SOCIAL MEDIA

Kamis, 18 April 2024

Untuk Felia, supaya kamu lebih kenal mas


Maaf, baru bisa membalas tulisanmu. Mungkin tulisan ini sedikit lebih panjang dari biasanya. Mas bingung memulai dari mana. Mas berharap kamu menemukan waktu untuk membacanya. 

Sayang, subuh yang masih membiru mas menulis surat pada dirimu yang kemarin menangis. Mas lihat dari pagi suasana di kabupaten ini masih dingin, orang baru mulai bekerja matanya sayu, dan para kekasih di kota merindu ciuman paling panas sepanjang dingin.

Sayang, coba bayangkan. Pejamkan matamu yang masih merah bekas nangis semalam. Bayangkan bila kita jadi satu di antara kekasih itu atau jadi orang pekerja yang tak bisa merintih kedinginan. Apa masih bisa kita melawan perbedaan keyakinan satu sama lain yang membuat kebingungan di antara kita?

Bisa, ya? BISA!!! 

***

Sayang, akhirnya mas sadar, semua yang mas tahu, semua keindahan yang mas tulis engga ada apa-apanya sama seorang, kamu, Felia. 

Mas, sayang kamu, sayang banget. Bertahun-tahun mas kira yang paling mas cintai di dunia yang tidak adil ini adalah tulisan-tulisan pujangga tentang cinta dan kerinduan. Bertahun-tahun mas kira hal paling indah di dunia tidak adil ini adalah cinta yang tertulis di sejarah roman dan puisi apalah itu yang udah berkali-kali mas baca. 

Engga tahunya bukanlah itu semua. Semua engga ada apa-apanya kalau ada kamu, kalau selalu ada kamu dalam diri mas. 

Hari demi hari, minggu demi minggu, mas selalu memikirkan tentang hubungan kita, tentang perbedaan yang sulit untuk disatukan. 

Kisah cinta kita memang begitu rumit, sayang, banyak halangan dan perbedaan yang membuat kita mikir "hubungan ini mau dibawa kemana?" 

Tapi mas selalu mengusahakannya dengan segala yang mas bisa buat. Supaya kita bisa bertahan mengahadapi cobaan yang selalu datang kapan saja dan hubungan kita berjalan baik seperti yang kita harapkan. 

Mas, yakin, kita bisa menjalaninya, menjalaninya dengan baik, karna kita dua insan manusia yang telah ditakdirkan untuk disatukan. Mas akan sangat nyaman menjalaninya. 

Felia, mas selalu serius jika ingin memulai suatu hubungan, mas tidak akan pernah main-main, mungkin mas kuno atau apalah. Tetapi persis seperti yang kamu bilang, seperti komitmen kita terhadap hubungan ini, kita akan menjalaninya dengan sama-sama berniat baik dengan tujuan ke arah yang selanjutnya. Tidak akan main-main, apalagi di usia mas sekarang. 

Mas pernah bilang ke kamu, tentang segala keyakinan cinta bahwa kamu yang akan jadi pelabuhan terakhir mas, kamu yang jadi cinta terakhir untuk mas, dan kamu juga jadi tempat terakhir hati untuk mas menetap selamanya. Semuanya begitu indah, semua begitu aman dan nyaman. 

Sayang, perlu kamu ketahui kita hidup di dunia yang membuat kita tidak nyaman, dunia yang menyebalkan, dunia yang lebih mementingkan yang terlihat dari luar daripada apa yang terdalam yang kita rasakan. Kita harus sabar ya, harus kuat, persetan dengan mereka yang ada di luar sana. 

***

Saat ini mas tidak bisa memaksamu untuk pindah ke keyakinan mas. Mas tidak bisa mencintaimu dengan secara egois yang hanya mementingkan kehendak mas. Tidak bisa. Untuk mas pribadi, ini bukanlah cara seseorang laki-laki mencintai seorang perempuan dengan benar, ini bukan cara mas mencintai seorang Felia dengan benar. 

Kini mas mencintai kamu karena kamu adalah jawaban dari segala masalah, jawaban dari dogma seorang laki-laki di atas umur 25 tahun. Mas yakin kita menemukan jalan keluarnya, mas yakin kita menemukan hal baik. 

Sekarang mas bahagia karena itu, karena ada kamu setiap malam yang menemani mas ngobrol, yang siap mendengar cerita dan siap selalu ada. 

Mas tidak mau mencintai kamu dengan secara terpaksa, mencintai demi sesaat, mencintai hanya demi alasan tertentu. 

Karena selayaknya cinta awal dari segalanya, bukan alasan tertentu dari segalanya. 

Mas ingat ada satu kutipan dari Gubenur Jawa Barat, Bapak Ridwan Kamil, "Kalau kamu mencintai perempuan dengan rasa cinta itu sendiri, kamu akan mencintainya dengan seluruh jiwa ragamu, bahagiamu, susahmu, hidup dan matimu semua untuk cintamu."

Kutipan itu menjadi pedoman mas untuk menjalani hubungan ini. 

Mas ingin mencintai kamu, karena mas mencintai kamu dengan apapun yang mas bisa. Bukan karena mas menegosiasikan diri mas sendiri kepada cinta itu sendiri. Itu bukan mencintai, tapi mencari tempat yang lebih baik demi diri sendiri.

Sekarang kita sedang jauh. Kamu ada di sana dan mas ada di sini. Sebaiknya di sini dan di sana tetap menjadi di sini dan di sana. Sebab di mana-mana kita ini sama. Yang beda cuma jarak dan cara kita memandang istilah-istilah baru dan pengalaman-pengalaman baru. Seperti sudah mas bilang di awal tulisan ini: Mas tak tahu apa kamu akan suka dengan tulisan tentang waktu. Tentang mas dan dirimu yang kian bingung dengan situasi ini. Mas akrab dengan buku, kamu akrab dengan buku. Mas akrab dengan ekonomi makro, bisnis dan manajemen. Kamu akrab dengan menganalisis perilaku dan fungsi mental manusia, yang nyaris tak pernah mas sentuh di kelas kuliah dulu. Tak ada yang hilang dari waktu-waktu yang terus dititi, tapi ada hal baru yang terus muncul dan yang lama kita singkiri pelan-pelan. Pelan-pelan tapi pasti. Pengalaman cuma soal waktu dan cara kita menghayatinya, tentang bagaimana kita meresap dan menjalaninya. 

Jam malam menjadi malam paling akrab buat kita berdua, sering mengabari, kadang kamu bilang soal banyaknya tekanan dan bahwa hidup ini terjal sekali. Mas tak bisa menjawab, mas bungkam. Biar nanti kamu tahu sendiri saja, bahwa yang seperti itu pasti hilang sendiri.

Yaudah, tulisan ini udah terlalu panjang untuk dibaca, mas takutnya kamu bosen. Mas berharap dari hubungan ini segera menemukan jalan keluarnya, jalan yang baik, jalan yang diharapkan untuk berdua. 

Semoga mas dan kamu tetap sama-sama terus. Sama-sama saling percaya satu sama lain. Walaupun mas sendiri pengen dingertiin juga.




Ditulis: Fanni Indra Pratama





Tidak ada komentar :

Posting Komentar