Hujan yang tak kunjung henti membuatku untuk menetap di sini. Ayam subuh mulai berkokok di seputaran depan warkop. Berhubung adzan subuh sudah berkumandang, sontak aku diajak kawanku untuk menjalankan dua rakaat yang mustajab.
Shalat subuh pun dilakukan dengan khusyu. Ini dikerjakan setelah melalui tahap basuh badan dengan perlahan dan menenangkan hati dan pikiran. Setelah mengerjakan ibadah yang penuh nikmat aku sebagai hambanya memanjatkan do'a-do'a yang paling baik agar sampai ke arasy.
Salah satu doaku adalah "ya Allah semoga engkau selalu dekatkan aku dengan orang-orang yang terkasih dan tersayang sebagaimana engkau mengasihi ku sebagai hamba dan semoga engkau juga terus memberi kesehatan dan rezeki yang berlimpah kepadanya perempuan yang telah membuat hari-hari ku selalu tersenyum di penghujung malam seperti pantulan cahaya siang dan malam yang menuju kepadanya, aku hanya hamba yang maha pecinta dan peminta kepadamu ya Allah."
Beres-beres sajadah dan peci yang ku pinjam di musholla belakang warkop favorit tempat biasa bercengkrama, lalu kawanku bertanya "siapa perempuan yang akhirnya membuat hariku tersenyum kembali dan tidak murung seperti setiap hari menjalani hari yang jengkel?"
Aku hanya menjawab "ia adalah perempuan yang tahu dan paham keadaan baik dan buruk ku."
Lalu kemarin tlah lewat dan hari ini subuh itu terulang, aku sholat sendiri dengan perasaan yang tak menentu.
Tiap bait lafadz Allah tersengguk-sengguk kuucapkan aku hanya menahan tangis dan isak tentang apa yang kudapati pemberitahuan mengejutkan di antara hujan dan baris kolom chatting yang terlihat. Ritual pun sudah selesai dan tangan ini mengadu kepadanya.
"Ya Allah ya rabb" Jika apa yang kuyakini itu bersebrangan dengan apa yang menjadi ketetapanmu, aku hanya meminta agar akhiri kisah cintaku ini kepada hambamu, kaum hawa yang membuatku sakit badan, sakit hati.
Hanya padamu hati ini berserah dan segala upaya yang kuusahakan hanya kau yang maha memberi, penyayang, dan pengasih, itu pula tentang cinta dan sayang kepada umat mu.
Ibadah selesai dan hujan subuh semakin deras. Aku keluar perlahan dari musholla yang sepi dan nyaman. Ku pegang payung dengan sangat keras agar hujan tak mengenai badan. Lalu aku teringat antaraku kamu dan rabb hanyalah seumpama agar manusia tidak pernah berburuk sangka kepada cara kerja cintamu untuk sang hamba.
Aku meliputi rasa tak karuan disetiap jalan subuh yang masih membiru ini. Aku tidak tahu bagian mana perasaan ini tak enak dan sejak kapan aku tahu bahwa ku menyayangimu.
Ditulis: Fanni Indra Pratama
Tidak ada komentar :
Posting Komentar