SOCIAL MEDIA

Sabtu, 27 April 2024

Sampai jadi debu

Engga bosan-bosannya mas menulis untukmu, tulisan penuh rindu untuk dirimu di sana. Tulisan ini sedikit berbeda dari biasanya. Tulisan untuk istriku di masa depan (berharapnya itu kamu, Felia) Ini mas menulis untuk kamu yang akan menemani mas sampai maut menjemput. Mungkin akan diingat lagi puluhan tahun kedepan. Untukmu, Felia, yang akan menjadi teman hidup mas sampai selamanya.

***
Sudah berapa lama kita hidup bersama? Dua puluh, empat puluh, atau sudah berapa puluh lagi yang tak mas ingat. Sudah berapa pertengkaran yang sudah kita selesaikan? Sehingga tangis dan amarahmu sampai tak bisa menenangkan badai-badai yang datang silih berganti. Akar mas tak cukup kuat, hati mas tak cukup kokoh, tenang mas tak cukup meneduhkan. Tapi mas tidak perlu khawatir, selama disebelah ada kamu, Istriku.

Berangkat pagi, pulang disaat gelap sampai lelah ini bosan hinggap, tapi kita gembira saja, happy aja, toh itu semua demi anak-anak kita. Ya, tentu kamu juga tahu, anak kita yang besar sudah mau menikah, sedangkan si bungsu sebentar lagi lulus kuliah. Betapa cepat waktu berlalu, dari dulu mereka masih bau bayi, hingga kini kaki mereka sudah cukup kuat untuk berpijak di bumi yang tidak sehat ini. Mereka berjalan dan menentukan langkah masing-masing untuk mencari apa yang mereka pengen. Itu semua juga karena bimbinganmu, Istriku. 

Saat mas merasa capek dan badan mas sudah tidak kuat, pasti ada drama di keluarga kecil kita, kamu selalu menjadi objek frustasi mas. Marahan, cuek, hingga mas tak sadar mendiamkanmu untuk waktu yang lama. Iya, kamu semua yang menanggungnya, dengan batin sekuat baja, dengan tegar yang tak terpatahkan, dan dengan bakat aktingmu untuk berpura-pura tangguh, Istriku.

Senyummu itu, kurasa yang menjadi kompas kita, saat kapal ini mulai goyah dan kehilangan arah. Kekuatanmu adalah kemudi, dan sabarmu adalah janji dimana semua impian kita akan dan pasti bermuara. Do'amu adalah tiupan angin yang kuat dan menenangkan. Nafasmu itu berkat, yang telah Tuhan anugerahkan untuk mas dan kedua anak kita.

Tak ada kata sakit untukmu. Kamu tahan jahitan-jahitan sisa melahirkan, pernah sesekali kamu rubuh tapi dengan semangatmu berhasil kamu matikan semua sakit itu. Saat mas tergolek, maupun saat mas sakit, kamu selalu merawat mas dengan baik dan berjuang sendiri melawan apa yang nyata dan menyakitkan.

Umpatan cacian, gosip murahan teman dan sanak saudara, hingga perkataan yang menyakitkanmu, kamu telan semuanya bulat-bulat. Agar kapal ini masih punya kemampuan untuk bersandar. Benar begitukan, Istriku?

(Mas usap air mata yang tak henti mengalir ini, lalu lanjut menulis)

Tenanglah, tidak usah khawatir. Kamu juga tahu, kapal ini telah bersandar dan bertemu akhir petualangannya. Anak-anak sudah besar, dan mas yakin mereka bisa menjagamu dengan baik, dengan itu mas juga sudah bisa tenang.

Mas harap air matamu yang turun ke pipi itu tak jatuh lagi, mas harap jangan ada kesedihan lagi di antara kita. Ya, sudah cukup, Istriku. Kain kafan mas sebentar lagi akan bersatu dengan tanah, di mana manusia pertama kali diciptakan dari tanah, harus kembali ke tanah. Dan juga petualangan kita akan berakhir sebentar lagi.

Wajahmu tenang seperti biasanya, namun senyum itu terlihat sedikit pucat. Tersenyumlah, sayangku. Kamu tidak perlu khawatir, mas akan baik-baik saja di sini. Tidak perlu cemas, ada malaikat yang jagain mas di sini. Sekarang waktu yang tepat untuk pamitan ke kamu. Tugas mas sudah cukup sampai disini.

Oh, Aku punya satu permintaan terakhir:
Mas beharap, ketika mas telah dikuburkan tolong sampaikan pesan ini sama anak-anak kita, "Halo, Noah dan Near, saat kamu membaca surat ini bapak berharap kamu dalam keadaan baik. Bapak ada satu pesan untukmu dan adikmu, Near. Pesan bapak jangan pernah kamu sakiti ibumu, sayangi ibumu, penuhi janji-janji kamu sama ibu, jaga ibu baik-baik, jaga hatinya, jaga cintanya, jaga impiannya, trus berjuang sama ibu untuk menyelesaikan mimpi ibu yang belum terselesaikan. Dan kamu, Noah, kamu anak pertama, cowok, kamu punya tanggung jawab yang besar untuk menggantikan bapak di keluarga ini. Sekali lagi, jagain ibu dan adikmu ya. Bapak percaya sama kamu, itu saja pesan, bapak. Karna bapak orang pertama yang akan nanya ini ke dalam mimpimu, kalau kamu sampai menyakiti ibumu dan adikmu."

***

Felia, sayangku, badai-badai sudah mereda, tangismu tak lagi diperlukan, kapal ini sudah bersandar dan takkan lagi berlayar.

Sampai jumpa lagi, istriku. Mas akan selalu mencintaimu, selalu begitu.

Mas, pamit.



Ditulis: Fanni Indra Pratama

Kamis, 18 April 2024

Untuk Felia, supaya kamu lebih kenal mas


Maaf, baru bisa membalas tulisanmu. Mungkin tulisan ini sedikit lebih panjang dari biasanya. Mas bingung memulai dari mana. Mas berharap kamu menemukan waktu untuk membacanya. 

Sayang, subuh yang masih membiru mas menulis surat pada dirimu yang kemarin menangis. Mas lihat dari pagi suasana di kabupaten ini masih dingin, orang baru mulai bekerja matanya sayu, dan para kekasih di kota merindu ciuman paling panas sepanjang dingin.

Sayang, coba bayangkan. Pejamkan matamu yang masih merah bekas nangis semalam. Bayangkan bila kita jadi satu di antara kekasih itu atau jadi orang pekerja yang tak bisa merintih kedinginan. Apa masih bisa kita melawan perbedaan keyakinan satu sama lain yang membuat kebingungan di antara kita?

Bisa, ya? BISA!!! 

***

Sayang, akhirnya mas sadar, semua yang mas tahu, semua keindahan yang mas tulis engga ada apa-apanya sama seorang, kamu, Felia. 

Mas, sayang kamu, sayang banget. Bertahun-tahun mas kira yang paling mas cintai di dunia yang tidak adil ini adalah tulisan-tulisan pujangga tentang cinta dan kerinduan. Bertahun-tahun mas kira hal paling indah di dunia tidak adil ini adalah cinta yang tertulis di sejarah roman dan puisi apalah itu yang udah berkali-kali mas baca. 

Engga tahunya bukanlah itu semua. Semua engga ada apa-apanya kalau ada kamu, kalau selalu ada kamu dalam diri mas. 

Hari demi hari, minggu demi minggu, mas selalu memikirkan tentang hubungan kita, tentang perbedaan yang sulit untuk disatukan. 

Kisah cinta kita memang begitu rumit, sayang, banyak halangan dan perbedaan yang membuat kita mikir "hubungan ini mau dibawa kemana?" 

Tapi mas selalu mengusahakannya dengan segala yang mas bisa buat. Supaya kita bisa bertahan mengahadapi cobaan yang selalu datang kapan saja dan hubungan kita berjalan baik seperti yang kita harapkan. 

Mas, yakin, kita bisa menjalaninya, menjalaninya dengan baik, karna kita dua insan manusia yang telah ditakdirkan untuk disatukan. Mas akan sangat nyaman menjalaninya. 

Felia, mas selalu serius jika ingin memulai suatu hubungan, mas tidak akan pernah main-main, mungkin mas kuno atau apalah. Tetapi persis seperti yang kamu bilang, seperti komitmen kita terhadap hubungan ini, kita akan menjalaninya dengan sama-sama berniat baik dengan tujuan ke arah yang selanjutnya. Tidak akan main-main, apalagi di usia mas sekarang. 

Mas pernah bilang ke kamu, tentang segala keyakinan cinta bahwa kamu yang akan jadi pelabuhan terakhir mas, kamu yang jadi cinta terakhir untuk mas, dan kamu juga jadi tempat terakhir hati untuk mas menetap selamanya. Semuanya begitu indah, semua begitu aman dan nyaman. 

Sayang, perlu kamu ketahui kita hidup di dunia yang membuat kita tidak nyaman, dunia yang menyebalkan, dunia yang lebih mementingkan yang terlihat dari luar daripada apa yang terdalam yang kita rasakan. Kita harus sabar ya, harus kuat, persetan dengan mereka yang ada di luar sana. 

***

Saat ini mas tidak bisa memaksamu untuk pindah ke keyakinan mas. Mas tidak bisa mencintaimu dengan secara egois yang hanya mementingkan kehendak mas. Tidak bisa. Untuk mas pribadi, ini bukanlah cara seseorang laki-laki mencintai seorang perempuan dengan benar, ini bukan cara mas mencintai seorang Felia dengan benar. 

Kini mas mencintai kamu karena kamu adalah jawaban dari segala masalah, jawaban dari dogma seorang laki-laki di atas umur 25 tahun. Mas yakin kita menemukan jalan keluarnya, mas yakin kita menemukan hal baik. 

Sekarang mas bahagia karena itu, karena ada kamu setiap malam yang menemani mas ngobrol, yang siap mendengar cerita dan siap selalu ada. 

Mas tidak mau mencintai kamu dengan secara terpaksa, mencintai demi sesaat, mencintai hanya demi alasan tertentu. 

Karena selayaknya cinta awal dari segalanya, bukan alasan tertentu dari segalanya. 

Mas ingat ada satu kutipan dari Gubenur Jawa Barat, Bapak Ridwan Kamil, "Kalau kamu mencintai perempuan dengan rasa cinta itu sendiri, kamu akan mencintainya dengan seluruh jiwa ragamu, bahagiamu, susahmu, hidup dan matimu semua untuk cintamu."

Kutipan itu menjadi pedoman mas untuk menjalani hubungan ini. 

Mas ingin mencintai kamu, karena mas mencintai kamu dengan apapun yang mas bisa. Bukan karena mas menegosiasikan diri mas sendiri kepada cinta itu sendiri. Itu bukan mencintai, tapi mencari tempat yang lebih baik demi diri sendiri.

Sekarang kita sedang jauh. Kamu ada di sana dan mas ada di sini. Sebaiknya di sini dan di sana tetap menjadi di sini dan di sana. Sebab di mana-mana kita ini sama. Yang beda cuma jarak dan cara kita memandang istilah-istilah baru dan pengalaman-pengalaman baru. Seperti sudah mas bilang di awal tulisan ini: Mas tak tahu apa kamu akan suka dengan tulisan tentang waktu. Tentang mas dan dirimu yang kian bingung dengan situasi ini. Mas akrab dengan buku, kamu akrab dengan buku. Mas akrab dengan ekonomi makro, bisnis dan manajemen. Kamu akrab dengan menganalisis perilaku dan fungsi mental manusia, yang nyaris tak pernah mas sentuh di kelas kuliah dulu. Tak ada yang hilang dari waktu-waktu yang terus dititi, tapi ada hal baru yang terus muncul dan yang lama kita singkiri pelan-pelan. Pelan-pelan tapi pasti. Pengalaman cuma soal waktu dan cara kita menghayatinya, tentang bagaimana kita meresap dan menjalaninya. 

Jam malam menjadi malam paling akrab buat kita berdua, sering mengabari, kadang kamu bilang soal banyaknya tekanan dan bahwa hidup ini terjal sekali. Mas tak bisa menjawab, mas bungkam. Biar nanti kamu tahu sendiri saja, bahwa yang seperti itu pasti hilang sendiri.

Yaudah, tulisan ini udah terlalu panjang untuk dibaca, mas takutnya kamu bosen. Mas berharap dari hubungan ini segera menemukan jalan keluarnya, jalan yang baik, jalan yang diharapkan untuk berdua. 

Semoga mas dan kamu tetap sama-sama terus. Sama-sama saling percaya satu sama lain. Walaupun mas sendiri pengen dingertiin juga.




Ditulis: Fanni Indra Pratama





Kamis, 04 April 2024

Do'a ibu sepanjang jalan

Ia tidak mendengar namun mengerti. Tentang anaknya yang gagal di sebrang do'a. Do'a yang lirih, yang sendiri, yang diam tapi tidak pernah yang terbata-bata. Kata-kata dirapal cekatan seperti tangannya gesit menata lemari, menyetrika baju, dan menguleni adonan roti. Anaknya sering pulang tanpa bicara apa-apa kesusahan yang datang melulu saban hari. Kadang perutnya kosong, lain hari giliran dompetnya tanpa isi.

Si anak membuka pintu rumah. Pulang lagi dari perjalanannya yang belum kemanapun. Ia tau aroma roti sedang menguning dalam oven. Perutnya tak kosong sebentar lagi. Roti diangkat, anaknya tersenyum. Ibu melihat, ikut tersenyum.

Berilah kami rezeki hari ini. Do'anya kemarin, hari ini, dan besok.

Selamat ulang tahun, Bu.


Ditulis: Fanni Indra Pratama



Selasa, 02 April 2024

Kesepian di antara kegelisahan


Sore itu di bawah langit merah sebelum menjelang waktu berbuka puasa, sebuah pesan singkat masuk ke dalam handphone ku. 

"Fan, kau pulang kerja ada waktu ga? Aku butuh cerita nih.." isi pesan singkat dari seorang teman yang ingin bertemu.

Sebenarnya bukan hal yang luar biasa, mengingat kami sudah sering berjumpa setelah pulang kerja. Kadang sambil makan nasi goreng pinggir jalan dekat kosan. 

Sore itu kami menyepakati sebuah tempat ngopi di kawasan pegunungan Lebong atas. Temenku sampai duluan. Sudah menggelar Marlboro Mild dan Long Black favoritnya.

Malam itu aku hanya memesan segelas Kopi Susu sambil menguyah permen karet, maklum di kosan tadi sudah buka puasa dan makan makanan yang berat.

 "Aku abis ngewe nih…" katanya dengan menggantung dan ragu-ragu. Sebuah topik pembuka yang kurasa cukup awkward bagaimana untuk menyikapinya. Ada hening yang cukup lama setelah itu. Aku pura-pura mengecek handphone, padahal tidak ada apa-apa hanya awkward saja.

"Sama perek, aku bayar 500…" jawabnya setelah aku tanya dengan siapa, dan berapa tarifnya sambil ketawa-ketawa. Nampaknya ia sedang tidak baik-baik saja.

"Aku takut dosa. Takut itu perek hamil. Takut kena sipilis…." sambungnya.

Memang setau ku, sudah tiga tahun belakang temanku ini tidak menjalin hubungan dengan perempuan, biasa disebut pacaran. Paling hanya ada beberapa teman kencan, atau teman perempuan yang bisa diajak nonton film di bioskop. Tidak ada hubungan lebih dari itu.

"Kenapa?…" tanyaku. Penasaran saja.

Temanku itu diam. Cukup lama.

Setelah beberapa kali hembusan asap rokok, beberapa seruputan kopi hitamnya, ia berkata ;

"Kayaknya aku kesepian. Aku pengen ngerasain lagi gimana rasanya disayang sama perempuan…."

Lalu aku sambung pertanyaan "Terus kenapa mesti ngewe? kenapa sama perek?" tanyaku waktu itu dengan bahasa yang rasanya kurang sopan.

"Ya terus gimana? Sumpah. Awalnya niat aku cuma ngajak jalan aja itu cewe. Kebawa suasana, akhirnya ya ngewe…takut beneran" jawabnya.

Temanku ini sebenarnya bukan termaksud dalam kaum yang tuna asmara. Ia punya beberapa teman perempuan. Tapi ya itu, hanya sebatas hubungan teman kencan.

Yang menjadi perhatianku adalah bagaimana pengakuannya bahwa ia merasa kesepian. Menurutku agak mengagetkan. Keluarganya setau ku baik-baik saja, teman banyak hampir di setiap tempat tongkrongan. Yang kurang menurutku ya hanya pasangan.

Kehidupan di sini yang penuh tekanan, entah akibat pekerjaan sampai kondisi jalanan yang sangat ngehe, bisa membawa pergeseran mental tersendiri bagi para penghuninya. Pergaulannya juga. Mau sebatas nongkrong haha-hihi, sampai pada kehidupan yang Bronx, semua ada. Segala macam bentuk kesenangan, mau yang secara terang-terangan ataupun diam-diam, semua ada di di sini. Tergantung kebutuhan tiap orangnya.

Memang menurutku, prostitusi atau segala macam bentuk jasa perempuan bayaran ini adalah jalan yang cukup pintas, murah, dan mudah untuk kaum lelaki kesepian menghindari malam agar tidak kedinginan, tidak sendirian. Meregangkan otot-otot dan otak yang tegang, agar dapat semalam saja tidur dengan nyenyak.

Mereka menyediakan berbagai macam bentuk wajah, berbagai macam bentuk layanan, yang bisa ditukar hanya dengan menggunakan uang. Bandingkan apabila ingin mendekati perempuan secara serius dan benar, berapa banyak waktu, berapa banyak effort yang dikeluarkan. Belum tentu hasilnya sesuai apa yang kita rencanakan. Masih ada kemungkinan penolakan, atau setidaknya hanya menjadi teman.

Bukan berarti maksudku mendekati perempuan yang baik dan benar itu menyusahkan. Bukan. Yang aku soroti adalah bagaimana cinta satu malam yang lebih pasti dan birahi, yang bisa didapatkan lewat beberapa ratus ribu rupiah lewat layanan prostitusi.

Memang kesepian ini adalah perkara yang tricky menurutku. Kadang ia menjadi bahan candaan, tapi kalau sudah serius, ya salah satu jalan keluarnya adalah dengan apa yang teman saya pilih ini, yaitu prostitusi.

Mungkin karena pengaruh media sosial juga, atau media-media lain yang sering memberikan image betapa menyenangkannya hidup bila berpasangan. Ya, tapi memang ada beberapa orang yang belum berada dalam posisi itu, jadi secara tidak langsung memengaruhi pola pikir seseorang. Menjadikannya merasa seperti kesepian. Padahal nyatanya, siapa yang tahu?

Aku sama sekali tidak menyalahkan keputusan yang temanku ambil. Aku selalu percaya, setiap tindakan itu ada alasannya, dan setiap orang sudah sepatutnya bertanggung jawab atas keputusan yang dibuat.

Yang menjadi perhatian memang perkara kesepian itu.

Beruntung buatku, menulis dan ngobrol dengan beberapa teman maupun orang yang baru dikenal adalah sarana paling ampuh untuk bisa berdamai dengan kesepian.

Prostitusi, mungkin adalah cara yang ingin temanku ambil untuk melerai kesepiannya.

Menuliskan setiap kegelisahannya diatas ranjang cinta.

"Nyesel banget. Muka tuh cewe, suaranya pas dikamar, bau parfumnya. Masih aku inget sampe sekarang…." katanya sambil menyalakan sebatang Marlboro lagi.

 

 

Lebong, 02 Maret 2024

Lebong sering hujan akhir-akhir ini.


Ditulis: Fanni Indra Pratama