SOCIAL MEDIA

Minggu, 25 Februari 2024

Do'aku masih sama, semoga malam ini kamu menang

Seperti pagi biasa yang kulalui, aku bangun tidur kesiangan. Alarm dari handphoneku produk Tiongkok sepertinya kurang manjur untuk membangunkanku lebih awal. Entah aku yang tidur terlalu malam atau emang volume handphoneku terdengar pelan. Aku pun pasrah dengan hal itu, yang terpenting adalah aku tetap dapat bangun dan menikmati setiap detik apa yang harus kujalani untuk hari ini. 

Langit yang mendung, matahari yang mengintip manja memberikan kehangatan untuk menulis lembaran-lembaran yang belum tiba ini. Lama tidak menonton kamu berlaga membuat kerinduan ini selalu muncul. Dengan kesabaran penuh, aku menunggu saat kabar perjumpaan itu tiba. Terkhusus malam ini, ya. Malam ini berbeda seperti malam-malam kemarin. Malam ini partai puncak, pertandingan yang menentukan kalau kita masih yang terbaik di tanah Britania. 

Sebelum sarapan pagi, aku jadi ingat saat membaca tentang Yunani bahkan Romawi Kuno. Bukan tentang bagaimana pemikirannya, tetapi bagaimana aku bisa mengambil keikhlasan dari hati dan pikiran yang menyatu untuk berdoa kepada Tuhan. Cara inilah yang hanya bisa kulakukan saat ini. Berdoa untuk membujuk Tuhan agar kemenangan dapat dirayakan. 

Aku pun percaya, Tuhan akan mendengar doa-doa yang dipanjatkan banyak orang yang mencintai klub ini. Entah dekat ataupun jauh, di atas gunung ataupun di tengah lautan, berapa pun jaraknya bahkan ribuan kilometer doa-doa ini akan tetap terdengar. Jika syal ataupun atribut lainnya bukanlah benda mati, aku pun percaya mereka juga akan memanjatkan doa agar Liverpool juara Carabao Cup. 

Sungguh gila mungkin, tetapi itulah yang kurasakan hari ini. Semoga malam nanti menjadi malamnya kita, malam yang membahagiakan. Sehingga memberikan kehangatan untuk Kota Liverpool yang sering turun hujan akhir-akhir ini. Jika belum membahagiakan, aku akan tetap mendoakanmu seperti penyair-penyair Eropa Kuno yang membawakan prosa dengan penuh keyakinan dan ketabahan. Walaupun dalam kesunyian malam, aku tetap berjalan menuju sesuatu yang entah kapan pagi hari akan datang lagi melanjutkan hari kemarin. 

Aku akan menulis lembaran-lembaran hari ini yang masih kosong dan sebagian terisi doa agar menjadi sesuatu yang dapat diceritakan di hari-hari berikutnya.


Ditulis: Fanni Indra Pratama

Rabu, 07 Februari 2024

Takut mengorbankan segalanya, karena aku pernah kehilangan segalanya

Adakah yang lebih indah dari seseorang yang meyakini perjuangannya sendiri?

Adakah yang lebih indah dari seseorang yang percaya keajaiban Tuhan itu ada?

Adakah yang lebih indah dari seseorang yang ditakdirkan untuk mencintai ketika tidak bisa memiliki?

Aku takut, Tuhan

Aku takut, aku hanya menjadi seonggok daging yang bisa berbicara tanpa punya makna

Aku takut, Tuhan. Aku takut aku tidak menjadi siapa-siapa di dunia yang tidak adil ini

Hanya bisa menghabiskan oksigen pemberianmu

Hanya bisa memenuhi bumi dengan perbuatan tidak bermakna

Aku takut aku hanya jadi beban bagi duniaku

Aku takut hanya jadi masalah bagi duniaku

Bagi semua di lingkunganku

Bagi semua yang kusayangi

Aku takut, aku tidak percaya diri menghadapi dunia yang aneh ini

Aku takut, karena sebenarnya aku tahu, aku bisa, tapi aku takut

Aku takut, Tuhan. Aku takut, karena aku sebenarnya mau begini-begini aja, sederhana, walau aku tahu hidup yang indah adalah hidup yang terjalani dengan kerja keras dan perjuangan tanpa henti

Aku takut mencintai, karena aku takut tersakiti, lalu aku menjadi manusia yang lemah

Aku takut berjuang, karena aku takut, perjuanganku sia-sia, lalu aku menjadi manusia bodoh yang hanya punya seonggok daging

Aku takut mengorbankan segalanya, karena aku pernah kehilangan segalanya

Dan

Sampai saat ini rasa takut masih menghantuiku

Tuhan, aku ini makhlukmu, aku bekerja menjalankan apa yang aku inginkan, apa yang ingin aku cita-citakan, berlelah-lelah demi hidup, berjuang untuk apa yang aku yakini


Ditulis: Fanni Indra Pratama