh, kita mestinya saling menggenggam saja

Memandangi laut dan melihat matahari tenggelam

Supaya angin membuat kita lupa

Bahwa selalu ada yang tak setuju di antara apa yang kita bicarakan 

Supaya pantai makin dingin dan tangan kita bergenggaman erat


Dibawah langit senja malampun sudah mengintai

Matahari sudah tertidur 

Sedangkan kita masih selalu membayangkan

Hana, Hana, Hana

Apa yang kamu risaukan? 

Ceritalah

Ceritalah

Aku ingin menyelami jiwamu yang lebih luas

Ingin tahu apa yang kamu ingin dan mau

Kuketuk pintu hatimu dengan rasa khawatir

Tak perlu kamu buka pintunya.

Biarkan hatimu yang berbicara


Kurasa begitu sudah cukup


Ditulis: Hana dan Fanni 





Selasa, 05 September 2023

Kehilangan selalu datang tiba-tiba

Bolehlah kalau kamu izinkan, kukeluarkan
Segenap kesedihan yang panjang
Di antara kepergianmu dan kehilangan yang
Pelan-pelan kusaksikan dari kejauhan

Dalam sebuah cerita
Akan kumasukkan kamu sebagai
Tokoh yang sabar, jujur, dan penyayang
Tapi tak pernah tahan menghadapi
Muka-muka muram

Meloncatlah kamu dari ketinggian
Putri malu dengan rumput-rumput gajah
Seperti yang ditanam ibu di depan rumah
Supaya bisa kutangkap kaki-kakimu
Dari tempat kamu memulai lompatan

Supaya pula kubisikkan,
"Maaf, aku belum bisa jadi yang terbaik untukmu. Terima kasih, sudah jadi tema besar dari cerita panjang yang pernah kita buat."

Begitulah, ay, begitulah
Kini sama kita tahu
Kehilangan dan perpisahan
Selalu datang tiba-tiba


Ditulis: Fanni Indra Pratama


Senin, 28 Agustus 2023

Fields of Anfield Road

Hari masih terlampau pagi untuk aku yang seharusnya masih terlelap di harinya Liverpool. Nanti malam adalah pertandingan yang ditunggu-tunggu setelah sekian lamanya. Dan Liverpool sudah dirindukan sejatinya sepakbola di rumah sendiri. Beberapa hari sebelum ini, pesan-pesan kerinduan tentang pertandingan sudah kebak di lini masa. Sungguh, teman, hari libur sepakbola sama seperti anak SMA menunggu hasil ujian nasional.

Menonton Liverpool malam ini adalah seperti datang menonton sepakbola dengan pengalaman baru yang bisa dikabarkan ke sanak keluarga tidak dengan malu-malu, dan ini berita paling bagus dari sekian tahun ini. Dari layar pc,smartphone dan tv ada keasyikan yang beda dengan cara mendukung tim kebanggaan. Dengan chants dari rumah kerumah itu yang membuat kita sebagai Liverpool fans selalu semangat untuk mendukung tim kebanggaan. Dan dari situlah kita tahu bahwa mereka yang bermain di lapangan juga sedang dikobar semangatnya.

Anfield, Anfield, Anfield kamu tampak megah di lihat dari sudut mata yang merah ini, aku begitu mengagumimu dalam banyak hal. Kamu adalah perwujudan animisme dan dinamisme sekaligus. Anfield menghadirkan roh-roh kejayaan Liverpool. Segala terekam di Anfield seperti air terjun yang deras arusnya. Ia bisa saja menyegarkan, bisa saja menggelamkan. Anfield selalu menjadi bagian dari bagiamana fans Liverpool mengukir langkahnya.

Selayaknya pertunjukan komedi, Anfield seperti ada di ruang gelap dengan sorot lampu. Ia meraba hendak kemana sementara audiens menertawakan kebingungannya. Ia selalu begitu. Untung saja selalu ada para pendukung yang mendekor petunjukkan dengan apik, mempersiapkan mikrofon terbaik, dengan sorot lampu termegah. Selayaknya pula pertunjukan  komedi, sekeras apapun tawa para penonton akan berakhir dengan riuh tepuk tangan karna pertunjukan berhasil. Seperti itulah Anfield

You'll Never Walk Alone!


Ditulis oleh: Fanni Indra Pratama


Kamis, 17 Agustus 2023

Tempat terbaik untuk bertemu

Sejatinya warung kopi atau lebih disingkat warkop tersedia untuk mereka yang haus dan lapar. Obrolan dibutuhkan untuk mengisi keringnya dahaga alih-alih es teh dapat memainkan perannya untuk memenuhi semua itu. Mie rebus dan mie goreng selalu menyapa dengan riang, bakwan dan tahu goreng pun serupa, mengisi setiap kesepian diseluruh resah umat manusia. Secara luas manusia di bumi, dan secara sempit manusia-manusia yang selalu datang di warkop pinggir gang dekat rumah Bung Karno.

Setiap tempat pasti akan meninggalkan suatu bekas yang akhirnya menjadi sesuatu yang asik untuk diceritakan. Maka kali ini aku akan certikan sesuatu yang memiliki pengaruh besar bagi anak-anak muda kelurahan Anggut. Sebuah tempat yang selalu memberikan ide dan gagasan untuk anak-anak muda, serta memikirkan "apo yo enak gawe malam ko?" atau "kemano toboko malam ko idak ngumpul siko?" Tempat itu adalah tempat yang dari dulu menjadi tempat terbaik untuk bertemu bagi masyarakat muda Anggut. Dan tempat ini juga menjadi icon nongkrong buat anak-anak Anggut untuk sekedar melegakan penat setelah aktivitas kerja, kuliah dan sekolah yang menurut beberapa dari kami menjadi sebuah rutinitas yang membosankan. Segala keluh kesah, guyonan jenaka serta pembahasan politik menjadi hal menarik ditempat ini. Tempat ini bernama warkop Kang Iwan.

Kang Iwan yang sudah aku anggap sebagai bapaknya anak-anak muda anggut, bapaknya Anggut Boys kalau aku dan teman-teman bilang. Walaupun Kang Iwan bukan asli Anggut, namun Kang Iwan dengan senang hati mendengarkan keluh kesah kami dan memberikan kami solusi atas apa yang kami lakukan, dari masalah curhat pribadi maupun tentang asmara. Tidak hanya itu, Kang Iwan juga sering memberikan motivasi pada kami agar tetap memikirkan masa depan. Di tempat ini pula di kala tanggal tua dan dompet menipis, Kang Iwan tak segan segan memberi hutangan agar perut kami tidak melilit. Bahkan ketika ada sisa menjelang tutup pun kami sering diberikan cuma-cuma untuk menghabiskan dagangannya.

                                                                Warkop Kang Iwan 2018


Bagai durian yang  tidak lepas dari makanan khas Bengkulu "lempuk", aku dan teman-teman pun juga sulit lepas dari tempat ini. Tapi siapa sangka sejak awal pandemi tiga tahun lalu warkop Kang Iwan tutup, dikarenakan 3 bulan terakhir pemasukan warkopnya sangat menurun. Aaarrrghhhhh dengar kabar buruk itu rasanya kesal sekali. Kami sebagai penunggu wakop itu sangat sedih mendengarnya. Terbesit juga dipikiran kami ingin membantu, tapi perasaan kami mengatakan bantuan ini pasti di tolak, karena kami tahu betul sifat Kang Iwan yang selalu menolak bantuan.

***

Hmmm beberapa saat tanganku berhenti sejenak di atas keyboard pc sambil memejamkan mata, dan membayangkan betapa indahnya kenangan yang ada di warkop itu. Rasanya ingin sekali memutar waktu ke masa-masa indah itu. Sebagian waktu tersita di sini dan aku pun sangat beruntung hadirnya warkop ini. Warkop ini jadi tempat ternyaman untuk betegur sapa, menanyakan kabar dan selalu menjadi tempat terbaik untuk bertemu.

Aku membuka mata setelah beberapa saat terpejam, masih di siang hari bersama pisang goreng dan es kopi, ada kenyataan yang masuk di dalam pikiran aku; Warkop Kang Iwan bukanlah warkop  besar, bukanlah warkop yang ada wifi nya. Warkop kang Iwan adalah rumah. Ia adalah tempatnya pulang. Kadang aku setiap pulang kerja selalu mampir di sini. Hanya demi pertemuan dengan kawan dan saudara, berkumpul dan menyanyikan lagu kesukaan kami, dan kita. Inilah warkop Kang Iwan yang menetap dalam pikiran aku, sebuah warkop bagi segala musim. Baik yang kemarau atau penghujan, yang mana saja asal kami bisa kembali berkumpul.

Beserta tulisan ini, aku hanya bisa berharap beliau baik-baik saja di sana. Oh keadaan lekaslah membaik, izinkan kami berjumpa kembali sesegera mungkin.


Ditulis oleh: Fanni Indra Pratama






Kamis, 27 Juli 2023

Menolak untuk mengagumimu dalam diam

Jordan Brian Henderson atau lebih dikenal Hendo, ia adalah nama yang kerap luput dari lidah orang ketika membicarakan tentang Liverpool. Tak salah juga, memang ia tak terlalu begitu di perhitungkan di kalangan pemain liverpool lainnya. 

Mudah untuk mengingat gol yang tercipta dan cerita heroik bagaimana pertahanan lawan dengan mudahnya ditembus. Namun susah untuk mengingat tekel krusial dan intersep yang membuat jala gawang tetap diam. 

Buatku ia bukan gelandang biasa, ia mempunyai jiwa leadership yang bagus, spirit fighting yang bagus dan juga motivasi di lapangan dalam memimpin rekan-rekanya.

Ia konstan dalam setiap tonggak perjalanan Liverpool. Ia ada ketika di bawah maupun di atas, ia tetap ada meskipun dari tahun ke tahun satu per satu temannya pergi, entah karena tergoda akan kemewahan yang ditawarkan club lain atau karena kualitas yang mulai tak sejalan.

Baginya, komplimen senyap dan kesederhanaan di club ini sudah cukup. Mengabaikan setiap penghargaan yang sepadan dengan talentanya.

Jendral lapangan tengah Liverpool itu pernah mendapatkan rekor melakukan 172 sentuhan terhadap bola dalam satu pertandingan. Menurut Goal.com jumlah tersebut menjadi yang terbanyak dari seorang pemain di enam kompetensi elit Eropa. 

Tak cuma itu yang jadi catatan apik Henderson. Gelandang Timnas Inggris tersebut melakukan 165 operan dalam satu pertandingan, di mana 151 berhasil tepat sasaran. Itu artinya 91 persen sukses.

Walaupun lini tengah banyak dihuni pemain muda top Eropa dan membuat posisinya rapuh, ia tetap teguh pada titiknya. Hanya intervensi yang mampu menyingkirkannya. Ia tak perlu menunjuk angka statistik maupun mulut orang jabatan untuk membelanya.

Ia percaya akan persepsi objektif tentang dirinya selama di Liverpool. Beban di pundaknya setiap kali menuntun rekannya keluar dari lorong stadion pun tak ia rasakan. Ia terima setiap mata penuh kegusaran yang menyaksikan. 

Baginya kegelisahan suporter miliknya juga. Kegelisahan suporter ia pilih bayar dengan kinerjanya. Liverpool telah menjadi bagian dari dirinya. Ia pantas mendapatkan lebih dari yang selama ini ditawarkan.

Untuk setiap ide lawan yang berubah ketika bola berada di area tengah lapangan pertahanan Liverpool, ia selalu siap menjaga lini tengah dengan gagah berani, kali ini aku menolak untuk mengagumimu dalam diam.

Terima kasih atas segalanya buat Liverpool. Perjalanan panjang 12 tahun yang tak pernah dilupakan. Aku akan ingat selalu kisah- kisah yang pernah kamu ciptakan di Anfield. Sekali lagi, Terima kasih. 

Hari ini kucukupkan tulisan untukmu, esok kutuliskan lagi ntah itu tulisan sedih, senang atau rindu, yang pasti menyebut namamu dalam pujian adalah hutang yang perlu dibayarkan kepada kebajikannya. Jordan Henderson! 


Ditulis oleh: Fanni Indra Pratama

Selasa, 18 Juli 2023

Aku khawatir

Hujan yang tak kunjung henti membuatku untuk menetap di sini. Ayam subuh mulai berkokok di seputaran depan warkop. Berhubung adzan subuh sudah berkumandang, sontak aku diajak kawanku untuk menjalankan dua rakaat yang mustajab.

Shalat subuh pun dilakukan dengan khusyu. Ini dikerjakan setelah melalui tahap basuh badan dengan perlahan dan menenangkan hati dan pikiran. Setelah mengerjakan ibadah yang penuh nikmat aku sebagai hambanya memanjatkan do'a-do'a yang paling baik agar sampai ke arasy. 

Salah satu doaku adalah "ya Allah semoga engkau selalu dekatkan aku dengan orang-orang yang terkasih dan tersayang sebagaimana engkau mengasihi ku sebagai hamba dan semoga engkau juga terus memberi kesehatan dan rezeki yang berlimpah kepadanya perempuan yang telah membuat hari-hari ku selalu tersenyum di penghujung malam seperti pantulan cahaya siang dan malam yang menuju kepadanya, aku hanya hamba yang maha pecinta dan peminta kepadamu ya Allah."

Beres-beres sajadah dan peci yang ku pinjam di musholla belakang warkop favorit tempat biasa bercengkrama, lalu kawanku bertanya "siapa perempuan yang akhirnya membuat hariku tersenyum kembali dan tidak murung seperti setiap hari menjalani hari yang jengkel?"
Aku hanya menjawab "ia adalah perempuan yang tahu dan paham keadaan baik dan buruk ku."

Lalu kemarin tlah lewat dan hari ini subuh itu terulang, aku sholat sendiri dengan perasaan yang tak menentu.

Tiap bait lafadz Allah tersengguk-sengguk kuucapkan aku hanya menahan tangis dan isak tentang apa yang kudapati pemberitahuan mengejutkan di antara hujan dan baris kolom chatting yang terlihat. Ritual pun sudah selesai dan tangan ini mengadu kepadanya. 

"Ya Allah ya rabb" Jika apa yang kuyakini itu bersebrangan dengan apa yang menjadi ketetapanmu, aku hanya meminta agar akhiri  kisah cintaku ini kepada hambamu, kaum hawa yang membuatku sakit badan, sakit hati. 

Hanya padamu hati ini berserah dan segala upaya yang kuusahakan hanya kau yang maha memberi, penyayang, dan pengasih, itu pula tentang cinta dan sayang kepada umat mu.
Ibadah selesai dan hujan subuh semakin deras. Aku keluar perlahan dari musholla yang sepi dan nyaman. Ku pegang payung dengan sangat keras agar hujan tak mengenai badan. Lalu aku teringat antaraku kamu dan rabb hanyalah seumpama agar manusia tidak pernah berburuk sangka kepada cara kerja cintamu untuk sang hamba. 

Aku meliputi rasa tak karuan disetiap jalan subuh yang masih membiru ini. Aku tidak tahu bagian mana perasaan ini tak enak dan sejak kapan aku tahu bahwa ku menyayangimu.


Ditulis: Fanni Indra Pratama



Sabtu, 24 Juni 2023

Rinduku dari sini

Tentu, ada jarak
yang tak mungkin ditempuh
jarak yang begitu jauh
bersebrangan pulau

Musim hujan telah datang
di antara
kesepian
kerinduan
dan keresahan

Kota-kota itu seperti
hendak memakanmu
tapi pasti kamu lebih gampang
jumpa sambal rawit dan nasi
yang sering kamu makan
dan lalap kemangi dan lauk lengkap

Pada rindu-rindu kecil
kita menyimpan
belasan kenangan
dan surat balasan
dalam kantung baju
kita yang mungil
biar kekal di situ

Malam akan lewat
macam-macam hal pun begitu
senyummu dari kejauhan
sangat gemilang
seperti kotamu
atas nama semua itu
kita bersyukur
pertemuan akan segera tiba

Salam.
Di Bengkulu, musim hujan datang terlalu dini
Rinduku dari sini.



Ditulis: Fanni Indra Pratama

Sabtu, 17 Juni 2023

Mungkin Hidup Hanya Butuh Sabar

Ada masa di mana abang joy ini dagangannya sepi, sepi karena pandemi. Aku beberapa kali mampir di pertengahan pandemi, dan biasanya cuma aku yang beli, mungkin ada beberapa orang lain, tapi di lain waktu, ya mungkin.

Kira-kira 2 tahun berselang sejak itu, pandemi mulai mereda, semua orang disuruh vaksin, vaksin mulai bekerja, dan orang-orang mulai ada. Parkiran si abang Joy mulai penuh, waktu tunggu mulai menjadi lama, bahkan sudah ada tukang parkirnya.

Mungkin hidup emang cuma butuh sabar, ya ketika susah sabar aja gitu, nanti juga ada jalannya. Mungkin kalau si bang Joy engga sabar dan menyerah, parkiran ini engga akan sepenuh sekarang, eh bisa jadi tetap penuh, tapi bukan untuk beli martabak.



Ditulis: Fanni Indra Pratama

Rabu, 17 Mei 2023

Semoga segala hal yang baik selalu hadir

Hallo Rahmi Maiyunda, sudah lama aku tidak menulis surat untukmu, aku ingin merayakan ulangtahun mu di tengah cuaca yg akhir-akhir ini sangat panas. 

Kamu gimana kabarnya? Semoga selalu baik dalam lindungan allah ya rah, kalo aku bertanya tentangmu rasanya tulisanku engga akan muat deh karena kamu selalu membuat aku berdiksi disepanjang pikiranku.

Kamu sehat-sehat aja kan? Jangan sakit-sakit ya rah, soalnya cuaca di kota kelahiran kita lagi tidak bersahabat, suhu panas merajalela bak seperti lingkaran api.

***

Aku di sini hanya ingin menyampaikan apa yang ingin aku sampaikan, tapi sebelumnya aku minta maaf kalau tulisan ini menyinggungmu. 

Menurutku kamu ini orang yang unik. Kamu jenis orang yang ketika selesai hujan meminta Tuhan mengulangnya dari awal. Kamu bisa sedih hanya mendengarkan lagu-lagu melow kpop kesukaanmu. Kenangan buruk terpacak di situ tapi kamu pandai meredakan diri sendiri. Kamu pandai berkelit dari kepedihan. Menjadikannya sesuatu yang lumrah, tapi tak kapok. Oh, itu kamu sekali. Aku tahu itu.

Kamu selalu menyukai malam, karena di sana banyak kenangan yang kamu ingat. Malam adalah ibu kedua bagi pikiran kusut, sebab itulah kamu merasa dekat. Aku selalu berpikir kenapa kamu terus saja bersikap cuek terhadapku? Apa yang salah dariku? Ini seperti tidak adil. Tapi bodohnya aku terus saja membayangkanmu, Rahmi. Aku hanya ingin kamu mengerti, aku selalu sayang kamu, rasaku belum bisa berubah untuk siapapun masih kamu yang paling melekat sampai detik ini. 

Terakhir, aku berdoa semoga kamu selalu diberi kekuatan untuk mengampuni mereka yang menyakitimu, semoga kamu diberikan ketabahan untuk memaafkan mereka yang tidak mampu mengucap maaf kepadamu. Aku selalu mendoakan banyak hal baik dan kebahagiaan serta perlindungan untukmu.

Sekali lagi, aku minta maaf kalau terlalu bawel dalam tulisan ini, aku hanya ingin menyampaikan apa yang ingin disampaikan. 

Selamat ulangtahun Rahmi Maiyunda Sari, lekas menjadi manusia yang baik untuk dirimu dan segala apa yang tumbuh bersamamu. Cheers 🥂


Ditulis: Fanni Indra Pratama



Kamis, 11 Mei 2023

Banyak kehilangan tak bisa dihindari dan dari situlah kamu bisa mengukur diri.

Perpisahan dan kehilangan, dua kata yang tidak pernah mengenakkan. Mau bentuknya apapun, apalagi untuk orang yang sedang berkabung seluruh dan seutuhnya. 

Aku berdoa tiada Tuhan selain Allah dan semua apa yang menjadi takdirnya semoga itu yang terbaik sebagai hamba yang hanya dititipkan sementara di dunia yang kecil ini. 

Peluk hangat untuk ayah mu Rizka. Surga Firdaus untuk ayah dan segala isi di dalamnya.
Paragraf pertama adalah bagian suka duka terdalam untuk seorang teman yang kehilangan orang yang tersayang dan paling berharga dalam hidupnya.

Tapi tulisan ini mencuat karena semua perkara "kehilangan"

Ku ceritakan sedikit tentang apa yang menjadi "kehilangan" Dan bagaimana pengorbanan sebagai ayah.

Temanku pernah bilang "kalau ingin jadi ayah harus siap mental dan finansial, Fan" Dia berbicara seperti ini setelah mendapat rezeki yang sudah diujung tanduk akan doa yang mulai pupus dan mata yang menahan tangis oleh sembap.

Tiba-tiba minggu pagi itu dia menghubungiku dan mengatakan 
"Fan, ada sedikit proyek kecil nih, temenin aku yuk ke pasar Panorama" 

Ternyata ia menjual barang yang lumayan berharga karena prioritasnya bukan lagi sekadar badannya, tapi seluruh badan yang ia hidupi di rumah sederhana berukuran 10x15m.

Aku yang memang senang dengan jalan-jalan alih-alih mengusir kesuntukan yang menghantam kepala setiap saat. Disepanjang jalan kita banyak melakukan haha hihi dan disetiap tikungan jalan kita banyak menceritakan tentang kisah yang pernah kita alami.

Aku nyeletuk "eh di lampu merah ini biasanya aku belok nih, terus disahuti oleh temanku, ini yang dulu mantanmu yang sulit dilupakan itu ya Fan hahaha"

Aku cuman senyum sepanjang jalan dan mulai menapaki diri mencapai pasar Panorama. 
Setelah obrolan mulai mendalam, lupa sejak kapan kita bergeming dan aku mulai menceritakan bagaimana hebatnya ibuku yang kalau dia bukan "ibuku" Mungkin aku akan habis di kota kecil ini.

Lagipula sebaik-baiknya menjadi orangtua (ibu) yang mendahului keperluan anaknya, mau itu merenggut kebahagiannya sekalipun.

Ditulis: Fanni indra pratama


Sabtu, 06 Mei 2023

Kenangan itu

Kamu kokang rindu kosong
dengan hati yang penuh dendam
Amarah dan tangismu
seperti alarm
atas ketidakpedulianku

Ini malam minggu di mana
kesunyian terasa hampa
bahkan di muka
tepi jalan

Kamu boleh, mungkin saja,
menganggap ini kenyataan
atau kesungguhan.
Sebab rutin telah membuat kita lupa
pada cinta dan kesudahan


1.
Oh. Malam penuh kerinduan ini hujan
kamu tahu tuhan, kamu ciptakan itu
terus menerus
selalu silih berganti
pagi panas dan sore hujan
ini hujan, tuhan


2.
Apakah perempuan itu di dalam mimpi
akan membayangkanku
yang sedang rapuh
baik raga maupun rasanya
baik cium maupun peluknya


Di balik awan, kekasihku
sayangku yang lucu, ngeselin dan
berjejal acuh
bolehkah, bolehkah,
kita simpan lebih banyak


Kenangan-kenangan itu.



Ditulis: Fanni Indra Pratama


Kamis, 27 April 2023

Kita rayakan bersama saat semua telah usai

Hey kamu, sini, kemarilah. Duduk sini disebelahku dihadapan meja yang penuh kesepian, agar sepasang mata kita sama terjaga.. 

Masih ingatkan permainan dadu yang sering kita mainkan dulu? Masih ingatkan? Ditanganku ini ada sebuah dadu yg ingin kumainkan denganmu.

***

Masih ingatkan aturan mainnya? Yaudah kalau lupa aku jelasin lagi aturan mainnya begini, ketika dadu ini keluar genap, aku punya kesempatan untuk bertanya, tetapi ketika dadu ini keluar ganjil, aku akan jawab apapun pertanyaanmu. Apapun.

Gimana? Cukup adilkan?

Oke, kita mulai! 

Kukocok dadu ini, aku pandangi matamu lama-lama dengan perasaan yang sama.

***

Genap, berarti ini giliranku.

Aku sudah tidak sabar untuk bertanya, sebab kita sudah lama tak bersua, dan kabar di antara kita cuma mampir seperti hujan panas yang turun hanya di bulan Oktober.

"Kenapa."

Kenapa satu kata ini selalu keluar sejak awal pertanyaan. Kenapa ini terus saja mengganggu pikiranku tentang kamu.

Kenapa, jika kamu memang menyayangi aku, sampai semuanya itu kita tempuh, kamu memilih menyudahinya baik-baik? Bukankah, bila kita menyudahinya baik-baik, ada yang tak akan hilang di antara mata kita ini.

Bukankah, menyudahinya buruk-buruk justru akan membunuh kisah di ingatan kita sejak menit pertama kita memutuskannya? Paling-paling kita hanya akan bersedih dengan kenangan manis, sesudah itu bangkit lagi menuju realita hidup yang lebih nyata. Dan kita akan lebih sejahtera di jiwa dan di batin setidaknya ada yang lebih tepat di situ."

Matamu kuat. Dua matamu tak berkaca-kaca sedikit pun dengan pertanyaanku, sama kuatnya dengan mulutmu yang manis itu. Pandanganmu fokus, tidak ada kesan gelisah apalagi gugup. Kamu, kuakui, sehari lebih serius dari biasanya, dua hari lebih dewasa dari biasanya, dan dua tahun lebih jauh dari biasanya.

Kemudian kamu mulai bicara..

"Fan, kamu pernah bilang, bahwa cinta itu berlaku hari ini dan seterusnya. Kamu adalah episode cinta yang panjang, tapi bukan episode yang terus menerus. Aku menghargai puisi-puisi dan lagu-lagu yang kamu buatkan untukku, tapi aku harus jujur, aku tidak bisa hidup di cinta yang kelewat melankolis. Aku tidak bisa Fan. Sebenarnya sudah lama mau mengutarakan ini tapi belum ada keberanian. 

Kamu sendiri pernah bilang bahwa cinta di antara kita ini sederhana. Pokoknya, di antara kita tidak perlu ada yang diperjelas. Kenapa aku harus mengatakan ini? Karena kamu tahu, bahwa aku bukan orang yang mudah mati rasa. Aku bisa sewaktu-waktu peduli lagi, dan bisa mampir kepadamu tanpa membangun cerita lagi. Tapi, aku egois dan kamu tahu ini. Kamu sendiri yang mengajariku untuk berlaku tidak adil."

***

Aku senang dengan jawaban dan kejujuranmu. Aku menghargai itu. Kamu memang perempuan yang selalu serius. Kamu adalah sesuatu yang lain, perempuan pintar yang sulit di atur. Dan lebih penting dari itu, aku bersyukur kita masih punya waktu untuk bertemu begini. Bertukar dendam secara baik-baik. Bukankah itu hal yang magis?

***

Sekarang giliranmu mengocok dadu, kamu menahannya agak lama di tangan kananmu. Kamu melakukannya sambil menggumam lagu ONE OK ROCK "Heartache" yang dulu sering kita nyanyikan. 

Genap lagi, giliranku lagi, apakah adil? Aku punya banyak pertanyaan, sih? Masa dari tadi kocokan ini tidak ganjil?

Tapi kita sudah menyepakati permainan ini sejak awal. Kamu menyuruhku bertanya lagi, maka aku akan bertanya dengan senang hati. 

"Jadi, apa yang kamu maksud dengan cinta yang sebenarnya? Misal, seandainya kamu merasa sudah menemukannya tapi kemudian sadar bahwa itu adalah cinta yang salah, dan sialnya aku akan menolak jika kamu kembali?"

Kamu tersenyum, tidak menampakkan muka cemas atau gugup, kamu hanya menunjukan senyuman manismu, seolah-olah ini pertanyaan biasa yang bisa muncul kapan saja di hidupmu, dan kuyakin betul kamu menganggapnya begitu. Kamu mulai menjawab lagi.

"Pertanyaan yang berat amat fan, jujur, kamu menonjokku tepat di tenggorokan, jadi aku agak kurang siap dengan posisiku sekarang ini, tapi tentu akan kujawab pertanyaanmu"

"Menurutku cinta adalah proses pengalaman yang bijak, kamu hanya bisa menjawab ketika kamu sedang meraskannya. Aku sudah curiga, sejak awal pertanyaanmu, aku yakin kamu hanya mau menjebak saja, kamu tahu kalau cinta itu tidak pernah ada deskripsinya di kamus kita yang serba terbatas. Aku sudah menemukan pria yang kurasa jauh lebih menyenangkan darimu, jauh lebih cerdas darimu, jauh lebih sabar darimu, dan jauh lebih paham situasi darimu, dan jauh lebih dekat darimu. 

Jauh lebih semuanya daripada kamu. lagi pun ini penting, jauh lebih dekat. Dari semua hal, ini paling penting. Aku bukan perempuan yang bisa menahan rindu lama-lama, sementara kamu terus meyakinkanku untuk bertahan dengan puisi romantismu. Tai kucing, kan?

Aku tahu kamu anak pertama, punya watak yang keras dan tak mau kalah, aku juga sama. Aku yakin, jika kita tahu bahwa cinta ini sungguhan, di antara kita tetap akan memilih diam. Iya, kan? Aku tahu kamu, tahu sekali. 

Selama ini pun kita tak pernah membahas hal ini setiap pertemuan, kita memikirkan apa yang terjadi besoknya. Whatsapp, video call dan surat, sudah berhasil menciptakan kita jadi robot. Robot yang dingin dan tak peka. dan ketakpekaan ini kurasa adil. Kita memang tak punya rasa sayang yang besar dan seluas itu. Kalaupun ada, aku memilih menenggelamkannya pada nasib. Aku tak akan mencarimu, sampai sini paham?"

***

Wow, nada bicaramu sudah meninggi. Hmmm asal kamu tahu aku jatuh cinta padamu bukan tanpa sebab. Aku jatuh cinta padamu sebab alasan yang banyak: Sebab kamu lucu, sebab kamu pintar, sebab kamu anak pertama yang manja. Perempuan manja selalu di kangenin. Mendampingi perempuan manja, kurasa akan membuatku nampak seperti pahlawan yang siap menjaga orang yang di cintainya. 

Tapi kamu benar. Nasib adalah kata-kata paling puncak sejak ratusan tahun lalu. Sejak bumi ini masih hijau, dan kita akhirnya bertemu di sini, di tempat yang sering kita kunjungi dan kita memang mengisi ketersambungan nasib sejak dunia dijadikan.

Sepertinya kamu sudah lelah dengan dua kali permainan dadu ini. Aku pun belum punya lagi pertanyaan. Dan kamu sepertinya tak peduli pada fakta bahwa kamu belum bertanya apa-apa padaku. Tapi jujur, aku takut ditanya, aku takut tak punya jawaban sebaik jawabanmu.

Tapi yasudahlah kita selesaikan permainan dadu ini seperti hubungan kita. Eh bukannya hubungan kita sudah lama selesai? Maksudku kenangan kita. 

Oh ya undangan pernikahanmu sudah kuterima tapi belum kubaca, aku belum siap untuk kecewa kedua kalinya. Doaku masih sama, semoga pernikahanmu lancar tanpa hambatan, dan dia selalu menjagamu. Sampai kapanpun

Sekarang pulanglah, langit sudah merah malam pun mulai mengintai dan dia sudah menunggumu. 

Aku pamit ya, sampai bertemu di lain waktu.

Dokpri

Ditulis oleh: Fanni Indra Pratama




Selasa, 04 April 2023

Dirgahayu ya bu, udah itu aja

"Pergi kemano dang?"

"Baliknyo jangan malam-malam"

"Jangan lupo bawa kunci belakang"

"Hati-hati"


Empat kalimat ini adalah hafalan luar kepala ibu ketika aku sibuk ubak-ubek di kamar di waktu-waktu acak karena ibu tahu aku segera berangkat tidak lama. Ibu balik piring dan meletakannya di meja seperti yang sudah-sudah bahwa aku ditunggu di rumah untuk makan malam berikutnya, secepatnya. Pertanyaan ibu bisa datang kapan saja sewaktu ibu ngapain aja, entah itu mencuci piring, setrika di dekat ruang tamu atau merapikan isi rak-rak yang selalu terlihat berantakan di mata ibu, atau kadang sambil menonton tutorial masak di youtube Chef Arnold dengan separuh headshet yang menggantung: membagi suara yang ibu denger dari telepon seluler dan jawaban-jawabanku.

Beberapa kali ibu mengingatkanku tentang bahaya di luar sana dan kerasnya dunia malam ditambah berita di media online terutama Instagram "Bengkulu Info" yang tiap malam selalu update tentang kecelakaan, pembegalan, dan hal-hal buruk. Ibu pengen memastikan apa aku baik-baik saja, biasanya hanya kelelahan dan tidur seharian. Kadang aku bangun tengah siang dan ibu memberikan kabar apapun tentang kejadian yang ada di "Bengkulu Info" bahkan sebelum aku tahu, walaupun aku jarang peduli. Tapi ibu selalu begitu.

***

Aku masih ingat waktu smp dulu aku selalu minta buku yang bergambar Naruto, One Piece atau berbau Jepang, segala isi kamar yang sebisa mungkin ada poster anime, bahkan tanpa diminta aku selalu mendapatkan komik One Piece, anime kesukaanku. Bahkan dengan bangganya ibu menceritakan kisahku yang suka menonton anime berjam-jam ke tetangga sebelah rumah tanpa aku sadari. Aku selalu tersenyum kalau mengingat cerita itu.

Hari ini tanggal 4 April, hari kelahiran ibu, hari lahirnya ibu di bumi. Banyak sekali perjalanan manis pahit yang sudah ibu lalui, banyak cerita-cerita keluh kesah yang belum ibu ceritakan ke anakmu ini. Aku ingin mendengarnya, ingin aku pasangkan telinga menunggu cerita-cerita ibu tentang bahtera yang terambing di samudra, yang aku belum berani mengarunginya. Aku berdiri di bibir pantai menyaksikan ibu berlayar dengan gagah berani.

Selamat ulang tahun ya bu, maaf kalo aku selalu merepotkan ibu, belum bisa bahagiakan keluarga. Tapi aku janji secepatnya akan mengabulkan permintaan ibu. Semoga di umur sekarang ibu selalu sehat. Selalu. Dan seperti yang sudah-sudah ku harap ibu tidak bosan dengan panjangnya jawabanku saat aku masuk rumah tampak lesu dengan pertanyaan ibu, 

"Sudah makan dang?"



Ditulis: Fanni Indra Pratama





Jumat, 17 Maret 2023

Kota dan kita-kita

Apa yang kurang tepat dari sebuah hari penuh kekhawatiran? Sementara, mungkin saja setiap kota memiliki ribuan isi kepala yang tersambung dengan hati secara demikian. Bengkulu kota kecil yang paling cocok untuk pusing, dan dari sana komuni kepusingan itu dibagi.

Mungkin saja begitu masif dan segera kepada kota-kota lain, yang lambat dan tak menghasilkan bisa jadi diajak juga; orang-orangnya, mau dan tidak menanggapi itu sungguh jadi urusan mereka masing-masing.

Namun bisakah kepada kekosongan kita menghindar?

Kepada rahim ibu kita menghindar?

Kepada kehilangan kita menghindar?  

Ada, maka ada. Jadi, maka jadi

Ya Tuhan

Kepadamu kuberikan ini semua

Kota berserta isinya

Kota dan kita-kita

Isi kepala juga isi jiwa

Hati yang patah dan remuk tak kaupandang hinai

Dirgahayu Kota kelahiranku, Bengkulu. Semoga namamu menjadi alasan tersenyum bagi seluruh orang yang menyayangimu. 


Ditulis: Fanni Indra Pratama

Selasa, 14 Maret 2023

Menciummu di mimpi menjelang subuh

Jika kamu percaya pada Tuhan, kamu percaya juga bahwa kesedihan dan amarahmu minggu lalu sudah di tentukan jauh sebelum air mata pertamamu jatuh. 

Air mata pertama itu jatuh ketika kita mendengarkan lagu ONE OK ROCK "Pearce" di sudut teras rumahmu. Itu lagu yang cengeng, tapi berkali-kali lebih berkesan ketika kamu marah dengan cara marah yang aku tak pernah melihat sebelumnya.

Tangismu seperti tangis orang pendendam yang siap membunuhku kapan saja. Tumpah air matamu langsung membuat nyaliku luluh, terlalu ngerinya sehingga aku tak kuat menahan jengkel pada diri sendiri. Puisi, sebagaimana hubungan kita, adalah rangkaian keterlanjuran; Dari kesempatan dan ikatan luas yang dibangun dari lama sekali.

Seandainya kita bisa bersabar sedikit, kita tentu akan sangat menikmati ini, kubayangkan begitu. Namun tidak, kita tidaklah sekuat itu. Hubungan kita retak justru ketika segalanya tampak akan segera baik-baik saja. Kamu tahu, aku jarang menyesal. Penyesalan adalah urusan paling mudah ketika segalanya gagal.

Jerih dan upaya kita begitu samar. tapi setidaknya sekali dalam hidup kita, kita pernah saling mendoakan, saling menguatkan, dan percayalah, upaya-upaya yang kita lalui memiliki keindahannya sendiri.

Untukmu selalu ada ruang kosong untuk cerita yang tidak bisa kubagikan, tapi, kepadamu aku tak pernah sanggup sembunyi. Lewat tulisan ini, aku ingin bicara tak panjang-panjang. Cuma supaya kita sama-sama sadar, bahwa segala yang berlebihan itu memang kadang menyebalkan. 

Sebagai kawan kita tak pernah begitu peduli pada cinta mana yang kira-kira sanggup membuat kita bertahan. Sebagai pecinta, kita untuk pertama kali merasakan kecanggungan yang susah dimengerti. Namun sebagai laki-laki dalam tulisan ini, aku ingin mengatakan rindu yang selalu ada buatmu. Rindu yang kupendam dalam dua bulan paling panjang dalam setahun ini, bulan ketika segala cemburu begitu cepat merampas keindahanmu. 

Semoga musim hujan segera berlalu, dan sisa anginnya menerbangkan wajah kita sampai berkerut, kisut, dan tetap saling bisu. Sampai istana di mimpi-mimpi kita jadi. Sampai kita sanggup mengetawai naskah drama ini. Sampai kita terdampar di pulau tanpa berpenghuni pada suatu malam yang tak akan kita lupa. Sampai anak-anak kita berlarian mengitari kita yang sedang bertukar masa susah. Sampai kita sanggup menertawakan hal-hal kecil yang buat kita senang. 

Apabila kamu menemukan tulisan ini dan membacanya dalam pikiranmu atau lewat satu mimpi di tidurmu menjelang subuh, kirimlah balik padaku. Kutunggu balasanmu, balasan yang apa saja. Balasan tentang di mana kamu dan siapa dirimu, atau kamu mau jelaskan padaku kenapa kamu pergi padahal tak pernah datang? Sedang aku terus saja dipaksa membayangkan.

                        

Ditulis oleh: Fanni Indra Pratama



Sabtu, 11 Februari 2023

Hujan tipis pun turun pelan-pelan di sabtu sore

Pukul empat sore hujan turun tanpa permisi yang sopan. Langit gelap sudah jauh terlihat sejak kami meninggalkan rumah, tapi sewajarnya manusia tamasya mantra harapan “Please, jangan hujan dulu.” Dirapal cepat-cepat sepanjang jalan. Beruntung, sayur asam sudah singgah di lambung. Ponakan juga baru saja melahap bubur racikan neneknya yang dipersiapkan sejak pagi. Tinggal separuh gelas es teh yang tersisa di meja, dicicip pelan-pelan demi menjaga manis di bibir.

Daun goyang-goyang kena rintik. Dalam satu peluk, ponakan masuk dalam gendongan. Kubawa ia ke tepi sudut pintu arah selatan sambil melihat anak-anak bermain hujan. Kulirik arah belakang, neneknya selesai beberes alat makan, duduk menyender dan menghabiskan es teh. Dalam bisik isyarat bibirnya bertanya “tidur?”

Kutengok sedikit arah bawah, ponakan terpejam dan nafasnya pelan teratur.

Alhamdulillah.

 

Malam yang panjang untukmu Zea

Beruntung oom mu seorang pembual

Malam itu kuceritakan apa-apa saja

Yang kami bisa lihat di teras

Sebab dinginnya hujan menahan langkah

 

Kenapa ada hujan

Cicak yang tiada lelah

Berjalan di atap rumah

Suara jangkrik yang rajin bikin bising telinga

 

Kutanya pada ponakanku, “apa itu cinta?”

Awawawawawawawawa jawabnya

Lugas

Tapi kami mengerti

 

Ditulis: Fanni Indra Pratama






Senin, 06 Februari 2023

Mencintaimu meski tak seberapa

Bagaimana cinta yang sebenarnya?

Pertanyaan itu selalu terlintas saat pertandingan liverpool tiba. Melihat gemuruh Anfield yang dipenuhi fans Liverpool membuat aku semakin iri. Mereka bersorak sesuka hati sedangkan aku harus gigit jari melihatmu di layar kaca.

Bukan aku namanya jika tidak menjurus ke dalam hati, menjadikan Liverpool sebagai kekasih, mungkin aku sebagian dari mereka yang menjadikan Liverpool adalah segalanya, dulunya. 

Kini seketika terpaksa teredam karena ada yang lebih penting dari mencintai Liverpool sampai tak masuk di logika, semakin tua dan semakin tahu, Liverpool itu selamanya dan bukanlah segalanya.

Hingga detik ini, aku mencintai Liverpool dengan caraku sendiri. Lewat tulisan ini aku ingin membuktikan betapa besarnya perasaanku terhadapmu. Tapi ada satu hal yang buatku ganjal terhadap isu fans loyal sama fans musiman.

Ingin ku ajukan pertanyaan padamu, ini dari aku yang tidak selalu menonton pertandingan tapi selalu mencuri waktu untuk tetap bisa menonton pertandinganmu. Aku tak selalu bersorak selama 90 menit ketika melihatmu berlaga, tapi doaku selalu mengalir lebih dari itu.

Tolong jawab aku, sama atau bedakah cinta seorang suporter loyal dengan mereka yang suporter musiman? Lebih setia siapakah diantara kita berdua? Bisakah kita duduk berdampingan tanpa merisaukan hal tersebut?

Sekali saja, aku ingin membuktikan cintaku terhadap club kebangaan Liverpool meski tak seberapa.

You'll Never Walk Alone


Ditulis oleh: Fanni Indra Pratama








Sabtu, 14 Januari 2023

Setidaknya perpisahan tidak mengajarkan untuk saling melupakan

Surat kecil itu terselip di saku celanaku. Ia memberi itu ketika kami baru saja berpisah dan ia marah besar. Di antara kami tak ada dendam yang terus atau rasa pahit yang panjang. Tapi seperti semua kisah kasih, ia pergi jauh setelah kami berpisah. Ia enggan membalas whatsapp ku, enggan mengangkat telponku, aku juga kecewa dengan perpisahan. Seperti kekecewaanku pada semua ucapan selamat tinggal. 

Sejauh kamu mengayuh sepeda tua, sejauh itu pula kamu akan menemukan rumah baruku. Rumah luas di sekitaran hutan, jauh dari keramaian, jauh dari peradaban, termasuk kegelisahanmu yang luar biasa sengit. Aku tinggal di rumah yang jauh sekarang, sejak perpisahan kami, segalanya tampak jauh lebih biasa dari apapun sebelumnya.

Sejak malam itu, aku dan dia tidak pernah berkirim kabar lagi. Kami dulu sering video call tiap malam, bercerita, tertawa dan bersenang menjelang terangnya bulan purnama. Jauh sebelum beberapa hari sebelum perpisahan kami, ia mencoba mengucap kata-kata sederhana. ''Aku akan selalu mencintaimu, akan selalu begitu.''

Kamu tahu, ia punya suara lebih halus dari batik sutra yang biasa dibeli ibu di pasar pagi dekat rumah. Walaupun sudah lama tak berkomunikasi, dia tetap menggelisahkan, mengecewakan, dan menyakitkan. Lebih menakutkan dari macan manapun yang akan kamu temui di hutan. Aku terlanjur ingin melupakannya dan sebisa mungkin membuang wajah dan ceritanya jauh-jauh dari pembuangan sampah paling jauh yang mungkin kamu jangkau. Tapi itu tak bisa, tak semudah itu, dan sulit. Menjelang perpisahan kami, ia bisu. Ia memang tak banyak bicara, suka memandang bintang ketika orangtuanya sudah terlelap, atau ketika orang-orang kampung selesai ronda malam. Mungkin ini pertanda bahwa hubungan yang rumit ini harus diselesaikan. 

Beberapa bulan setelah perpisahan, kami dipertemukan lagi pada siang yang panas, ketika para ibu melarang anak-anaknya minum es coklat tapi mereka sendiri melanggarnya.  Sejak perpisahan itu aku membencinya, sangat membencinya. Kamu tahu, akan sulit memaafkan kekasih yang tiba-tiba pergi sedang ia sadar kamu masih mencintainya. Tentu, aku masih mencintainya ketika kami berpisah. Ia sangat tahu hal ini.

Sebenarnya aku tak langsung bisa melupakannya. Aku rajin pergi ke pameran buku, membeli beberapa buku motivasi cinta dengan judul yang memberimu harapan untuk bangkit. Bangkit dari Keterpurukan, Lekas sembuh dari luka hati, Sebuah seni untuk bersikap bodo amat, dsb. Dari semua itu, aku paling suka "Cara berkomunikasi lewat Bathin." Aku gemar berdo'a, menyukai do'a sejak kecil. Sebab lewat do'a, aku percaya bahwa segala harapan dan umpatan banyak orang bisa sampai kepada siapa saja yang mendengarnya. Entah itu jin, hantu dan malaikat, dan segala hal yang gaib. 

Sejak aku merasa diri paling berdosa, aku tak pernah menganggap do'a ku langsung sampai ke telinga Tuhan. Paling tidak atas ketabahan mengharap sesuatu, pesan itu disimpan dulu oleh malaikat dan entah disampaikan pada Tuhan beberapa saat kemudian. Tapi itulah, buku komunikasi bathin ini mengingatkanku pada do'a. Katanya, yang perlu kamu lakukan adalah menyebut nama kekasihmu secara berulang, nanti suaramu akan sampai juga pada orang yang kamu cinta. Ini hal yang penting, pikirku.

Sampai sekarang aku suka menyebut nama kekasihku dalam hati, sebelum akhirnya kami bertemu hari kemarin. Biasanya, penyebutan nama ini akan berefek langsung hari itu juga, detik itu juga, dan siang itu juga. Tapi kemarin ini tak biasa. Kami bertemu di sebuah kedai kopi dekat pantai tengah kota. Kedai yang tak lekang di makan zaman sejak masa kami pacaran. Di sana muda-mudi biasa beradu pikir. Wajahnya masih sama, matanya masih coklat dan bibirnya yang menyenangkan juga tetap tinggal. Aku ada di antara rasa-rasa semrawut, gelisah, tak karuan. Setelah beberapa tahun aku cuma menghubunginya lewat bathin.

Mantan kekasihku masih sama seperti dulu. Sendirian saja bersama senyuman kecil. Aku memberanikan diri menyapanya. “Kamu tahu, wajahmu banyak berubah setelah kita berpisah.” Aku basa-basi membuka percakapan sambil memandang matanya jauh ke dalam, seakan-akan beberapa tahun di antara kami hanyalah peristiwa barusan. 
"Kamu masih saja tak sopan seperti dulu, Fan." Ia membalas pembukaanku dengan suara lirihnya yang khas. Ia adalah perpaduan Bengkulu-Lebong yang meledak-ledak sekaligus halus. Ingin diakui sekaligus tak ingin pamer. Aku maklum, keluarganya memang berasal dari keturunan raden. Kami berbincang di meja kecil setelah obrolan kami tadi. Belakangan ku tahu dia sudah punya pacar, pacarnya seorang pegawai bumn di Ibu Kota. Untuk menjadi pacar yang baik, kamu cuma perlu setia dan bekerja. Lagian, siapa mau diberi makan cinta?

Ia kubiarkan tak tahu soal hidupku. Di umurku sekarang ini, aku takut mencintai orang yang salah. Aku selalu pergi ke tempat sepi yang tidak ada keramaian, hanya untuk berdo'a kepada tuhanku. Supaya aku bisa lupa segala hal yang membuatku sedih dan terpuruk, tapi percuma, ku kira, aku tak perlu lagi terasing dan mengurung diri untuk melupakan sesuatu. Aku cuma sulit memaafkan diriku dan dirinya yang ketika itu tak buru-buru berusaha bertahan. Bertahan dari segala hal yang masih tinggal.

Semoga akhirnya kamu bisa membayangkan, seberapa sulit untuk melupakanmu. Sepasang mata yang gelisah menahan sesuatu. Kupandang terus hari itu. Sampai matanya tertutup rapat, begitu gelap. Dalam sejam ia jadi patung yang terbentuk secara sumir. Di kedai kopi ia jadi manekin paling cantik untuk edisi bulan Januari. Dan diriku, seperti banyak orang tahu, masih jadi orang gila yang menghabiskan sisa hidupnya untuk kesia-siaan yang tak banyak orang tahu. Aku tak tahu lagi berapa umurku, apalagi cara mengukur satuan waktu. Seperti kucing di sampingku ini, setia.

 
Ditulis: Fanni Indra Pratama
















Minggu, 08 Januari 2023

Januari dalam malam semenit mengenangmu

Malam sudah menyapa
Dingin pun mulai berdatangan
Langit gelap sedang berdoa
Di antara dua insan sedang memandang nasib

Maafkan aku
ampunilah aku
sengaja maupun tidak
Di dunia yang tidak adil ini
aku mencintaimu
menyayangimu
mengasihimu
sebagaimana itu semua

Sekarang pejamkanlah matamu
Berdoalah kepada tuhanmu
Dan lupakan kerumitan hari ini
Percayalah, esok pagi akan menjadi lebih baik



Ditulis oleh: Fanni Indra Pratama