Ikan dan si ayam
Menerima nasib dilahirkan
Pada puluhan abad yang lalu
Pada tahun-tahun yang berdempetan
Dan simbol-simbol yang bersebelahan
Si ikan akan menelusuri lautan paling
Dalam di jiwanya sendiri Si ayam terjaga dalam subuh pagi
Yang masih membiru
Bulan mei ialah bulan yang terang
Berpijar seperti kandilion yang
Tak pernah padam
Atau pun surut dari goda-goda
Hingar bingar bianglala di pasar malam
Si ayam menjaga si ikan
Sebagaimana persaudaraan
Diikat di sebatang pohon cinta paling kekal
Begitu pula sebaliknya
Sebab kata bapak dan ibu,
Cuma ketulusanlah
Yang membikin syukur terus dinyalakan
Beruntunglah ikan
Si ayam adalah
Pengembara dengan sayang
Paling malu-malu
(juga) beruntunglah ayam
Si ikan adalah syair
Dari doa-doa padang pasir
Atau kau boleh menyebut juga
Air di teruk nasib hari esok
Mei, Mei, Mei
Bulan yang baik tidak pernah
Satu kali saja ingkar
Kata mereka di sebuah percakapan
Penuh lika liku
Di rahim milkyway
Dunia yang luas
Beranak segala nasib
Dari bintang redup yang bercumbu
Kelelahan
( blarblarblar..)
Ayam dan ikan ini
Sepertinya suka bersyukur dari balik
Puisi atau sajak romantis Sebagaimana setiap narasi
Yang tiap kali datang
Kepadamu ketika duduk-duduk
Santai di bawah pohon kelapa
Siang-siang hari
Mei, Mei, Mei
Kepada nasib baiklah kita bersender
Menggelayutkan hari baik di sebalik obrolan Pendek
P.S: Tulisan ini merupakan kolaborasiku dengan Adikku sebagai ucapan maturnuwun kepada Bulan Mei yang memungkinkan kami merayakan banyak hal dengan kedekatan yang begitu itu. Dan tentu, karena kesibukanku dan adiku, tulisan ini baru sempat dipos pada penghujung Mei. Semoga kamu suka.
Ditulis: Fanni Indra Pratama & Bella Indah Permata Sari
16 Mei 2024, jam 1 lebih 15 menit, Kabupaten Lebong, Bengkulu.
Ntah apa yang membuat aku masih terjaga di malam yang dingin ini, grup percakapan pekerjaan akhirnya berhenti berdentang, tapi rasa kantuk belum juga datang, akhirnya aku membaca apa yang apa yang pernah aku tuliskan.
Membaca tulisan lama, rasanya seperti menyelami diri aku sendiri, rasanya aku yang sekarang, begitu berbeda dengan yang dulu. Aku yang dulu rasanya punya keseruannya sendiri, walaupun mungkin untuk orang lain tidak seru sama sekali, dan ternyata aku menulis dari hal-hal sederhana sampai pikiran gilaku, dari kecerian masa kecil sampai kegalauan tentang cinta.
Aku yang dulu, rasanya memang bukan aku yang sekarang, ntahlah kemana dia, sudah hilang dan tenggelam ditelan bumi. Waktu cepat sekali berlalu yah, akan jadi seperti apa aku yang sekarang?
Ya, tetap jadi manusia paling keren setongkrongan Anggut. Tentunya.
Sore ini mas memandang fotomu
Tidak perlu bicara
Mari mas peluk lama-lama
langit-langit kamar dan di mana kita
Mas peluk erat-erat
Rambutmu yang gelombang
Enak lihat dipandang
Mana keningmu?
Mas ingin menciumnya
Jangan bibir
Nanti dulu
Kita masih jauh dari panas
jangan ke bawah-bawah, belum perlu
"Ah, yang bener?"
Katamu
Mari bicara tentang kita
Apa yang membuatmu yakin ke mas?
Apa yang membuatmu jatuh cinta ke mas?
Apa yang membuatmu yakin kalo mas jadi pelabuhan terakhirmu?
Dan apa yang membuatmu bisa mencintai mas secara tulus tanpa sebab?
Apa sayang?
Apa?
Obrolan semakin panas
Sekarang mas mau mencium bibirmu
Mencium dengan perasaan
Pelan-pelan
Hingga mata tertutup
Dan kembali buka dalam cinta yang panjang
Suka?
Sekarang kita tidur
sampai pagi menjelang
sampai siang sore kemudian
sampai dunia ini sepi hunian
Sampai kecup kening tanpa batas
Baru deh
Kita bangun dan boleh bertanya
Apakah ini mimpi?
hhehehe
Bung, terkadang hidup selalu penuh dengan teka-teki yang tak pernah kita duga sebelumnya. Tak pernah ada yang menyangka semua yang telah terjadi pada pertemanan kita sekarang. Seorang asing yang datang begitu saja tanpa terencana, orang asing yang dulu tak pernah aku kenal sama sekali, namun tiba-tiba kini selalu berarti. Seperti cinta, kamu tidak akan pernah berencana tentang sebuah persahabatan.
Singkat cerita, awal kedatanganku di Kabupaten kecil (Lebong) kamu menemani ku mencari kosan untuk tinggal sementara di kabupaten ini. Kamu banyak membantuku. Kabupaten yang sebelumnya belum pernah ku kunjungi. Aku banyak Terima kasih ke kamu, tanpa kamu mungkin aku orang bodoh yang tak tahu tentang Kabupaten Lebong. Seminggu sekali aku berkunjung ke tempatmu yang jaraknya 20km dari tempatku ngekos. Kita bercerita tentang keluh kesah kita masing-masing dan sampai puncaknya kamu menceritakan tentang kelanjutan hidupmu (menikah) dengan wanita yg kamu bener-bener mencintainya. Senang mendengarnya.
Terkadang aku mikir, bung, diperjalanan hidup, kita akan banyak ketemu orang-orang yang enggak akan pernah kita sangka. Aku engga nyangka kita bisa ketemu lagi di kabupaten asing ini. Mungkin itu yang namanya persahabatan selalu bisa bertahan lebih lama, bahkan melebihi kisah cinta. Persahabatan kadang memang tanpa ada tujuan yg jelas, tetapi indahnya persahabatan adalah kita bisa memilih orang asing yang tidak pernah kita kenal sebelumnya untuk menjadi keluarga.
Tulisan ini untukmu bung, teruntuk sahabatku. Berbahagialah.
Engga usah bilang Terima kasihlah, males banget hahaha
Ditulis: Manusia paling keren setongkrongan Anggut.