Itulah kenapa aku menulis. Kamu tahu, supaya banyak hal tak segera menguap, tak segera hilang, begitu hal-hal kecil pergi, kita akan kehilangan hal-hal besar, dan hal-hal besar biasanya sering berkhianat atau kamu khianati dahulu, secara diam-diam dan pelan.
Sudah tiga bulan aku menetap di sini dan aku belum sungguh-sungguh mencintai Lebong, belum, sampai aku kembali lagi dengan perasaan yang lain, yaitu perasaan yang kubawa pada kabupaten ini sekarang. Perasaan yang kamu tanam pelan, sepelan becak yang dikayuh pak tua di depan rumah Bunga Karno
Kamu tahu, musim hujan adalah cara tuhan menyentuh jarimu dengan air, menyentuhkan aku dan kamu dalam sebaskom penuh anggur putih. Dan..
Sabar, sayang. Musim hujan masih lama, menetaplah di sini, di ruang hati yang dalam, seperti kangen tak kenal waktu, kangen itulah, yang merasuk sampai ke tulang-tulang, dan pelukan. Pelukan itu, belum kita miliki penuh-penuh.
Sayang, di kabupaten ini aku menantimu. Datanglah dengan pikiran dan hati yang lengkap, saat itu tiba, aku akan benar-benar meyakinimu. Meyakinimu. Sungguh-sungguh.
Ditulis: Fanni Indra Pratama
Tidak ada komentar :
Posting Komentar