Seperti pagi biasa yang kulalui, aku bangun tidur kesiangan. Alarm dari handphoneku produk Tiongkok sepertinya kurang manjur untuk membangunkanku lebih awal. Entah aku yang tidur terlalu malam atau emang volume handphoneku terdengar pelan. Aku pun pasrah dengan hal itu, yang terpenting adalah aku tetap dapat bangun dan menikmati setiap detik apa yang harus kujalani untuk hari ini.
Langit yang mendung, matahari yang mengintip manja memberikan kehangatan untuk menulis lembaran-lembaran yang belum tiba ini. Lama tidak menonton kamu berlaga membuat kerinduan ini selalu muncul. Dengan kesabaran penuh, aku menunggu saat kabar perjumpaan itu tiba. Terkhusus malam ini, ya. Malam ini berbeda seperti malam-malam kemarin. Malam ini partai puncak, pertandingan yang menentukan kalau kita masih yang terbaik di tanah Britania.
Sebelum sarapan pagi, aku jadi ingat saat membaca tentang Yunani bahkan Romawi Kuno. Bukan tentang bagaimana pemikirannya, tetapi bagaimana aku bisa mengambil keikhlasan dari hati dan pikiran yang menyatu untuk berdoa kepada Tuhan. Cara inilah yang hanya bisa kulakukan saat ini. Berdoa untuk membujuk Tuhan agar kemenangan dapat dirayakan.
Aku pun percaya, Tuhan akan mendengar doa-doa yang dipanjatkan banyak orang yang mencintai klub ini. Entah dekat ataupun jauh, di atas gunung ataupun di tengah lautan, berapa pun jaraknya bahkan ribuan kilometer doa-doa ini akan tetap terdengar. Jika syal ataupun atribut lainnya bukanlah benda mati, aku pun percaya mereka juga akan memanjatkan doa agar Liverpool juara Carabao Cup.
Sungguh gila mungkin, tetapi itulah yang kurasakan hari ini. Semoga malam nanti menjadi malamnya kita, malam yang membahagiakan. Sehingga memberikan kehangatan untuk Kota Liverpool yang sering turun hujan akhir-akhir ini. Jika belum membahagiakan, aku akan tetap mendoakanmu seperti penyair-penyair Eropa Kuno yang membawakan prosa dengan penuh keyakinan dan ketabahan. Walaupun dalam kesunyian malam, aku tetap berjalan menuju sesuatu yang entah kapan pagi hari akan datang lagi melanjutkan hari kemarin.
Aku akan menulis lembaran-lembaran hari ini yang masih kosong dan sebagian terisi doa agar menjadi sesuatu yang dapat diceritakan di hari-hari berikutnya.
Ditulis: Fanni Indra Pratama
Tidak ada komentar :
Posting Komentar