SOCIAL MEDIA

Selasa, 25 Juni 2024

Terima kasih Kabupaten Lebong

 

Jangan marah apalagi mengumpat
Sebab kemarahanmu akan mengurangi
Rindumu pelan-pelan
Seperti akan melupakan
Kabupaten ini
Dan pergi

Kabupaten ini, adalah aku
Aku telah memberi banyak kenang
Dan sekian kemungkinan
Beberapa jalan cinta tercipta untuk dikerjakan
Sedikit demi sedikit yang mesti kita tahu

Kamu tidak akan percaya
Bahwa aku bisa tinggal di kabupaten ini
Selama 8 bulan yang pendek
Dan rindu yang panjang

Tapi begitulah kabupaten kecil ini
Dia suka buat dada kita bergetar
Lebih keras dari biasanya
Membuang rindu dan mengemis ketabahan
Seraya berbisik
Bahwa kenyataan itu,
Adalah sebenar-benar semaian rasa
Yang perlu kita tuai betul-betul

Di kabupaten Lebong yang kecil
Biarlah perasaan kita kecil juga
Oleh sajak-sajak yang bikin rindu
Di irisan tipis bait-bait puisi ini
Oleh jarak marah dan rindu diam-diam
Sekali lagi
Terima kasih, Lebong


Ditulis: Fanni Indra Pratama

Rabu, 19 Juni 2024

Getir menjadi tawa bila kubersamanya

Dia menangis. Dia marah. Dia menangis lagi. Marah lagi dari kamarnya yang singup. Dia luntang lantung dan mati gaya. Tapi memang tak ada lagi yang bisa dilakukannya untuk keluar dari cerita cinta yang sangat kelam. Cerita cintanya kelewat susah, tidak bisa ditebak. Kekasihnya mengatakan padanya bahwa tidak akan menulis lagi untuknya, itu artinya, kekasihnya sudah tidak ada rasa cinta dan kasih sayang (Sebenarnya bukan begitu)

Hujanpun berangsur reda, tapi petir dan geletar halilintar belum juga berhenti. Setelah lelah dan penat dan luntang lantung, dia memilih menyendiri di kamarnya yang mungil.

"Kenapa kamu tidak mau menulis lagi untukku? Sedangkan kamu bilang tiap tulisan mewakili banyak perasaan kasih sayang."

Kata-kata kekasihnya tak pernah benar-benar menjadi sebuah pertanyaan. Terhadap takdir, dia tahu betul bahwa pilihan tak begitu banyak dihadapannya.

Suatu siang yang sangat panas dan tak banyak omong, kekasihnya sudah berkali-kali meyakinkan bahwa rasa cinta ini akan bermuara di pelabuhan cinta, pelabuhan yang ada hanya dia dan kekasihnya. Tapi keyakinan perlu kehendak kuat, juga kehendak Tuhan, kekasihnya tahu betul soal ini. Kepergian terjauhnya adalah ke rumah temennya, dia bercerita, tertawa, dan melepas rasa beban yang begitu berat. 

Semua orang tahu orang yang menanggung beban berat adalah orang yang siap menghadapi cobaan, dan hidup seseorang tak pernah lepas dari ini, seberapa pun dan beruntungnya seseorang.

"Kenapa kamu tidak mau menulis lagi untukku?"

Kekasihnya bingung dengan pertanyaan yang diulang, sedangkan jawaban dari pertanyaan kemarin belum juga mampir ke benaknya.
Dia menikmati sepi kamarnya dengan getir, dengan kesedihan dan muka linglung, dengan kopi sachet yang kebanyakan air, dan dengan air matanya sendiri.

Dia tahu kekasihnya ini keras kepala, batu. Sudah beberapa kali bardebat tapi tetap percaya sama pendiriannya. Hal-hal semacam ini lumrah sekaligus tak bisa dihindari. Dia bertahan. Air menggenang di setiap hilir kali, di setiap diri dan nadi. Di pikirannya apalagi, dia sungguh tak bisa berbuat apapun yang spektakuler untuk mengubah suasana. Derit kursi dan cinta-cinta murah, demi itu semua segalanya memang manis.

"Kalau saja kamu mau menulis lagi untukku… aku akan… "

"Akan apa?"

"Akan selalu mencintaimu sampai di keabadian tidak ada siapapun lagi"

"Tapi kamu tahu bahwa seratus persen cinta di hati ini tak sepenuhnya milik kamu, kubagi padamu sembilan puluh persen, bahkan sepersen pun kamu bilang cukup untuk membikin kamu yakin."

Dia dan kekasihnya tak pernah betul-betul bertengkar. Dia tahu kesedihan mesti disimpan sendiri dan sebaik-baiknya. Di hadapan banyak orang, mukamu harus segar dan tak boleh muram, tak boleh tertekuk apalagi mendung. Inilah yang paling vital sebagai manusia, dia tahu bahwa kamu harus hidup dengan citra sebaik-baiknya. Kekasihnya tetap diajak ngobrol, video call dan zoom bareng, cintanya masih dijaga sama besar, tapi…

Apa yang paling kuat dari kata tapi? Satu kata ini bisa membalikkan keadaan baik jadi kritis, dan keadaan buruk jadi melegahkan. 

Tapi, cinta yang dia pegang itu menyusut seminggu belakangan. Dia tak bisa lagi menulis kata-kata romantis seperti: Aku aku aku aku cinta cinta cinta cinta kamu kamu kamu, apapun apapun, sedalam sedalam sedalam, apapun apapun, pada siapapun, kau melabuhkan rindu. kumpulan kata-kata ini ditulis di blog pribadinya. 

Kamar kecil yang buat dia menangis memang aneh. Penghuninya aneh. Dia tahu kalau dia aneh. Seleranya pada laki-laki penulis juga selalu diolok-olok oleh kawan-kawannya. Dia banyak temen dekat. Di sekitarnya banyak tumbuh harapan dan kenyataan. Dia sangat membenci malam. Membenci sekaligus menyukainya malu-malu.

"Malam cuma membawakan pada dia dua hal: tangisan dan suara dengkur (ngorok) ."

"Aku tak menyukai suara tangisan, apalagi dengkur. Keduanya begitu lalim dan tak punya pengertian.

"Percayakah kamu, bahwa ada manusia hidup seperti malaikat?"

"Di lorong-lorong gang, orang mabuk pun bisa merasa suci. Di motel-motel reyot, para pelacur punya niat baik. Lantas apa yang kamu harapkan, kekasihku?"

"Percayakah kau, bahwa ada cinta tanpa mengharap imbal balik?"

Kekasih yang keras kepala, tidurlah. Tidurlah. Di sampingmu ada laki-laki Jawa yang sama keras kepala juga, harapannya semoga tidak ada lagi pertengkaran yang melibatkan perasaan yang jauh. Sudah cukup. Batinnya tersiksa, mungkin dia juga. Satu hal yang kamu ketahui, kekasihmu tidak akan meninggalkan mu. Mau seburuk  apapun itu. 

Tulisan panjang ini mungkin tidak akan sampai di mana pun dia berada sekarang. Tapi dia tahu kemana semua doa dialamatkan.



Ditulis: Fanni Indra Pratama

Selasa, 11 Juni 2024

Lembahyung Senja di GBK

Bergegaskah kita menanti malam yang panjang

Rutuk-rutuk gelisah meniru klakson yang bersahutan di sore Senayan

Padat dan berjejal dan terburu dan parau dan berisik sebab maghrib segera tiba.

Padahal rumah masih jauh diseberang pulau

Dijebak yang fana dan yang riil

Sementara

Soto Betawi tadi pagi segera basi

Aku hanya ingin mengecup sore segera mungkin dari balik senja itu

Sunsetmu, suara dan pasi wajahku
Mengerang paling panjang dalam ejakulasi paling rindu
(dalam goal paling lesak ke gawang Philippines)

Padahal rumah masih jauh diseberang pulau

Dijebak yang fana dan yang riil

Dan

Merayakanlah kita

 

Jakarta dini hari, 11-06-24

Ditulis: Fanni Indra Pratama

 


 


Senin, 03 Juni 2024

Selamat Ulang Tahun

Heey, Liverpool, sudah lama aku tidak menulis untukmu. Mungkin dengan tulisan ini kita bakal jadi lebih dekat.. 

Apakah dirimu sudah mulai berubah, berharap cemas tak terulang, hari-hari menyebalkan yang terus datang, dan obrolan tentangmu yang tak pernah hilang.

Setiap pertandingan kamu pasti memiliki cerita, kegembiraan atau tangisan yang akan terus ada, tidak bisa menghilangkan pemikiran jika dirimu adalah rumah. Tempat banyak orang untuk pulang, bertemu dengan kawan lama, tertawa, bahagia dan bersama tanpa adanya beban.

Dengan istirahat liga saat ini membuat kebingungan, macam romusha tanpa adanya hiburan semata, video-video lama terkadang menjadi alprazolam tiap harinya, gumpalan pikiran yang menjadi alasan anggur yang diteguk tiap malamnya. 

Hari ditulisnya bacaan ini ketika dirimu telah bertambah umur, sebuah klub pelabuhan yang menjadi pemberhentian terakhir dari semua kesibukan yang ada, menjadi tempat 90 menit untuk dipaksa menangis atau bergembira. Rasa cinta ini kami berikan tanpa henti, warna merah yang tidak berganti, dan Liverpool sampai berjumpa dikemudian hari.

Liverpool memang tidak menjanjikan surga, namun seperti agama, ia memberikan jalan keluarnya dari keresahan di dunia..



Ditulis: Fanni Indra Pratama