Aku bingung kalimat apa yang mau di awali menulis tentangmu. Coba ku ingat terakhir nulis tentangmu mungkin pada saat aku masih ngekost di Kabupaten Lebong. Lumayan lama juga ya? Eh engga deh, aku baru ingat. Ulang tahunmu aku menulis tentangmu hehehe maaf ya seng aku sering lupa.
Oke seng, langsung aja ya. Ada yang ingin aku sampaikan sesuatu ke kamu, tentang hubungan kita. Ini semua jujur dari aku. Ini semua untuk kamu, engga ada yang lain.
Seminggu terakhir ini aku merasakan galau yang luar biasa. Aku merasa kacau, aneh dan linglung. Itu semua disebabkan sifatmu yang akhir-akhir ini slow respon. Aku tidak tahu perubahan apa yang ada dalam dirimu. Kamu tau sendiri hidupku selalu ada kamu. Apa-apa ke kamu, semuanya ke kamu. Ketika kamu berubah sifat seperti itu aku merasa kesepian, merasa sendiri, merasa kehilangan. Aku merasakan yang tidak pernah aku rasakan dalam beberapa tahun terakhir ini. Sekali lagi, hidupku terlalu banyak kamu.
Malam tadi telfonan kita bahas semuanya. Kamu jelasin ke aku kenapa kamu bersikap seperti itu. Aku mendengar semuanya dan memahami kata perkata yang kamu jelasin. Sampai aku tahu di mana letak salahku. Setiap manusia pasti ada batas kesabarannya mungkin kamu sudah merasa di batas kesabaran untuk menghadapi sikapku yang super egois. Kamu terlalu baik, setiap aku marah selalu nenangin aku. Sampai kamu menahan amarah dan air mata ketika aku ngomong sesuatu yang tidak mengenakan.
Aku minta maaf ya seng, selama ini aku mencintaimu dengan cara yang salah, dengan cara yang tidak aku suka, dengan cara yang bukan seseorang Fanni. Untukku, seorang laki-laki seharusnya mencintai apa adanya, menjaga hati dan perasaannya. Tapi nyatanya tidak, aku cuma bisa mencintaimu tapi tidak menjaga perasaanmu. Aku salah, aku brengsek, aku egois. Bodohnya aku tidak intropeksi diri. Itu kesalahanku.
Aku ingin sekali membalik keadaan seperti awal kita jatuh cinta, saling sayang dan saling mengerti. Aku ingin mengubah sifatku yang batu ini. Aku ingin mencintaimu lagi. Seterusnya. Yang aku yakini sekarang cinta bukan tentang saling suka tapi bagaimana kita membuat cinta itu tulus, sabar tanpa sebab. Satu hal, Felia, kesabaran untuk mencintai itulah yang tidak ada dalam diriku sekarang. Aku terlalu memikirkan perasaan ku tanpa memikirkan kesabaranmu menghadapi caraku yang keras ini. Aku sadar ternyata aku tidak sekuat yang aku pikirkan dalam menghadapi dunia yang tidak pernah aku suka. Sekali lagi, Seng, aku ingin mencintaimu yang akan hidup bersamaku sehidup semati, sampai tua, sampai jadi debu. Seperti lagu sakral kita.
Hmmm aku bingung seng, mau nulis apalagi. Semuanya sudah aku sampaikan. Atau aku berhentikan saja tulisannya di sini? Hmmm tidak, aku harus menulis, sampai kapanpun terlebih ini untukmu. Lanjut, ya.
Ada beberapa pertanyaan yang ingin ku sampaikan ke kamu
"kenapa kamu harus jadi orang yang bisa selalu lantang panggil aku sayang sedangkan aku selalu panggil kamu dengan kata seng?"
"Kenapa kamu harus jadi orang yang aku dulu baru lainnya sedangkan aku masih sering kelimpungan dengan rutin sampai lupa balas ucapan selamat malam."
"Kenapa kamu harus jadi orang yang selalu memprioritaskanku sedangkan aku setiap harinya cuma berpikir enaknya ngetweet dan ngetweet."
Felia, maaf aku bukanlah pacar yang sempurna dan bahkan seringkali mengecewakanmu, tapi aku akan berusaha membuatmu senang bahagia dan tidak membiarkanmu susah. Pepatah cina mengatakan dalam lautan kita tau, dalamnya cinta aku sama kamu kita engga tahu. Engga ada yang tahu sayang. Selama kita hidup, aku cuma ingin selalu berusaha kamu mengicip sedikit dari cinta yang indah itu, sebab kita tdak akan pernah sanggup menampungnya. Indah sekali, sangat indah. Aku pengen kita selalu berada disitu. Sedikit marah-marah banyak bahagianya. Semoga sepanjang waktu sampai maut memisahkan kita.
I love you so much dan kamu akan tetap begitu sayangku. Makasih ya kamu sudah terlalu sabar ke aku. Kita sama- sama mengarungi ombak yang besar dihadapan kita nanti ya. Aku menulis ini saat sedang merindukanmu, mungkin saat kamu baca sudah berada di kota Makassar. Itu saja yang ingin aku sampaikan. Aku mencintaimu selalu.
Ditulis: Fanni Indra Pratama