SOCIAL MEDIA

Selasa, 02 April 2024

Kesepian di antara kegelisahan


Sore itu di bawah langit merah sebelum menjelang waktu berbuka puasa, sebuah pesan singkat masuk ke dalam handphone ku. 

"Fan, kau pulang kerja ada waktu ga? Aku butuh cerita nih.." isi pesan singkat dari seorang teman yang ingin bertemu.

Sebenarnya bukan hal yang luar biasa, mengingat kami sudah sering berjumpa setelah pulang kerja. Kadang sambil makan nasi goreng pinggir jalan dekat kosan. 

Sore itu kami menyepakati sebuah tempat ngopi di kawasan pegunungan Lebong atas. Temenku sampai duluan. Sudah menggelar Marlboro Mild dan Long Black favoritnya.

Malam itu aku hanya memesan segelas Kopi Susu sambil menguyah permen karet, maklum di kosan tadi sudah buka puasa dan makan makanan yang berat.

 "Aku abis ngewe nih…" katanya dengan menggantung dan ragu-ragu. Sebuah topik pembuka yang kurasa cukup awkward bagaimana untuk menyikapinya. Ada hening yang cukup lama setelah itu. Aku pura-pura mengecek handphone, padahal tidak ada apa-apa hanya awkward saja.

"Sama perek, aku bayar 500…" jawabnya setelah aku tanya dengan siapa, dan berapa tarifnya sambil ketawa-ketawa. Nampaknya ia sedang tidak baik-baik saja.

"Aku takut dosa. Takut itu perek hamil. Takut kena sipilis…." sambungnya.

Memang setau ku, sudah tiga tahun belakang temanku ini tidak menjalin hubungan dengan perempuan, biasa disebut pacaran. Paling hanya ada beberapa teman kencan, atau teman perempuan yang bisa diajak nonton film di bioskop. Tidak ada hubungan lebih dari itu.

"Kenapa?…" tanyaku. Penasaran saja.

Temanku itu diam. Cukup lama.

Setelah beberapa kali hembusan asap rokok, beberapa seruputan kopi hitamnya, ia berkata ;

"Kayaknya aku kesepian. Aku pengen ngerasain lagi gimana rasanya disayang sama perempuan…."

Lalu aku sambung pertanyaan "Terus kenapa mesti ngewe? kenapa sama perek?" tanyaku waktu itu dengan bahasa yang rasanya kurang sopan.

"Ya terus gimana? Sumpah. Awalnya niat aku cuma ngajak jalan aja itu cewe. Kebawa suasana, akhirnya ya ngewe…takut beneran" jawabnya.

Temanku ini sebenarnya bukan termaksud dalam kaum yang tuna asmara. Ia punya beberapa teman perempuan. Tapi ya itu, hanya sebatas hubungan teman kencan.

Yang menjadi perhatianku adalah bagaimana pengakuannya bahwa ia merasa kesepian. Menurutku agak mengagetkan. Keluarganya setau ku baik-baik saja, teman banyak hampir di setiap tempat tongkrongan. Yang kurang menurutku ya hanya pasangan.

Kehidupan di sini yang penuh tekanan, entah akibat pekerjaan sampai kondisi jalanan yang sangat ngehe, bisa membawa pergeseran mental tersendiri bagi para penghuninya. Pergaulannya juga. Mau sebatas nongkrong haha-hihi, sampai pada kehidupan yang Bronx, semua ada. Segala macam bentuk kesenangan, mau yang secara terang-terangan ataupun diam-diam, semua ada di di sini. Tergantung kebutuhan tiap orangnya.

Memang menurutku, prostitusi atau segala macam bentuk jasa perempuan bayaran ini adalah jalan yang cukup pintas, murah, dan mudah untuk kaum lelaki kesepian menghindari malam agar tidak kedinginan, tidak sendirian. Meregangkan otot-otot dan otak yang tegang, agar dapat semalam saja tidur dengan nyenyak.

Mereka menyediakan berbagai macam bentuk wajah, berbagai macam bentuk layanan, yang bisa ditukar hanya dengan menggunakan uang. Bandingkan apabila ingin mendekati perempuan secara serius dan benar, berapa banyak waktu, berapa banyak effort yang dikeluarkan. Belum tentu hasilnya sesuai apa yang kita rencanakan. Masih ada kemungkinan penolakan, atau setidaknya hanya menjadi teman.

Bukan berarti maksudku mendekati perempuan yang baik dan benar itu menyusahkan. Bukan. Yang aku soroti adalah bagaimana cinta satu malam yang lebih pasti dan birahi, yang bisa didapatkan lewat beberapa ratus ribu rupiah lewat layanan prostitusi.

Memang kesepian ini adalah perkara yang tricky menurutku. Kadang ia menjadi bahan candaan, tapi kalau sudah serius, ya salah satu jalan keluarnya adalah dengan apa yang teman saya pilih ini, yaitu prostitusi.

Mungkin karena pengaruh media sosial juga, atau media-media lain yang sering memberikan image betapa menyenangkannya hidup bila berpasangan. Ya, tapi memang ada beberapa orang yang belum berada dalam posisi itu, jadi secara tidak langsung memengaruhi pola pikir seseorang. Menjadikannya merasa seperti kesepian. Padahal nyatanya, siapa yang tahu?

Aku sama sekali tidak menyalahkan keputusan yang temanku ambil. Aku selalu percaya, setiap tindakan itu ada alasannya, dan setiap orang sudah sepatutnya bertanggung jawab atas keputusan yang dibuat.

Yang menjadi perhatian memang perkara kesepian itu.

Beruntung buatku, menulis dan ngobrol dengan beberapa teman maupun orang yang baru dikenal adalah sarana paling ampuh untuk bisa berdamai dengan kesepian.

Prostitusi, mungkin adalah cara yang ingin temanku ambil untuk melerai kesepiannya.

Menuliskan setiap kegelisahannya diatas ranjang cinta.

"Nyesel banget. Muka tuh cewe, suaranya pas dikamar, bau parfumnya. Masih aku inget sampe sekarang…." katanya sambil menyalakan sebatang Marlboro lagi.

 

 

Lebong, 02 Maret 2024

Lebong sering hujan akhir-akhir ini.


Ditulis: Fanni Indra Pratama


Tidak ada komentar :

Posting Komentar