Dia menangis. Dia marah. Dia menangis lagi. Marah lagi dari kamarnya yang singup. Dia luntang lantung dan mati gaya. Tapi memang tak ada lagi yang bisa dilakukannya untuk keluar dari cerita cinta yang sangat kelam. Cerita cintanya kelewat susah, tidak bisa ditebak. Kekasihnya mengatakan padanya bahwa tidak akan menulis lagi untuknya, itu artinya, kekasihnya sudah tidak ada rasa cinta dan kasih sayang (Sebenarnya bukan begitu)
Hujanpun berangsur reda, tapi petir dan geletar halilintar belum juga berhenti. Setelah lelah dan penat dan luntang lantung, dia memilih menyendiri di kamarnya yang mungil.
"Kenapa kamu tidak mau menulis lagi untukku? Sedangkan kamu bilang tiap tulisan mewakili banyak perasaan kasih sayang."
Kata-kata kekasihnya tak pernah benar-benar menjadi sebuah pertanyaan. Terhadap takdir, dia tahu betul bahwa pilihan tak begitu banyak dihadapannya.
Suatu siang yang sangat panas dan tak banyak omong, kekasihnya sudah berkali-kali meyakinkan bahwa rasa cinta ini akan bermuara di pelabuhan cinta, pelabuhan yang ada hanya dia dan kekasihnya. Tapi keyakinan perlu kehendak kuat, juga kehendak Tuhan, kekasihnya tahu betul soal ini. Kepergian terjauhnya adalah ke rumah temennya, dia bercerita, tertawa, dan melepas rasa beban yang begitu berat.
Semua orang tahu orang yang menanggung beban berat adalah orang yang siap menghadapi cobaan, dan hidup seseorang tak pernah lepas dari ini, seberapa pun dan beruntungnya seseorang.
"Kenapa kamu tidak mau menulis lagi untukku?"
Kekasihnya bingung dengan pertanyaan yang diulang, sedangkan jawaban dari pertanyaan kemarin belum juga mampir ke benaknya.
Dia menikmati sepi kamarnya dengan getir, dengan kesedihan dan muka linglung, dengan kopi sachet yang kebanyakan air, dan dengan air matanya sendiri.
Dia tahu kekasihnya ini keras kepala, batu. Sudah beberapa kali bardebat tapi tetap percaya sama pendiriannya. Hal-hal semacam ini lumrah sekaligus tak bisa dihindari. Dia bertahan. Air menggenang di setiap hilir kali, di setiap diri dan nadi. Di pikirannya apalagi, dia sungguh tak bisa berbuat apapun yang spektakuler untuk mengubah suasana. Derit kursi dan cinta-cinta murah, demi itu semua segalanya memang manis.
"Kalau saja kamu mau menulis lagi untukku… aku akan… "
"Akan apa?"
"Akan selalu mencintaimu sampai di keabadian tidak ada siapapun lagi"
"Tapi kamu tahu bahwa seratus persen cinta di hati ini tak sepenuhnya milik kamu, kubagi padamu sembilan puluh persen, bahkan sepersen pun kamu bilang cukup untuk membikin kamu yakin."
Dia dan kekasihnya tak pernah betul-betul bertengkar. Dia tahu kesedihan mesti disimpan sendiri dan sebaik-baiknya. Di hadapan banyak orang, mukamu harus segar dan tak boleh muram, tak boleh tertekuk apalagi mendung. Inilah yang paling vital sebagai manusia, dia tahu bahwa kamu harus hidup dengan citra sebaik-baiknya. Kekasihnya tetap diajak ngobrol, video call dan zoom bareng, cintanya masih dijaga sama besar, tapi…
Apa yang paling kuat dari kata tapi? Satu kata ini bisa membalikkan keadaan baik jadi kritis, dan keadaan buruk jadi melegahkan.
Tapi, cinta yang dia pegang itu menyusut seminggu belakangan. Dia tak bisa lagi menulis kata-kata romantis seperti: Aku aku aku aku cinta cinta cinta cinta kamu kamu kamu, apapun apapun, sedalam sedalam sedalam, apapun apapun, pada siapapun, kau melabuhkan rindu. kumpulan kata-kata ini ditulis di blog pribadinya.
Kamar kecil yang buat dia menangis memang aneh. Penghuninya aneh. Dia tahu kalau dia aneh. Seleranya pada laki-laki penulis juga selalu diolok-olok oleh kawan-kawannya. Dia banyak temen dekat. Di sekitarnya banyak tumbuh harapan dan kenyataan. Dia sangat membenci malam. Membenci sekaligus menyukainya malu-malu.
"Malam cuma membawakan pada dia dua hal: tangisan dan suara dengkur (ngorok) ."
"Aku tak menyukai suara tangisan, apalagi dengkur. Keduanya begitu lalim dan tak punya pengertian.
"Percayakah kamu, bahwa ada manusia hidup seperti malaikat?"
"Di lorong-lorong gang, orang mabuk pun bisa merasa suci. Di motel-motel reyot, para pelacur punya niat baik. Lantas apa yang kamu harapkan, kekasihku?"
"Percayakah kau, bahwa ada cinta tanpa mengharap imbal balik?"
Kekasih yang keras kepala, tidurlah. Tidurlah. Di sampingmu ada laki-laki Jawa yang sama keras kepala juga, harapannya semoga tidak ada lagi pertengkaran yang melibatkan perasaan yang jauh. Sudah cukup. Batinnya tersiksa, mungkin dia juga. Satu hal yang kamu ketahui, kekasihmu tidak akan meninggalkan mu. Mau seburuk apapun itu.
Tulisan panjang ini mungkin tidak akan sampai di mana pun dia berada sekarang. Tapi dia tahu kemana semua doa dialamatkan.
Ditulis: Fanni Indra Pratama