Jordan Brian Henderson atau lebih dikenal Hendo, ia adalah nama yang kerap luput dari lidah orang ketika membicarakan tentang Liverpool. Tak salah juga, memang ia tak terlalu begitu di perhitungkan di kalangan pemain liverpool lainnya.
Mudah untuk mengingat gol yang tercipta dan cerita heroik bagaimana pertahanan lawan dengan mudahnya ditembus. Namun susah untuk mengingat tekel krusial dan intersep yang membuat jala gawang tetap diam.
Buatku ia bukan gelandang biasa, ia mempunyai jiwa leadership yang bagus, spirit fighting yang bagus dan juga motivasi di lapangan dalam memimpin rekan-rekanya.
Ia konstan dalam setiap tonggak perjalanan Liverpool. Ia ada ketika di bawah maupun di atas, ia tetap ada meskipun dari tahun ke tahun satu per satu temannya pergi, entah karena tergoda akan kemewahan yang ditawarkan club lain atau karena kualitas yang mulai tak sejalan.
Baginya, komplimen senyap dan kesederhanaan di club ini sudah cukup. Mengabaikan setiap penghargaan yang sepadan dengan talentanya.
Jendral lapangan tengah Liverpool itu pernah mendapatkan rekor melakukan 172 sentuhan terhadap bola dalam satu pertandingan. Menurut Goal.com jumlah tersebut menjadi yang terbanyak dari seorang pemain di enam kompetensi elit Eropa.
Tak cuma itu yang jadi catatan apik Henderson. Gelandang Timnas Inggris tersebut melakukan 165 operan dalam satu pertandingan, di mana 151 berhasil tepat sasaran. Itu artinya 91 persen sukses.
Walaupun lini tengah banyak dihuni pemain muda top Eropa dan membuat posisinya rapuh, ia tetap teguh pada titiknya. Hanya intervensi yang mampu menyingkirkannya. Ia tak perlu menunjuk angka statistik maupun mulut orang jabatan untuk membelanya.
Ia percaya akan persepsi objektif tentang dirinya selama di Liverpool. Beban di pundaknya setiap kali menuntun rekannya keluar dari lorong stadion pun tak ia rasakan. Ia terima setiap mata penuh kegusaran yang menyaksikan.
Baginya kegelisahan suporter miliknya juga. Kegelisahan suporter ia pilih bayar dengan kinerjanya. Liverpool telah menjadi bagian dari dirinya. Ia pantas mendapatkan lebih dari yang selama ini ditawarkan.
Untuk setiap ide lawan yang berubah ketika bola berada di area tengah lapangan pertahanan Liverpool, ia selalu siap menjaga lini tengah dengan gagah berani, kali ini aku menolak untuk mengagumimu dalam diam.
Terima kasih atas segalanya buat Liverpool. Perjalanan panjang 12 tahun yang tak pernah dilupakan. Aku akan ingat selalu kisah- kisah yang pernah kamu ciptakan di Anfield. Sekali lagi, Terima kasih.
Hari ini kucukupkan tulisan untukmu, esok kutuliskan lagi ntah itu tulisan sedih, senang atau rindu, yang pasti menyebut namamu dalam pujian adalah hutang yang perlu dibayarkan kepada kebajikannya. Jordan Henderson!
Ditulis oleh: Fanni Indra Pratama